Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Jangan Dipaksakan, Rendahnya Elektabilitas Airlangga Bakal Rugikan Golkar

Cahya Mulyana
17/1/2022 17:35
Jangan Dipaksakan, Rendahnya Elektabilitas Airlangga Bakal Rugikan Golkar
Kader Golkar membawa bendera partai.(FOTO ANTARA/R. Rekotomo)

DIREKTUR Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia Ray Rangkuti menyarankan agar Partai Golkar tidak memaksa Airlangga Hartarto untuk diusung menjadi capres di Pilpres 2024 mendatang. Pendapat tersebut sejalan dengan koreksi Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG).

"Golkar jangan terlalu memaksa mencalonkan Airlangga sebagai calon presiden dengan elektabilitasnya yang seperti itu. Jadi harus terbuka untuk berbagai kemungkinan," ujar Ray dalam keterangannya, Senin (17/1).

Ray menuturkan elektabilitas Airlangga sangat sulit didongkrak naik. Pasalnya nihil momentum yang dapat membuat publik bersimpati Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tersebut.

"Sebab sejauh ini sudah agak sulit menaikan elektabilitas Pak Airlangga. Karena tidak ada satu peristiwa yang membuat beliau ini dikenal, di Menteri Koordinator di Bidang Ekonomi, artinya sulit menaikan elektabilitas beliau," katanya.

Ray berujar, baliho ditebar Airlangga juga tidak terlalu signifikan menaikan elektabilitas. Padahal dia dituntut bersaing dengan tokoh-tokoh lain untuk menjadi calon presiden (capres).

Baca juga: Rendahnya Elektabilitas Airlangga Harus Jadi Autokritik bagi Golkar

Ray menilai Partai Golkar terus memaksa mengusung Airlangga Hartarto sebagai capres dapat berimbas pada partai berlogo pohon beringin ini. Pasalnya publik tidak tertarik terhadap capres yang diusung Golkar.

"Ya imbasnya bisa ke elektabilitas partai politiknya. Jadi partai politiknya jadi kurang diminati publik jika misalnya mencalonkan Airlangga sebagai calon presiden," tuturnya.

Karena itu, Ray mengatakan Airlangga harus memilih satu fokusnya saat ini. Jika tetap menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian maka akan sulit untuk mengejar ketertinggalannya dalam hal elektabilitas.

"Saya kira kalau Airlangga rangkap jabatan sebagai ketua partai dan menteri agak sulit. Karenanya tinggal dipilih saja meninggalkan yang mana supaya beliau bisa lebih fleksibel, karena kalau sekarang mau tidak mau harus mengurusi kementerian," imbuhnya.

Sebelumnya, Inisiator GMPG ?Sirajuddin Abdul Wahab mengatakan, elektabilitas Airlangga Hartarto sangatlah memprihatinkan. Hal ini merujuk dari data survei Voxpol Center yang menyebutkan Airlangga Hartarto hanya mendapatkan 0,8%. Sementara di Indikator Politik Indonesia sebesar 0,2%.

"Selain elektabilitas yang defisit, hal ini diperparah dengan elektabilitas ketua umum yang diusung menjadi capres yang memprihatinkan dan memalukan," ujar Sirajuddin.

Karena itu, lanjut Sirajuddin, buruknya elektabilitas Airlangga Hartarto ini berdampak secara sistematik dan epistemik terhadap citra Partai Golkar. Padahal struktur partai dan anggota DPR dari Golkar sudah menebar baliho terhadap Airlangga.

"Namun hal itu faktanya tidak memberi dampak signifikan, hal ini dapat dianggap bahwa masyarakat tidak tergerak memberikan dukungan, jika ada kenaikan maka kenaikan itu dapat dipastikan sebagai angka yang perlu dipertanyakan sumber dan kridebilitasnya," katanya.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya