Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Debat Keempat: Jokowi Kembali Unggul, Prabowo bicara Tanpa Solusi

Micom
31/3/2019 08:35
Debat Keempat: Jokowi Kembali Unggul, Prabowo bicara Tanpa Solusi
Capres nomor urut 01, Joko Widodo menyapa capres nomor urut 02, Prabowo Subianto, disaksikan Ketua KPU Arief Budiman.(AFP/DHANY KRISNADHY)

JURU Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - Kiai Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily, menyatakan debat keempat yang bertema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan, Keamanan dan Hubungan Luar Negeri, Pak Jokowi kembali unggul. 

"Pak Jokowi mampu menyampaikan program-program konkret dan menguasai tema yang diperdebatkan. Sementara Pak Prabowo sebaliknya, tidak dapat mengelaborasi visi & misinya di bidang tersebut dengan baik. Prabowo lebih banyak mengkritik tapi tak menawarkan solusi konkret," ujar Ace dalam keterangan resmi, Minggu (31/3). 

Dalam bidang ideologi, kata Ace, Jokowi menyampaikan langkah-langkah yang lebih maju terkait dengan penanaman ideologi Pancasila kepada generasi muda. Jokowi tampak lebih spesifik dan solutif dalam menjawab. Selain melalui pendidikan, beliau juga mencontohkan  penanaman nilai Pancasila melalui visual di media sosial, agar penanaman nilai Pancasila sejakan dengan generasi muda. 

"Sementara Prabowo menjawab tentang pendidikan Pancasila dengan program yang sudah berjalan saat ini, yaitu pendidikan sejak dini hingga kuliah S3. Pendidikan Pancasila ini sudah sejak lama telah diberikan dalam dunia pendidikan," tuturnya. 

Menurut Ace, Jokowi lebih memahami perkembangan zaman dan memahami dunia anak muda dengan pendekatan yang mudah dipahami serta bukan indoktrinatif. Sebaliknya, Prabowo masih pendekatan yang lama yang justru tanpa dijelaskan metodologinya yang lebih sesuai dengan generasi muda saat ini.

Di bidang Pemerintahan, Jokowi menjelaskan dengan sangat baik tentang dua hal. Pertama, kinerja pemerintahan yang melayani. Kedua, pemerintahan yang harus dapat memanfaatkan teknologi informasi terutama digital. 

"Jokowi dalam pemerintahannya telah memulai e-government seperti  e-planning, e-budgeting, e-procurement, dan e-reporting," tambahnya. 

Baca juga: Rasional vs Emosional

Lebih jauh, ia mengatakan Jokowi kembali memperkenalkan istilah milenial, yaitu Dilan atau digital melayani. Konsep ini jelas akan mempertegas fungsi sejati pemerintahan ialah memberikan pelayanan yang cepat, memangkas birokrasi yang berbelit-belit, bertele-tele dan rawan korupsi. 

Sementara Prabowo kembali mengulang isu lama yang sering dilontarkannya, keboncoran anggaran, tak ratio, korupsi stadium 4, dan soal kekayaan Indonesia di luar negeri. 

"Prabowo tidak menyampaikan secara jelas apa solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dia tuduhkan tersebut. Pertanyaan tentang Mall Pelayanan Publik tidak dapat dijelaskan secara meyakinkan dan terlihat tidak menguasai isu-isu tentang pelayanan pemerintahan," papar Ace. 

Dalam bidang pertahanan, Jokowi menunjukan kepercayaannya kepada TNI sebagai alat pertahanan negara. Walaupun bukan berlatar belakang militer, penguasaan terhadap isu keamanan sangatlah impresif. Penjelasannya tentang reorganisasi gelar pasukan yang ditempatkan di pulau-pulau terluar yang dilengkapi dengan perlengkapan seperti radar menunjukan bahwa Jokowi sebagai Panglima Tertinggi menguasai pertahanan. 

"Ini menujukan bahwa supremasi sipil dalam negara demokrasi telah ditunjukan dengan sangat kuat pada figur Jokowi," katanya. 

Sementara Prabowo yang berlatar belakang militer, justru menunjukan arogansinya sebagai bekas TNI dengan menunjukan ketidakpercayaannya terhadap kemampuan institusi yang membesarkannya itu. Kritiknya soal kemampuan pertahanan kita yang lemah dan anggaran pertahanan yang dinilai rendah tidak disertai dengan solusi yang masuk akal dan dapat diterima. 

"Prabowo tidak mampu menjelaskan alternatif program yang dapat memperkuat alat utama sistem persenjataan kita," ungkapnya. 

Dalam bidang luar negeri, Pak Jokowi menyampaikan modalitas Indonesia sebagai penduduk muslim terbesar di dunia yang menunjukan Islam moderat dan nilai toleransi. Dengan modal itu, Indonesia mampu menjadi contoh dari dunia Islam yang dapat menyelesaikan konflik berbasis agama. 

"Peran Indonesia dalam pergaulan internasional digambarkan Jokowi seperti Afganistan dan Rohingya, menujukan bahwa Indonesia diperhitungkan dalam relasi global tersebut," ulas Ace. 

Di bidang luar negeri, lanjut Ace, Prabowo menunjukan ketidakpercayaannya terhadap kemampuan diplomasi Indonesia. Prabowo selalu merefer pada keadaan domestik kita. Padahal dengan kemampuan diplomasi kita, justru akan berimplikasi terhadap penguatan urusan domestik kita. 

"Kemampuan diplomasi luar negeri yang kuat, justru akan mendatangkan kepercayaan internasional terutama dalam bidang ekonomi kepada Indonesia sehingga urusan dalam negeri kita akan dapat kepercayaan investasi asing, perluasan pasar ekspor di luar negeri, dan lain-lain," katanya. 

Menurut Ace, secara umum, Jokowi telah menujukan kualitas pemimpin yang matang, teruji dan lebih solutif. Beliau sangat tenang dalam menjawab serangan-serangan Prabowo. Sementara Prabowo menujukan pemimpin yang emosional dan meledak-ledak. Menyelesaikan persoalan bangsa tak cukup dengan emosional tanpa ketenangan berpikir dalam mencari solusi yang terbaik. 

"Secara umum Jokowi tetap unggul dengan kematangan, kekuatan argumentasi, menjelaskan secara rinci program dan tawaran solusi yang tepat," pungkasnya. (RO/OL-3) 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya