Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
INDONESIA telah ditetapkan Green Climate Fund (GCF), sebuah lembaga pendanaan untuk melawan perubahan iklim yang dibentuk PBB, berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari kegiatan deforestasi dan degradasi hutan.
Lembaga itu pun menyetujui pengucuran dana senilai US$103,8 juta (sekitar Rp1,5 triliun dengan kurs Rp14.000 per dolas AS) sebagai pembayaran berbasis kinerja yang dikenal dengan skema results-based payment (RBP).
Dalam keterangannya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan, di tengah pandemi covid-19 dan pemberitaan buruk yang kerap mewarnai sektor kehutanan, capaian itu menunjukkan respons yang mengesankan dari Indonesia terhadap ancaman perubahan iklim.
“Ini juga merupakan wujud peningkatan kepercayaan di dalam negeri dan komunitas internasional,” ungkap Siti, kemarin.
Ia menjelaskan, REDD+ merupakan pendekatan tata kelola hutan yang baik (good forest governance). Konteks terpenting dalam REDD+ ialah deforestasi.
Di Indonesia, deforestasi dipicu banyaknya kepentingan, termasuk perkebunan, pertanian, pertambangan, dan permukiman. Itu sebabnya, tanda ‘plus’ ditambahkan pada singkatan REDD karena pendekatan tata kelola hutan yang baik tidak melulu konservasi dan perlindungan area hutan, tetapi juga mempertimbangkan dan mengarusutamakan beragam aspek, termasuk aspek kemasyarakatan dan tentunya perekonomian.
“Selain itu, hal ini juga memperlihatkan konsistensi Indonesia dalam menjalankan komitmennya yang tercantum dalam Persetujuan Paris yang telah diratifikasi melalui UU No 16/2016,” jelas Siti.
Sementara itu, kata dia, skema RBP ialah pembayaran berbasis hasil kerja penurunan emisi GRK dalam kerangka REDD+. Data penurunan emisi harus terlebih dahulu diverifikasi lembaga independen yang ditunjuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
“Proses penilaiannya pun dilakukan secara transparan. Karena itu, pencapaian berupa pendanaan REDD+ RBP dari GCF ini bukan sekadar klaim tak berdasar, melainkan pengakuan dunia atas keberhasilan Indonesia mengurangi laju deforestasi secara konsisten dan menurunkan emisi GRK yang sudah diverifikasi sampai 2017,” lanjut dia.
Siti mengatakan, data penurunan emisi GRK yang telah terverifi kasi GCF itu merupakan kinerja pemerintah Indonesia pada periode 2014-2016. Sebelumnya, Indonesia juga mendapatkan penghargaan dari pemerintah Norwegia dalam skema yang sama senilai US$56 juta. (Gan/E-2)
Fenomena Hujan Carnian atau Carnian Pluvial Episode (CPE) adalah sebuah peristiwa geologis yang terjadi sekitar 232 juta tahun lalu pada periode Trias Akhir
Lewat REDD+ dan GREEN for Riau ini, pemerintah bersama jajaran pemangku kepentingan akan bekerja sama dalam menekan dan menurunkan emisi karbon.
Penerapan sistem informasi berbasis teknologi seperti SSIINas ini dapat memberikan kemudahan bagi sektor industri untuk melaporkan data emisinya secara terintegrasi.
SKK Migas mencatat Indonesia memiliki cadangan gas terbukti sebesar 54,76 Trilliun Standard Cubic Feet (TSCF).
SEKITAR 18 juta kebun sawit di Indonesia saat ini dapat memproduksi palm oil mill effluent (POME) sekitar 910 ribu ton atau setara 36 juta tCO2eq emisi gas rumah kaca.
Indonesia tertinggal dalam mitigasi gas rumah kaca (GRK) kendaraan bermotor. Ketertinggalan itu mencakup tidak diaturnya standar karbon kendaraan dan elektrifikasi kendaraan bermotor.
Studi Nature ungkap pemanasan global tingkatkan fotosintesis darat, tapi lemahkan produktivitas laut. Hal itu berdampak pada iklim dan rantai makanan global.
Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) menyerahkan 23.171 pohon trembesi untuk menghijaukan dua ruas jalan tol di wilayah Bakauheni-Palembang.
Sementara sapi yang mengonsumsi rumput memiliki lebih banyak asam lemak omega-3 dan asam laktat. Kandungan ini penting bagi kesehatan jantung dan sistem pencernaan.
Greenhouse Mangrove bertujuan untuk meningkatkan literasi publik mengenai pentingnya ekosistem mangrove dalam menjaga lingkungan pesisir.
Riset terbaru mengungkap pemanasan global membuat ribuan meteorit tenggelam di bawah es Antartika setiap tahun.
Studi ungkap letusan vulkanik Franklin dan pelapukan batuan cepat 720 juta tahun lalu memicu peristiwa Snowball Earth yang membekukan seluruh planet.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved