Headline
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
DPR RI menginginkan calon Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri memiliki pengalaman berikut rekam jejak yang baik. Selain itu, pengganti posisi yang ditinggalkan Jenderal Idham Azis harus memiliki pangkat tinggi dan senior supaya andal menghadapi tantangan, termasuk di tahun politik 2020.
"Kalau (pengisi Kabareskrim) diambil dari yang masih junior dan belum teruji, khawatirnya bisa saja terjadi disharmonisasi dan mengganggu kinerja di internal kepolisian," kata anggota Komisi III DPR dari Fraksi PAN Sarifudin Sudding melalui keterangan resmi, Kamis (7/11).
Ia mengungkapkan terdapat beberapa jenderal senior angkatan 87, 88 dan 89 yang cocok untuk jadi Kabareskrim. Dia optimistis angkatan senior tersebut dinilai dapat bergandengan dengan Kapolri dalam menjalankan visi dan misinya ke depan.
Baca juga: Polri: Kabareskrim Baru Ditunjuk Beberapa Hari Lagi
Hal itu penting karena tahun angkatan masuk kepolisian menunjukkan kedalaman pengalaman yang akan berimbas pada kinerja selaku Kabareskrim. Terlebih, Polri akan menghadapi tahun politik, karena itu dibutuhkan sosok yang mampu meredam sejumlah peristiwa berskala nasional.
"Nah, orang-orang yang memiliki rekam jejak baik dan senior harus menduduki jabatan Kabareskrim karena lebih berpengalaman mengatasi itu," pungkasnya.
Seperti diketahui, kursi Kabareskrim Polri kosong setelah ditinggal Jenderal Idham Azis yang ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Kapolri. Idham menggantikan Kapolri sebelumnya yakni Tito Karnavian yang diamanatkan menjadi Menteri Dalam Negeri.(OL-5)
Presiden Prabowo Subianto menyebut anggota kepolisian dapat melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugasnya.
Massa tetap bertahan di jalan lingkar walau diberondong gas air mata. Sesekali mereka merangsek ke depan Mapolda ketika efek gas air mata sudah memudar.
Aparat di lapangan agar lebih persuasif dan humanis, serta tidak bertindak brutal dalam mengamankan warga
PP KAMMI menilai insiden pelindasan seorang peserta aksi oleh polisi menggunakan mobil taktiks Baracuda menambah panjang daftar tindakan represif aparat dalam menangani demonstrasi.
Total sebanyak 44 orang dibawa ke markas polisi setelah aksi berlangsung ricuh di depan Gedung DPRD Sumut.
Petugas kepolisian yang berjaga langsung menembakkan air untuk mengurai massa. Merespon halauan polisi, massa aksi kemudian membalas dengan melempari petugas dengan benda keras.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved