Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Honor Rp500 Ribu, Nyawa Jadi Taruhan

Cikwan Suwandi
21/4/2019 13:35
Honor Rp500 Ribu, Nyawa Jadi Taruhan
Keluarga dan kerabat memanjatkan doa untuk almarhum Agus Mulyadi, petugas KPPS TPS 38 Kelurahan Karawang Kulon yang wafat saat bertugas.(MI/Cikwan Suwandi )

AGUS Mulyadi, 53 anggota KPPS di TPS 38 Kelurahan Karawang Kulon, Karawang, Jawa Barat meninggal dunia pada Sabtu (20/4) sekitar pukul 19.00 Wib. Agus Mulyadi menjadi salah satu daftar baru pahlawan demokrasi yang meninggal dunia saat bertugas pada Pemilu 2019 ini. Sebelum hari pencoblosan pada Rabu (17/4), Agus terjatuh di rumahnya dan mengalami cedera pada bagian punggung. Namun, sakit yang dideritanya tak ia rasakan. Ia enggan diganti menjadi anggota KPPS.

"Kami sempat tawarkan ke Pak Agus, untuk diganti. Tetapi beliau katakan jika dirinya masih sanggup untuk menyelesaikan tugasnya," kata salah satu rekan anggota KPPS lainnya, Roni Juanda,55 kepada Media Indonesia usai pemakaman Agus, Minggu (21/4).

Di TPS Agus bertugas, terdapat 232 daftar pemilih tetap (DPT). Saat itu kondisi Agus memang masih kurang sehat. Ia bekerja mulai dari  pembukaan TPS hingga pukul 21.00 WIB.

"Memang kondisinya sudah kurang sehat, tetapi Pak Agus tetap ingin menyelesaikan tugasnya. Hingga kami meminta agar ia beristirahat pada pukul 21.00 WIB," katanya.

Akan tetapi, seusai pulang dari TPS, kondisi Agus memburuk dan tutup usia dengan meninggalkan istri dan tiga anak.

"Pak Agus ini memang berpengalaman menjadi panitia KPPS. Ia sudah  sekitar 3 sampai 4 kali jadi petugas," lanjutnya.

Dalam kesehariannya, Agus bekerja serabutan dan istrinya adalah ibu rumah tangga. Sedangkan anaknya masih menjadi tanggungan tinggal satu orang yang masih duduk di sekolah menengah atas.

"Pemilu serentak, merupakan tugas yang paling berat. Dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya. Sebetulnya saya juga sedang sakit gagal ginjal dan harus menjalankan cuci darah. Tetapi demi mensukseskan pemilu, kami siap karena kami ditunjuk untuk menjalankan tugas negara," ungkap Roni.

Ia mengakui kapok dengan sistem pemilu saat ini. Pekerjaan berat yang mereka pikul tidak sebanding dengan honor yang diberikan.

Kehilangan anggota KPPS, meyebabkan duka mendalam Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Karawang, Miftah Farid. "Kami KPU Karawang mengucapkan duka yang mendalam. Saat ini sudah ada dua anggota KPPS yang meninggal seusai menuntaskan tugasnya dalam pemilu," ujar Miftah.

Ia mengakui beban pemilu serentak bagi anggota KPPS ini sangatlah berat. Pasalnya, mereka harus bekerja keras hingga 24 jam untuk menghitung surat suara. Ditambah dengan adanya tekanan mental.

"Saat ini honor yang mereka terima hanya Rp500 ribu. Kemudian tidak adanya asuransi untuk mereka. Kami akan sampaikan laporan-laporan ini, agar menjadi bahan pertimbangan untuk pemangku kepentingan mengambil kebijakan," katanya. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya