Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Dongkrak Elektabilitas, Airlangga Harus Manfaatkan Saluran DIgital 

Cahya Mulyana
16/1/2022 22:07
Dongkrak Elektabilitas, Airlangga Harus Manfaatkan Saluran DIgital 
Baliho Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto do kawaan Petukangan, Jakarta Selatan(MI/Ramdani)

ELEKTABILITAS Airlangga yang sangat rendah menjadi peringatan sekaligus merah untuk pencalonan dirinya sebagai Calon Presiden 2024. Bahkan rendahnya tingkat keterpilihan sang ketua umum itu juga bakal menjadi beban Partai Golkar dalam Pemilu 2024. 

"Ini harus menjadi wake up call, apakah Airlangga maju jadi capres atau mengubah posisi menjadi cawapres," ujar Dosen Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Silvanus Alvin dalam keterangannya, di Jakarta, Minggu (16/1). 

Alvin mengatakan, strategi gaya lama masih diterapkan di tengah era digital seperti saat ini. Salah satu contohnya dengan menebar banyak baliho. 

"Padahal baliho itu hanya dilihat sambil lalu saja. Di era digital saat ini komunikasi politik sudah tidak bisa gaya lama, kalau mash pakai model begini elektabilitasnya ya pasti ambyar, " paparnya. 

Karena itu, Airlangga harus jalankan praktik dan pola pikir di jalur digital. Dalam kajian komunikasi politik di kenal level komunikasi politik berdasarkan generasi dan media yang digunakan. 

"Misalnya Facebook (Meta) didominasi Generasi X. Kemudian ada Instagram dan YouTube yang didominasi generasi milenial. Dan tidak kalah penting ada TikTok di generasi Z," jelas Alvin. 

Untuk itu, promosi diri yang dilakukan sebaiknya dilaksanakan secara digital di media sosial tersebut. Terlebih, pesaing Airlangga seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, hingga Erick Thohir, mayoritas sudah nempunyai akun media sosial. 

"Mereka menerapkan politainment di ranah digital karena publik mengenal politisi dari medsos. Siapa yang viral dan 'happening' di medsos bisa mengkonversi popularitas tersebut jadi nilai elektabilitas," beber Alvin. 

Baca juga : Erick Thohir: NU Rumah Sempurna untuk Jaga NKRI

Selain itu, lanjutnya, Airlangga juga tidak bisa hanya berusaha menang di survei. Dalam ranah komunikasi digital ada pemahaman akan sentiment analysis. Data berupa Komentar publik di medsos bisa langsung memberikan gambaran jelas elektabilitas Airlangga. 

Maka dari itu, langkah Airlangga ke depan dalam komunikasi politiknya perlu berubah. Jika masih terus seperti saat ini maka langkah menjadi capres akan sangat terjal. 

"Perolehan suara Golkar saat ini 12,8% sehingga butuh dukungan dari partai lain. Bila popularitas dan elektabilitas Airlangga tidak berubah maka sulit mencari partai yang mau mendukung Airlangga," pungkas Alvin. 

Sebelumnya, Inisiator Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG) ?Sirajuddin Abdul Wahab mengatakan, elektabilitas Airlangga Hartarto sangatlah memprihatinkan. Hal ini merujuk dari data survei Voxpol Center yang menyebutkan Airlangga Hartarto hanya mendapatkan 0,8 persen. Sementara di Indikator Politik Indonesia sebesar 0,2%. 

“Selain elektabilitas yang defisit, hal ini diperparah dengan elektabilitas ketua umum yang diusung menjadi capres yang memprihatinkan dan memalukan,” ujar Sirajuddin. 

Karena itu, lanjut Sirajuddin, buruknya elektabilitas Airlangga Hartarto ini berdampak secara sistematik dan epistemik terhadap citra Partai Golkar. Padahal struktur partai dan anggota DPR dari Golkar sudah menebar baliho terhadap Airlangga. 

“Namun hal itu faktanya tidak memberi dampak signifikan, hal ini dapat dianggap bahwa masyarakat tidak tergerak memberikan dukungan, jika ada kenaikan maka kenaikan itu dapat dipastikan sebagai angka yang perlu dipertanyakan sumber dan kridebilitasnya,” pungkasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya