Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Survei: Banyak Anak Muda Belum Tahu Rekam Jejak Paslon

Cahya Mulyana
25/11/2020 14:39
Survei: Banyak Anak Muda Belum Tahu Rekam Jejak Paslon
Ilustrasi sejumlah anak muda yang berlatih tarian Betawi.(Antara/Fakhri Hermanyah)

PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) 2020 tinggal menghitung hari. Namun, banyak kalangan milenial yang belum mengenal rekam jejak pasangan calon (paslon) kepala daerah.

“Hal ini merupakan tanda bahaya. Karena dapat diartikan anak muda masih kurang peduli dengan calon pemimpin di daerah mereka. Atau yang terjadi sebaliknya, calon pemimpin daerah masih berjarak dengan anak muda," ujar Komisaris Warga Muda Wildanshah dalam keterangan resmi, Rabu (25/11).

Kondisi itu tecermin dari survei gabungan yang dilakukan Warga Muda, Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Campaign.com, Golongan Hutan dan difasilitasi oleh Change.org Indonesia. Terdapat 9.087 responden di 34 provinsi yang mengikuti survei, dengan mayoritas usia 17-30 tahun.

Baca juga: Bawaslu Temukan 38 Hoaks dan Ratusan Konten Negatif

Menurut Wildanshah, situasi ini akibat minimnya interaksi, sosialisasi, kontribusi dan kolaborasi terhadap komunitas anak muda. Hasil survei juga mempertegas urgensi peningkatan akses dan pengetahuan politik anak muda. Sehingga, dapat terlibat aktif dalam pembangunan di daerah.

Sebanyak 82% responden merupakan anak muda di rentang usia 17-30 tahun. Mereka juga warga muda yang aktif menggunakan media sosial. Survei diadakan selama satu bulan, yakni 12 Oktober-10 November 2020.

Direktur Kerjasama Change.org Indonesia Desma Murni berpendapat calon kepala daerah seharusnya merangkul anak muda. Bukan hanya sebagai konstituen, atau target pengumpulan suara setiap lima tahun sekali. Para kandidat harus mendengarkan suara dan melibatkan anak muda.

Survei turut menemukan bahwa 42% responden menganggap persoalan terbesar di daerah adalah ekonomi dan kesejahteraan. Termasuk, kurangnya lapangan pekerjaan, tingginya tingkat pengangguran dan bantuan sosial yang tidak tepat sasaran.

Baca juga: Kreativitas Kampanye Peserta Pilkada Dinilai Masih Minim

"Lalu disusul dengan masalah infrastruktur (13%), penegakan hukum (11%), lingkungan (10%) dan pendidikan 9%. Meski mayoritas responden menganggap persoalan terbesar di daerah adalah ekonomi dan kesejahteraan," papar Desma.

Terkait masalah kebencanaan, 85% responden menganggap program tangguh bencana penting untuk diadopsi dalam visi misi program kandidat. Hal itu mencakup strategi mitigasi kebencanaan. Apalagi untuk daerah yang masuk dalam kategori rawan bencana.

Lima masalah kebencanaan yang paling penting untuk diselesaikan adalah pandemi Covid-19 dan wabah penyakit menular lainnya (24%), pencemaran air dan udara (21%), kemudian banjir dan longsor (15%).(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya