Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SEIRING terbentuknya kepemimpinan MPR RI periode 2019-2024, PDI Perjuangan dan Partai Gerindra kian semangat menghidupkan kembali Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam amendemen terbatas UUD 1945.
Anggota MPR RI dari Fraksi PDIP, Masinton Pasaribu, mengatakan Indonesia sebagai negara besar harus memiliki haluan pembangunan yang terencana dan berkesinambungan. Karena itu, penting untuk memasukkan GBHN dalam amendemen terbatas UUD 1945.
"Seluruh pembangunan politik, hukum, pertahanan, ekonomi, sosial, budaya, dan pangan itu dirumuskan dalam suatu haluan negara, seperti GBHN untuk diterapkan dalam jangka panjang," katanya saat dihubungi kemarin.
Meskipun saat ini sudah ada Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional, menurut Masinton, hal itu akan sangat tergantung pada visi-misi presiden terpilih.
Gayung pun bersambut. Ketua Fraksi Partai Gerindra MPR RI, Ahmad Riza Patria, mengatakan bahwa mengamendemen UUD 1945 secara terbatas dengan memasukkan GBHN sangat penting. "Supaya arah pembangunan negara tertuju dan terarah untuk kepentingan rakyat semata," kata dia, kemarin.
Namun, PDIP dan Gerindra membantah isu GBHN menjadi deal politik untuk bersama mendukung politikus Partai Golkar Bambang Soesatyo sebagai Ketua MPR RI 2019-2024. Semula partai besutan Prabowo Subianto itu berkeras mengusung Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani sebagai ketua MPR.
PDIP dan Gerindra harus bekerja keras meyakinkan fraksi lainnya di MPR untuk menghidupkan kembali GBHN. Ketua Fraksi Partai Golkar MPR, Zainudin Amali, menyatakan pihaknya masih menunggu diskusi dengan pimpinan MPR yang baru dilantik.
Ketua Fraksi Partai NasDem MPR RI, Johnny G Plate, menilai amendemen UUD 1945 harus dilakukan secara komprehensif karena tidak ada istilah terbatas. "Harus dianalisis secara mendalam."
Pakar hukum tata negara Universitas Jember, Bayu Dwi Anggono, menyepakati GBHN dihidupkan lagi. "GBHN layak dipertimbangkan karena lebih tinggi sifatnya dan mengikat, tetapi tidak berarti harus ada sanksi. Tidak bisa presiden diberhentikan hanya karena tidak menjalankannya, karena mandataris tetap rakyat sebagai pemilih," ucap dia. (Gol/Nur/Dhk/Iam/X-4)
MOMENTUM Agustus 2023 perlu diingat sebagai waktu negara ini telah dijalankan selama 21 tahun berdasarkan konstitusi hasil amendemen.
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan dan rambu-rambu dalam menentukan segala kebijakan dan tindakan penyelenggara negara.
Bekerja sama dengan MPR, Mahutama melihat perlunya GBHN jadi pedoman penyelenggara negara dan pembangunan nasional
Pengamat Politik Lembaga Analisis Politik Indonesia (L-API), Maksimus Ramses Llalongkoe mengatakan penghidupan kembali GBHN tak memiliki substansi yang jelas.
Saat ini sistem perencanaan pembangunan nasional tidak terintegrasi dengan baik. Khususnya setelah dilakukannya pemilihan umum langsung dan aturan soal otonomi daerah.
SELURUH fraksi MPR diketahui telah melakukan diskusi panjang soal usulĀan menghidupkan kembali Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat mengatakan momen lebaran dan mudik harus menjadi salah satu momentum untuk mneingkatkan rasa persatuan dan persaidaraan antar anak bangsa.
DALAM pergaulan politik di kalangan elite, di waktu menjelang dan setelah pemilihan presiden (pilpres), biasanya muncul tema juga isu yang antara lain memunculkan beberapa nama.
PEMIMPIN yang mampu mengayomi masyarakat sangat dibutuhkan dalam menghadapi berbagai tantangan yang terjadi sebagai dampak perubahan di berbagai sektor kehidupan.
PDIP dan Partai Demokrat belum juga menyerahkan nama untuk pimpinan DPRD DKI meski waktu tinggal sehari lagi.
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta melakukan penyemprotan disinfektan di Gedung MPR dan DPR RI, Minggu (14/6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved