Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
INDONESIA telah ditetapkan Green Climate Fund (GCF), sebuah lembaga pendanaan untuk melawan perubahan iklim yang dibentuk PBB, berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari kegiatan deforestasi dan degradasi hutan.
Lembaga itu pun menyetujui pengucuran dana senilai US$103,8 juta (sekitar Rp1,5 triliun dengan kurs Rp14.000 per dolas AS) sebagai pembayaran berbasis kinerja yang dikenal dengan skema results-based payment (RBP).
Dalam keterangannya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan, di tengah pandemi covid-19 dan pemberitaan buruk yang kerap mewarnai sektor kehutanan, capaian itu menunjukkan respons yang mengesankan dari Indonesia terhadap ancaman perubahan iklim.
“Ini juga merupakan wujud peningkatan kepercayaan di dalam negeri dan komunitas internasional,” ungkap Siti, kemarin.
Ia menjelaskan, REDD+ merupakan pendekatan tata kelola hutan yang baik (good forest governance). Konteks terpenting dalam REDD+ ialah deforestasi.
Di Indonesia, deforestasi dipicu banyaknya kepentingan, termasuk perkebunan, pertanian, pertambangan, dan permukiman. Itu sebabnya, tanda ‘plus’ ditambahkan pada singkatan REDD karena pendekatan tata kelola hutan yang baik tidak melulu konservasi dan perlindungan area hutan, tetapi juga mempertimbangkan dan mengarusutamakan beragam aspek, termasuk aspek kemasyarakatan dan tentunya perekonomian.
“Selain itu, hal ini juga memperlihatkan konsistensi Indonesia dalam menjalankan komitmennya yang tercantum dalam Persetujuan Paris yang telah diratifikasi melalui UU No 16/2016,” jelas Siti.
Sementara itu, kata dia, skema RBP ialah pembayaran berbasis hasil kerja penurunan emisi GRK dalam kerangka REDD+. Data penurunan emisi harus terlebih dahulu diverifikasi lembaga independen yang ditunjuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
“Proses penilaiannya pun dilakukan secara transparan. Karena itu, pencapaian berupa pendanaan REDD+ RBP dari GCF ini bukan sekadar klaim tak berdasar, melainkan pengakuan dunia atas keberhasilan Indonesia mengurangi laju deforestasi secara konsisten dan menurunkan emisi GRK yang sudah diverifikasi sampai 2017,” lanjut dia.
Siti mengatakan, data penurunan emisi GRK yang telah terverifi kasi GCF itu merupakan kinerja pemerintah Indonesia pada periode 2014-2016. Sebelumnya, Indonesia juga mendapatkan penghargaan dari pemerintah Norwegia dalam skema yang sama senilai US$56 juta. (Gan/E-2)
PT Astra Agro Lestari meraih Anugerah Ekonomi Hijau berkat dua inovasi strategis di industri kelapa sawit. Dua inovasi itu meliputi teknologi methane capture dan pupuk organik Astemic.
Fenomena Hujan Carnian atau Carnian Pluvial Episode (CPE) adalah sebuah peristiwa geologis yang terjadi sekitar 232 juta tahun lalu pada periode Trias Akhir
Lewat REDD+ dan GREEN for Riau ini, pemerintah bersama jajaran pemangku kepentingan akan bekerja sama dalam menekan dan menurunkan emisi karbon.
Penerapan sistem informasi berbasis teknologi seperti SSIINas ini dapat memberikan kemudahan bagi sektor industri untuk melaporkan data emisinya secara terintegrasi.
SKK Migas mencatat Indonesia memiliki cadangan gas terbukti sebesar 54,76 Trilliun Standard Cubic Feet (TSCF).
SEKITAR 18 juta kebun sawit di Indonesia saat ini dapat memproduksi palm oil mill effluent (POME) sekitar 910 ribu ton atau setara 36 juta tCO2eq emisi gas rumah kaca.
Penelitian terbaru mencatat lebih dari 5.000 mamalia laut terdampar di pesisir Skotlandia sejak 1992.
Studi terbaru di jurnal One Earth mengungkap 60% wilayah daratan Bumi kini berisiko, dengan 38% menghadapi risiko tinggi.
Banjir monsun telah menyapu bersih seluruh desa, memicu tanah longsor, dan menyebabkan banyak orang hilang.
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved