Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
KEBERAGAMAN di Indonesia sudah mengakar sejak lama. Hal itu terbukti dari peran etnis Tionghoa dalam kemerdekaan Indonesia. Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menyebut, etnis Tionghoa bahkan sudah berperan sejak Sumpah Pemuda.
"Sejak awal negara kita adalah negera kebangsaan. Dalam konteks etnis Tionghoa, besar perannya karena ketika sumpah pemuda yang memberikan tempat adalah mereka,” ungkap Benny, Sabtu (1/2) dalam acara perayaan Imlek yang digelar oleh Forum Bantara Pancasila di Cilandak Town Square, Jakarta.
Benny menambahkan, lagu Indonesia Raya bisa dinyanyikan juga berkat etnis Tionghoa. Menurutnya, Soekarno dan Mohammad Hatta sudah menganggap Etnis Tionghoa sebagai bagian Indonesia.
Berkaca dari kebenaran sejarah tersebut, Benny menegaskan, diera sekarang khususnya dalam konteks perayaan hari besar sudah seharusnya jauh dari kata diskriminasi.
"Sekarang ini kebebasan memeluk agama dan merayakan hari besar sudah bebas dan tidak ada diskriminasi," tegasnya.
Baca juga : Shio Saya Kerbau, Mesti Kerja Lebih Keras
Benny berpesan bahwa generasi milenial harus menjadi modal bagi bangsa Indonesia dengan prestasi, terbuka, dan menghargai kemajemukan.
"Keterbukaan, menghargai kemajemukan dan berprestasi merupakan modal untuk kemajuan Bangsa Indonesia. Mari kita kemas gen pancasila itu sebagai modal kemajuan bangsa," ungkapnya.
Pendiri Positif Movement Inaya Wahid menjelaskan, alasan diperbolehkannya perayaan Imlek sekarang ini karena etnis Tionghoa adalah bagian dari Bangsa Indonesia.
"Selain itu, memperjuangkan peradaban dan kebudayaan ini sesuai dengan UUD 1945 dan keadilan," jelas Inaya.
Inaya menegaskan, keberagaman menjadikan kekuatan Indonesia semakin besar.
Baca juga : Perayaan Imlek Nasional Teguhkan Persatuan dalam Keberagaman
Ketua Panitia Forum Bentara Pancasila Arief Novianto menjelaskan Etnis Tinghoa yang ratusan tahun berada di Indonesia, berbaur dengan keragaman suku lainnya di Indoensia.
"Ini adalah peristiwa kebudayaan yang dirayakan oleh etnis Tionghoa, apa pun agamanya," katanya terkait perayaan Imlek.
Arief mengungkapkan, sepanjang Orde Baru, Imlek tak bisa dirayakan secara terbuka. Baru pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Imlek dirayakan secara terbuka hingga saat ini.
"Namun saat ini di tengah meriahnya perayaan Imlek yang dirayakan di berbagai tempat, kita masih menemukan adanya kecurigaan dan sentimen tertentu pada etnis Tionghoa," tutupnya. (OL-7)
KEPALA Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menawarkan beasiswa kepada 5 anak nelayan di Kp. Ciwaru, Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi.
BADAN Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) memberikan dukungan penuh terhadap peluncuran Gerakan Nasional Waktu Bermain Anak dan Penguatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
KEPALA BPIP Yudian Wahyudi menyebut kehadiran nilai-nilai Pancasila di Kabupaten Natuna bukan hanya sekedar slogan, melainkan sebagai kekuatan hidup yang terwujud di NKRI
KEPALA Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menegaskan pentingnya peran pengajar dalam menyebarluaskan nilai-nilai Pancasila secara holistik.
Kepala BPIP Yudian Wahyudi bersama jajaran pimpinan BPIP melakukan audiensi strategis ke Kementerian Hukum RI untuk membahas Rancangan Undang-Undang tentang BPIP (RUU BPIP)
BADAN Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengumumkan sebanyak 76 dari total 130 ribu peserta seleksi calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tingkat pusat 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved