TNI Ubah Pendekatan Jadi Siaga Tempur Dalam Pembebasan Pilot Susi Air, Masih Kedepankan Pendekatan Lunak

Yakub Pryatama Wijayaatmaja
18/4/2023 16:13
TNI Ubah Pendekatan Jadi Siaga Tempur Dalam Pembebasan Pilot Susi Air, Masih Kedepankan Pendekatan Lunak
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono memberikan keterangan pers di Papua(AFP/STR)

TNI memastikan akan mengubah pola penanganan menjadi siaga tempur untuk operasi penyelamatan pilot Susi Air Phillips Mark Methrtens yang disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksda Julius Widjojono menjelaskan, pola penanganan siaga tempur berarti para personel tidak perlu ragu-ragu dalam melakukan operasi.

Namun, Julius tetap menggarisbawahi bahwa pasukannya tetap melaksanakan soft approach (pendekatan lunak) untuk menangani KKB.

Baca juga : TNI Masih Cari 4 Prajurit yang Diserang KKB di Nduga

“Detil tidak mungkin kami jelaskan. Karena itu berkaitan dengan taktik strategi operasi,” tutur Julius kepada Media Indonesia, Selasa (18/4/2023).

“Yang pasti personel tidak perlu ragu-ragu, di wilayah yang sudah ditentukan, personel harus tahu mana yang siaga tempur, mana yang masih dengan pola lama pendekatan dengan hukum humanis,” tambahnya.

Baca juga : Wapres: Saatnya TNI dan Polri Tegas Mengejar KKB

Ditingkatkannya penanganan penyelematan pilot Susi Air menjadi siaga tempur dikarenakan adanya serangan dari KKB yang menyebabkan satu prajurit bernama Pratu Miftahul Arifin tewas tertembak dan terjatuh dalam jurang, pada Sabtu (15/4).

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menyayangkan aksi keji KKB tersebut. Pasalnya, prajurit yang ditugaskan mencari keberadaan pilot Susi Air ini melakukan pendekatan dengan cara komunikasi tanpa perlu adanya kekerasan. 

Tanpa tedeng aling-aling, pihak KKB malah menyerang dan menembaki prajurit TNI yang sedang menuju lokasi penyanderaan pilot Susi Air tersebut. 

Yudo juga menegaskan pihaknya tak akan menambah pasukan. Hanya melakukan beberapa rotasi pasukan agar semangat prajurit terus terjaga. 

“Ini akan jadi evaluasi kita semua, petugas lama yang morilnya sudah turun ya kita ganti,” terangnya. 

Adapun operasi humanis yang dijalankan TNI bukan serta-merta untuk KKB tetapi jauh lebih itu untuk seluruh masyarakat Papua. maka dari itu, Yudo berharap masyarakat bisa berkolaborasi untuk bersama-sama menjaga daerahnya dari KKB. 

“Kita bantu dengan humanis, tapi kalau sampai terjadi kontak tembak, harus timbul naluri tempurnya prajurit harus muncul,” ungkap Yudo. 

“Intinya kan mencari keberadaan pilot tadi, disamping pasukan yang sudah bertugas di kampung-kampung untuk menjaga keamanan, ada pasukan yang fokusnya mencari, dan memanfaatkan tokoh masyarakat kalau bisa jangan menggunakan kontak tembak yang akan merugikan semuanya. Kalau bisa ya serahkan (pilot). Ini harapan kita semua,” tambahnya. 

Diketahui, terdapat penyerangan KKB pada prajurit dari Satuan Tugas (Satgas) Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 321/Galuh Taruna yang sedang bertugas di Distrik mugi. 

Hingga kini, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksda Julius Widjojono menyebut belum ada korban tambahan dari penyerangan KKB terhadap prajurit TNI yang tengah bertugas di Distrik Mugi. 

“Kemarin kami mencoba untuk berkomunikasi melalui saluran radio juga masih terhambat,” ungkapnya. 

Terkait informasi yang simpangsiur soal jumlah korban TNI oleh KKB, Julius meminta media massa agar merujuk kepada satu informasi terpusat, yakni Mabes TNI.  

Sebelumnya Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB)-OPM mengklaim masih menahan 12 mayat pasukan TNI dari Yonif-321. 

“Dalam laporannya Perek Kogeya mengatakan bahwa mereka telah melakukan serangan dan menembak mati 13 anggota militer Indonesia. TNI hanya evakuasi satu mayat saja,” kata Juru Bicara TPNPB Sebby Sambom ketika dihubungi, Senin (17/4). 

Namun klaim itu langsung dibantah Julius. 

“Gampang saja, tunjukkan fotonya,” ujar Julius. Julius menegaskan bahwa informasi tersebut sangat tidak benar.  “Kami sedang di Posko lokasi. Sampai saat ini hanya satu jenazah yang didapatkan,” ungkap Julius. (Z-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya