Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Pastikan Obat Covid-19 Aman

Atalya Puspa
19/8/2020 04:10
Pastikan Obat Covid-19 Aman
Tahapan Pengembangan Obat Baru hingga Dipasarkan(Food and Drug Administration (FDA)/Tim Riset MI-NRC)

UPAYA untuk melindungi keselamatan masyarakat dalam proses pengobatan di era pandemi terus dilakukan pemerintah. Mengingat obat bagi penyakit yang ditimbulkan oleh virus korona atau covid-19 belum ditemukan, jaminan bahwa obat yang kelak diedarkan harus dapat melindungi keselamatan publik terus diberikan.

Dalam kaitan itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan bahwa obat covid-19 yang kelak dapat beredar telah melalui uji klinis dan di bawah pemantauan BPOM.

“Sebagai regulator, kita akan memberikan semacam statement bahwa obat ini bisa diedarkan dan sudah melalui uji klinik yang mengacu dua variabel penting, yakni scientifi c dan social sehingga keselamatan masyarakat untuk kesejahteraan dan patient safety bisa terjaga,” kata Tim Ahli Komite Nasional Penilai Obat BPOM Anwar Santoso. Anwar di Graha BNPB, Jakarta, kemarin.

Anwar menegaskan bahwa hingga kemarin semua obat untuk covid-19 masih berada dalam tahap uji klinis. Artinya, belum ada satu pun obat yang resmi dinyatakan aman dan manjur untuk menyembuhkan covid-19. Di level dunia pun, Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum pernah menyatakan ada satu obat covid-19 yang ampuh dan direkomendasikan serta aman dikonsumsi. Semuanya disebut masih dalam proses uji klinis.

Dalam konteks itu, Anwar memastikan, BPOM memiliki standar best practice yang telah diterapkan pada regulator obat Amerika dan Eropa yang memiliki reputasi baik.

Secara paralel, Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek/BRIN Ali Ghufron Mukti mengatakan, hingga kini Kemenristek/BRIN dengan sejumlah pihak masih terus melakukan uji klinis obat covid-19. Artinya, belum ada satu obat spesifik untuk pengobatan covid-19 yang lulus uji.

“Meskipun banyak klaim yang mengatakan, yang masuk dalam konsorsium yang bisa dikatakan belum ada spesifi k untuk obat, termasuk imunomodulator yang kita kembangkan. Itu juga masih dalam proses,” kata Ali di Graha BNPB, Jakarta, kemarin.

Tata laksana

Pada kesempatan yang sama, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto membeberkan, meskipun hingga saat ini belum ada obat spesifik untuk menyembuhan covid-19, pihaknya telah mengeluarkan pedoman protokol tata laksana covid-19. Protokol itu diterapkan oleh seluruh dokter yang menangani covid-19 di seluruh Indonesia sejak awal April.

Agus menjelaskan, pihaknya akan melakukan pengobatan terhadap pasien berdasarkan gejala yang dialaminya, mulai orang tanpa gejala, gejala ringan, berat, hingga kritis.

“Kalau pasien enggak ada gejala cukup dengan vitamin atau obat imunomodulator, obat yang sudah mendapatkan izin edar di Indonesia, diberikan suportif untuk OTG,” kata Agus.

Agus menjelaskan, obat-obat yang digunakan, yakni azitromisin, levofl oksasin, klorokuin, hidroksiklorokuin, oseltamivir, favipiravir, lopinavir, dan ritonavir. Obat-obatan tersebut akan dikombinasikan sesuai kebutuhan pasien. Berdasarkan riset, di RS darurat, penggunaan obat pada kasus ringan 99,3% sembuh.

Di RS Persahabatan, kasus ringan bahkan dilaporkan 100% sembuh, sedang 96,4% sembuh, berat sebagian besar sulit sembuh, dan kritis 79,6% meninggal.

Hingga kemarin, penambahan kasus positif covid-19 sebanyak 1.673 sehingga total kasus positif menjadi 143.043. Kasus sembuh bertambah 1.848 sehingga total menjadi 96.306. Selanjutnya, kasus meninggal bertambah 70 sehingga total menjadi 6.277. Selain itu, spesimen yang diperiksa bertambah 14.371 sehingga total menjadi 1.915.039.

Sementara itu, suspek yang tengah diawasi berjumlah 78.394 dari 484 kabupaten/kota di 34 provinsi. (Ant/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik