Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Puisi Neno Puncak Kebohongan 02

INSI NANTIKA JELITA
25/2/2019 09:25
Puisi Neno Puncak Kebohongan 02
(ANTARA FOTO/Ampelsa)

POLITIKUS Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lukman Edy menilai puisi doa Neno Warisman dalam acara Munajat 212 merupakan puncak kebohongan yang dilakukan kubu capres-cawapres nomor urut 02.

Lukman mengatakan puisi doa Neno Warisman yang merupakan bagian tim sukses Prabowo-Sandi tidak lagi menyasar umat Islam, tapi juga bangsa Indonesia atau berupaya mendelegitimasi KPU.

Puisi doa yang berisi kebohongan itu, menurutnya, disodorkan kepada Allah SWT. “Ini di luar batas orang normal, di luar kebiasaan akal sehat,” katanya.

Wakil Direktur Bidang Saksi Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin itu mengatakan, dalam puisi doanya Neno menyatakan tidak akan ada lagi orang menyembah Allah SWT jika Jokowi menang.

“Dia tidak pantas mengucapkan doa itu. Apalagi hanya untuk sebuah tujuan menang pemilu. Ini ialah kebohongan dan hoaks kepada Maha Pencipta, Allah SWT,” ujarnya. Lukman mengingatkan sebelumnya kubu Prabowo telah berulang kali melakukan kebohongan. Misalnya dengan mendesain ijtima ulama dan menggiring opini umat Islam dengan cara mengatakan Prabowo akan menggandeng beberapa ulama populer sebagai calon pasangannya.

Namun faktanya, Prabowo malah menggandeng Sandiaga Uno dengan pertimbangan memiliki dana kampanye yang melimpah, serta belakangan menyatakan Sandiaga ialah ulama milenial.

Selain itu, kata dia, kubu Prabowo melalui Ratna Sarumpaet juga berbohong menciptakan dramatisasi operasi plastik untuk membuat hoaks soal kriminalisasi.

Kemudian kubu Prabowo juga kerap berupaya mengkriminalisasi KPU dengan berbagai tudingan seperti soal DPT ganda, kotak suara kardus, temuan kontainer surat suara tercoblos, hingga tudingan soal penyelenggaraan debat capres yang berpihak.

Cendekiawan muda Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Misrawi menyebut puisi Neno sebagai upaya mencampuradukkan masalah agama ke dalam politik. “Puisi Neno Warisman yang dibacakan dalam acara Munajat 212 banyak mendapatkan respons dan kritik dari umat Islam karena isi puisi tersebut telah membawa agama ke dalam ranah politik yang dapat memecah belah umat Islam dalam polarisasi politik yang semakin tajam,” ujar Gus Mis, panggilan akrab Zuhairi Misrawi.

Ketua Bidang Hubungan Antaragama Baitul Muslimin Indonesia itu mengatakan, dalam sejarah Islam, isi puisi Neno sangat berbahaya karena dapat menjadi petaka (nakbah). “Hal serupa pernah dilakukan kaum Khawarij di masa lalu karena mengatasnamakan Allah untuk sekadar memuaskan nafsu politik.” PBNU ingatkan

Ketua PBNU Robikin Emas mengingatkan Neno untuk tidak mengandaikan pilpres sebagai perang. “Pengandaian pilpres sebagai perang ialah kekeliruan. Pilpres hanya kontestasi lima tahunan.”

Robikin meyakini sengaja atau tidak, Neno mencoba membawa orang pada peristiwa Perang Badar di awal sejarah Islam. Saat itu pasukan muslim yang berjumlah 319 orang berhadapan dengan musuh yang berjumlah tiga kali lipat. (Mal/Ant/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : PKL
Berita Lainnya