Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Jokowi Singgung Reshuffle saat Bertemu Pimpinan MPR

Dhika Kusuma Winata
09/7/2020 05:30

PRESIDEN Joko Widodo bertemu pimpinan MPR di Istana Negara, Bogor, kemarin. Dia menyinggung wacana reshuffle atau perombakan kabinet. “Secara implisit Bapak Presiden mengatakan ingin kabinet bekerja maksimal. Silakan diartikan,” kata Wakil Ketua MPR Syarief Hasan.

Menurut dia, reshuffle kabinet merupakan kewenangan Jokowi dan akan disampaikan Kepala Negara. Syarief menyebut Jokowi masih melihat perkembangan kinerja menterinya.

Ketua MPR Bambang Soesatyo mengamini pernyataan Syarief. Pria yang karib disapa Bamsoet itu menyebut Jokowi tidak memberikan tanda secara langsung.

“Tidak tahu apakah reshuffle atau tidak,” kata Bamsoet. Selain Bamsoet dan Syarief, pimpinan MPR lain turut hadir, yakni Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat, Ahmad Muzani, dan Zulkifli Hasan.

Jokowi sempat mengancam bakal merombak para pembantunya bila tak bekerja maksimal. Kemarahannya ia tumpahkan saat Sidang Kabinet Paripurna 18 Juni 2020.

Kepala Negara menyoroti laporan belanja di kementeriankementerian yang masih biasa saja. Jokowi menegaskan segala usaha harus dilakukan demi menyelamatkan 267 juta masyarakat Indonesia. Dia mengancam bakal mengambil tindakan keras bila tak ada perubahan.

“Bisa saja membubarkan lembaga negara, bisa ada reshuffle, sudah kepikiran ke mana-mana saya, entah buat Perppu yang lebih penting lagi,” tegas Jokowi.

Wacana reshuffle kabinet ini ibarat buah simalakama. Jokowi dinilai bisa terimpit hasil yang serbasalah.

“Apakah reshuffle menjadi solusi perbaikan? Jawabannya antara ya dan tidak,” kata Direktur Center for Media and Democracy Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LPE3S) Wijayanto dalam diskusi virtual, Senin (6/7).

Menurut dia, perombakan bakal berbuah manis jika menteri pengganti adalah pilihan Jokowi. Sebaliknya, pemerintahan tidak akan membaik jika ada titipan dari elite politik di sekitarnya.

Wijayanto menyebut Jokowi harus berani bersikap sebagai nakhoda Kabinet Indonesia Maju. Kepala Negara perlu mengarahkan jajarannya agar betul-betul bekerja sesuai arahannya. *“Kalau merasa menteri tidak bisa kerja, tidak perlu ribut, langsung ganti orang untuk mengeksekusi visi dan misi Presiden,” ujar dia.

Di sisi lain, Wijayanto mengkritisi pemerintah yang dianggap belum maksimal menangani pandemi virus korona (covid-19). Dia menilai masih ada menteri yang bekerja sendirisendiri.

“Berapa kali kita lihat pernyataan Presiden justru dibantah menteri atau juru bicaranya,” tutur Wijayanto.

Sementara itu, gertakan isu reshuffle bisa melahirkan masalah baru. Masyarakat dikhawatirkan melihat sosok Jokowi yang tidak konsisten. (Dhk/Pro/Uta/Che/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya