Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
POLISI mengatakan terlalu dini untuk menyimpulkan terjadi tindak kekerasan sebelum pendeta Yeremia Zanambani tewas. Diperlukan bukti yang kuat untuk mendasari temuan tersebut.
"Kalau kita sudah mengatakan meninggalnya yang bersangkutan bukan karena tembakan, tapi karena penganiayaan, itu sangat prematur," ujar Karopenmas Mabes Polri Brigjen Awi Setiyono di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Selasa (3/11).
Temuan adanya tindak kekerasan pada pendeta Yeremia diungkapkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dalam hasil investigasi. Namun, polisi enggan untuk menangapi investigasi tersebut.
Baca juga: 13 Lubang Bekas Peluru Ditemukan di TKP Tewasnya Pendeta Yeremia
"Terkait dengan temuan Komnas HAM. silahkan rekan-rekan (media) klarifikasi langsung kepada yang bersangkutan. Apalagi, mereka sudah menunjuk pelakunya (anggota TNI)," jelas Awi.
Awi menyebut, saat ini, polisi tengah fokus mendalami hasil olah tempat kejadian perkara (TKP). Salah satunya untuk mengetahui secara pasti kronologis adanya 13 lubang diduga bekas peluru di sekitar jasad korban.
"Temuan-temuan (di TKP) polisi mengukur dari arah mana tembakanya, semua akan dianalisa," tuturnya.
Ia menyakini penyebab pasti tewasnya Yeremia akan terungkap bedasarkan hasil autopsi dari tim medis. Polisi siap memfasilitasi autopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, Sulawesi Selatan.
"Nanti, dari situ (autopsi), kita akan tahu penyebab kematiannya almarhum itu gara-gara apa, tentunya dari situ nanti akan kita masukan dalam berkas perkara," tuturnya.
Sebelumnya, Komisioner Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM Mohammad Choirul Anam menyebut hasil investigasi menemukan Pendeta Yeremia Zanambani sempat mendapat tindak kekerasan. Yeremia diduga dipukul dan ditembak Wakil Komandan Koramil Hitadipa, Alpius Hasim Madi.
"Pendeta Yeremia diduga sudah menjadi target atau dicari oleh terduga pelaku (Alpius), mengalami penyiksaan dan/atau tindakan kekerasan lainnya untuk memaksa keterangan dan/atau pengakuan dari korban," kata Choirul dalam konferensi pers daring, Senin (2/11).
Choirul mengungkapkan peristiwa bermula dari penembakan Serka Sahlan dan perampasan senjata oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat/Organisasi Papua Merdeka (TPNPB/OPM).
Peristiwa itu mendorong Alpius menyisir untuk mencari anggota TPNPB/OPM dan senjata yang dirampas.
Alpius terlihat menuju kandang babi, tempat Yeremia berada bersama anggota. Yeremia diduga disiksa.
Penembakan terhadap Yeremia dilakukan dari jarak dekat. Berdasarkan penghitungan, diperkirakan jarak tembak berkisar 9-10 meter dari luar kandang dan diarahkan ke tempat kejadian perkara (TKP) maupun sekitar TKP.
"Tidak hanya tembakan jarak dekat, tapi (ada) kontak fisik jarak pendek. Karena ada luka berbentuk bulat pada leher bagian belakang dan pemaksaan agar korban berlutut terlihat ada abu tungku di lutut Yeremia," ujar Choirul.
Tembakan itu mengenai lengan kiri Yeremia yang mengakibatkan tulang lengannya pecah. Sehingga, menimbulkan luka simetris. Komnas HAM juga menduga luka di lengan akibat sayatan senjata tajam.
Choirul menyebut kematian korban bukan disebabkan luka di lengan kiri atau luka tindak kekerasan lainnya. Hal itu terlihat dari luka pada tubuh korban bukan pada titik mematikan. (OL-1)
SEBANYAK 691 personel gabungan dikerahkan untuk mengamankan jalannya pertandingan Piala AFF U23 2025 yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan.
Polda Metro Jaya resmi mulai menggelar Operasi Patuh Jaya 2025, pada Senin 14 Juli hingga 27 Juli 2025. Salah satu fokus utama adalah menindak pengguna pelat nomor palsu.
Aparat kepolisian masih terus melakukan penyelidikan terkait kasus tewasnya seorang diplomat di kamar indekos kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Penanaman pohon buah-buahan yang dilakukan supaya dapat menahan tanah dan masyarakat juga bisa mendapatkan hasilnya ketika berbuah.
Kadiv Humas Polri Irjen Sandi Nugroho menjelaskan terkait dilibatkannya sejumlah robot polisi dalam tahapan persiapan Hari Bhayangkara ke-79 di Monas, Jakarta Pusat.
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan meyakini langkah Polri dalam menangani laporan kekerasan akan lebih cepat, tepat dan berpihak kepada korban.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved