Anak-Anak, Jangan Menyerah

Atikah Ishmah Winahyu
23/7/2020 04:47
Anak-Anak, Jangan Menyerah
Murid SDN Marmoyo mengerjakan tugas dengan berkelompok menggunakan satu gawai bergantian di rumah warga Desa Marmoyo, Kabuh, Jombang, Jatim,(ANTARA/SYAIFUL ARIF)

KEGIATAN pembelajaran jarak jauh (PJJ) berbasis teknologi selama pandemi covid-19 dipandang telah membuka mata masyarakat akan tantangan dan potensi pembelajaran dengan metode tersebut.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, meski tidak dapat menggantikan pembelajaran tatap muka, pembelajaran daring memberikan manfaat tersendiri.

“Ke depan kita akan terus mengembangkan sistem pembelajaran dengan teknologi sebagai pelengkap bagi pembelajaran tatap muka setelah pandemi. Negara-negara maju telah melakukan itu. Indonesia tak boleh ketinggalan,” kata Nadiem, kemarin.

Nadiem menambahkan, pandemi covid-19 perlu dimanfaatkan sebagai momentum untuk melakukan lompatan bagi sektor pendidikan. “Pandemi ini ibarat ledakan yang dapat menjadi momentum bagi kebangkitan pendidikan di Indonesia,” imbuhya.

Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Iwan Syahril menuturkan, setidaknya terdapat sejumlah hal positif yang terjadi semasa pandemi. Misalnya, masyarakat mulai memiliki mental nyaman dengan ketidaknyamanan. Sikap itu dapat melahirkan budaya inovasi, yakni terbiasa mencari solusi di tengah masalah.

Pandemi, tambah Iwan, juga mampu menumbuhkan sikap tidak menyerah dan terus belajar. Hal itu tampak dari besarnya animo masyarakat mengikuti seminar secara daring. Pembelajaran pun kian berorientasi kepada anak-anak untuk membantu mereka belajar dan terus menyesuaikan diri melalui metode PJJ.

Hadapi kesulitan

Di kalangan praktisi, pernyataan Mendikbud dan Dirjen GTK tersebut mendapatkan dukungan empiris. Founder The Spring School Ubud, Veronica Nariswari, misalnya, mengungkapkan, dalam dua pekan pertama pelaksanaan PJJ secara daring, pihak sekolah, anak, dan orangtua sama-sama mengalami kesulitan, baik dari segi adaptasi, waktu, materi, hingga keterbatasan gawai maupun jaringan. Namun, guru tidak menyerah untuk mencari cara agar anak-anak tetap dapat belajar.

“Kami tidak berhenti mencari solusi bagaimana agar anak-anak bisa belajar walaupun medianya berbeda, walaupun caranya berbeda,” tutur Veronica dalam Webinar Pengaruh Digitalisasi dalam Proses Pembelajaran Anak Usia Dini, kemarin.

Guru SDI Bina Cendekia Pamulang, Tangerang Selatan, Hadi Ismanto mengungkapkan pengalaman serupa. Menurut Hadi, PJJ bagi kebanyakan anak-anak Indonesia merupakan cara agar mereka dapat melakukan pembelajaran di masa pandemi.

“Guru dituntut melakukan pembelajaran dengan kreatif dan inovatif. Tidak hanya memperhatikan aspek kognisi siswa, namun afeksi, sosial, psikologis, dan motorik anak perlu juga dikelola meskipun belajar melalui online, “ paparnya.

Di lain sisi, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi, mengatakan di masa pandemi, anak-anak tidak dapat bermain dan belajar di sekolah. Belajar dan bermain di rumah terus pun terasa sulit bagi anak-anak, terlebih mereka masih senang bermain bersama teman-temannya. Dalam kondisi itulah peran orangtua dibutuhkan.

“Beberapa keluarga, ayah bundanya bisa memosisikan diri sebagai sahabat anak sehingga mereka tidak bermasalah (belajar di rumah),” kata Kak Seto pada Talkshow Interaktif Dalam Rangka Hari Anak Nasional 2020, kemarin.

Adapun Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta seluruh anak Indonesia terus optimistis. Wapres berharap orangtua, pendidik, dan lembaga pemerhati anak terus membimbing anak-anak. “Bimbinglah mereka agar tetap menjadi anak-anak Indonesia yang cerdas, sehat, dan gembira,” kata Ma’ruf dalam pidato menyambut Hari Anak Nasional, kemarin. (Bay/Che/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya