Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KEKUASAAN oligarki saat ini semakin tumbuh subur di Indonesia. Hal ini, ungkap Sekretaris Kabinet (Seskab) pada era 2009-2014 Dipo Alam, terbukti dalam penyusunan undang-undang dan pengalokasian APBN yang dikuasai segelintir kaum minoritas tersebut.
“Oligarki minoritas menguasai perekonomian nasional dan pemerintahan. Padahal, oligarki tersebut merupakan kelompok minoritas terbatas, sedangkan rakyat yang menjadi mayoritas dalam negara justru hanya menerima dampak dari ketimpangan yang dihasilkan dari para oligarch,” tutur Dipo saat meluncurkan buku berjudul Demokrasi di Masa Pandemik di Jakarta, Selasa (17/11).
Menurut Dipo, fenomena itu menyebabkan masyarakat mayoritas semakin tersingkir dalam kegiatan perekonomian nasional. Kekuasaan yang dimiliki para oligarki tersebut berdampak pula pada munculnya intoleransi ekonomi.
Hal ini terbukti ketika masyarakat mayoritas tidak dilibatkan dalam penyusunan undang-undang, APBN, RUU Korona, termasuk omnibus law UU Cipta Kerja. “Kita juga perlu mengingatkan diri sendiri bahwa demokrasi itu harus melindungi kelompok minoritas. Namun, hal tersebut, harus juga dibarengi dengan keadilan terhadap kaum mayoritas, yang tidak boleh diabaikan begitu saja,” imbuh Dipo.
Dipo menambahkan, pihak Bank Dunia telah mengingatkan bahwa melebarnya ketimpangan pendapatan di Indonesia dalam 15 tahun terakhir akan berisiko menimbulkan ketegangan sosial. “Di tengah keberagaman suku dan agama maka risiko yang kita hadapi bisa meningkat berkali-kali lipat,” ujarnya.
Intelektual Nahdatul Ulama (NU) Ulil Abshar Abdalla menambahkan, saat ini terjadi fenomena mencemaskan dalam demokrasi di Indonesia. Pasalnya, ada sebagian kalangan elite pemerintahan dan masyarakat umum yang menyebutkan bahwa pembangunan ekonomi dan politik Tiongkok yang terpimpin cocok bagi Indonesia.
“Demokrasi oleh sebagian pejabat dianggap tidak efektif dalam menangani pandemi dan mengundang investasi. Perkembangan ini sangat mencemaskan,” ujarnya.
Ulil menyebut muncul semacam dilema antara kebebasan politik dan pemberantasan korupsi yang berdampak buruk pertumbuhan ekonomi. Apalagi salah seorang pejabat di lingkungan Istana menyebutkan pemberantasan korupsi tidak menguntungkan bagi investasi. “Padahal pertumbuhan ekonomi dan kebebasan politik tidak kontradiktif,” tandasnya. (P-2)
Hariman Siregar menyampaikan bahwa pertemuan mereka hari ini memiliki kesamaan tanggal dengan jatuhnya Soeharto dari Presiden ke-2.
Yang bisa bermain dalam kuota impor hanyalah mereka yang punya uang cash sangat besar.
Demokrasi Indonesia terperangkap dalam lingkaran setan. Hal itu lantaran mahalnya biaya politik sehingga menimbulkan korupsi dan oligarki.
Kasus korupsi Sekretaris Mahkamah Agung nonaktif Hasbi Hasan beberapa waktu lalu mengungkapkan adanya mafia hukum.
Kemunduran demokrasi tersebut terjadi karena kekuatan politik berkonvergensi menyatu antara oligarki, plutokrasi dan partokrasi.
MEMASUKI awal abad ke-21, para akademisi bidang ilmu politik mulai meragukan optimisme akan penguatan demokrasi yang tumbuh di akhir abad ke-20.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved