Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
TIM penyidik Polda Papua telah memeriksa 24 saksi terkait kasus pembunuhan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Sabtu (19/9) silam.
Karo Penmas Humas Polri Brigjen Awi Setyono menuturkan saksi-saksi tersebut dimintai keterangan untuk mengumpulkan alat bukti. Penyidik juga telah berkoordinasi dengan Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk keperluan autopsi korban. “Namun, yang perlu diketahui, di TKP di Hitadipa, Intan Jaya, ini jaraknya sekitar 12 kilometer dari ibu kotanya di Sugapa,” papar Awi di Mabes Polri, Jakarta, kemarin
Setelah ada rekomendasi dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), lanjut Awi, keluarga sudah mengizinkan untuk dilakukan autopsi terhadap korban. Namun, tidak mudah untuk membawa korban ke rumah sakit.
Menurut Awi, tidak ada penerbangan atau pesawat yang melintasi jalur tersebut sehingga jasad korban harus dibawa terlebih dahulu melalui jalur darat hingga ke Distrik Hitadipa sejauh 12 km.
Polri awalnya hendak membawa jenazah korban dengan helikopter. Namun, rencana itu diurungkan karena di wilayah tersebut rawan serangan dari kelompok kriminal bersenjata.
Sebelumnya, Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menyebutkan, dari hasil investigasi diduga pelaku pembunuhan Pendeta Yeremia ialah anggota Koramil Persiapan Hitadipa.
Komnas HAM pun me reko mendasikan kematian Yeremia diungkap hingga aktor yang paling bertanggung jawab serta membawa kasus itu kepada peradilan koneksitas.
Saat menanggapi temuan TGPF, Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III Kolonel Czi IGN Suriastawa mendukung perkara tersebut diusut tuntas, tetapi jangan hanya fokus pada satu kasus.
Suriastawa mengingatkan bahwa rangkaian kejadian di Intan Jaya menelan lima korban jiwa. Selain Pendeta Yeremia, 2 prajurit TNI dan 2 warga sipil lainnya juga meninggal dunia.
Menurut dia, dikesampingkannya seluruh fakta dari rangkaian kejadian itu akan mengaburkan masalah paling mendasar, yaitu keberadaan gerombolan kriminal bersenjata. (Ykb/Che/Ant/X-8)
Semua pihak diminta untuk tidak melibatkan masyarakat sipil dalam menangani konflik bersenjata yang kerap terjadi di daerah Intan Jaya, Papua.
Tokoh perempuan Papua, Rehina Belau menyebut ada tiga kelompok kriminal bersenjata yang hingga saat ini masih menjadi musuh nyata bagi aparat TNI/Polri di Kabupaten Intan Jaya.
Polda Papua menyebut bahwa tidak terjadi pengungsian di Kabupaten Intan Jaya, Papua, pasca-kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kembali berulah dengan menembak warga sipil di Kampung Bilogai Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya, Senin (8/2/2021).
Kelompok kriminal bersenjata dilaporkan telah menembak mati warga sipil Boni Bagau di perbatasan Distrik Sugapa-Distrik Homeyo, Kabupaten Intan Jaya karena dituduh mata-matan TNI/Polri.
Diketahui Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) bentukan pemerintah telah menyelesaikan laporannya terhadap penyelidikan kasus-kasus tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved