Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Bawaslu RI masih Tunggu Laporan

Putri Rosmalia Octaviyani
24/2/2019 08:15
Bawaslu RI masih Tunggu Laporan
(MI/ROMMY PUJIANTO)

DOA bersama Munajat 212 yang dilakukan pada Kamis (21/2) dinilai sangat kental unsur politik.

Mulai sambutan Ketua Umun PAN, Zulkifli Hasan, hingga orasi Neno Warisman yang dianggap bermakna hasutan.

Komisioner Bawaslu RI, Rahmat Bagja, menyatakan telah berkoordinasi dengan Bawaslu DKI untuk mengawasi jalannya Munajat 212. Penilaian dan pengkajian tentang ada atau tidaknya pelanggaran kampanye masih dilakukan Bawaslu DKI.

Pengawasan langsung dilakukan Bawaslu DKI karena lokasi acara yang berada di bawah kepengurusan mereka.

"Kami sedang koordinasi kembali dengan teman-teman Bawaslu DKI. Mereka yang malam itu melakukan pengawasan," ujar Bagja kepada wartawan di Jakarta, kemarin.

Bila sudah dilaporkan Bawaslu DKI, Bawaslu RI akan mengambil keputusan. Tidak menutup kemungkinan akan dilakukan pemanggilan terhadap politisi yang hadir dalam kegiatan tersebut untuk dimintai keterangan terkait dengan dugaan pelanggaran kampanye.

Sementara itu, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Neno Warisman, dianggap terlalu fanatik pada politik dan memanfaatkan agama.

Hal itu salah satunya terlihat dari puisi Neno Warisman di Aksi Munajat 212 yang isinya dianggap 'mengancam' Tuhan.

Menurut dia, surga itu tidak gratis. Surga tak bisa didapatkan dengan menangis di hadapan manusia. Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding, mengatakan pilihan diksi dalam ucapan Neno tampak sekali dibuat untuk menggiring opini publik.

"Seolah-olah hanya merekalah kelompok yang menyembah Allah, sedangkan kelompok lain yang berseberangan bukan penyembah Allah. Pertanyaan saya, dari mana Neno bisa mengambil kesimpulan itu? Apa ukurannya sampai ia bisa mengatakan jika pihaknya kalah, maka tak akan ada lagi yang menyembah Allah?" ujar Karding dalam keterangan tertulis, kemarin.

Karding mengatakan, Neno ialah contoh paling gamblang bagaimana agama dijadikan kedok untuk tujuan politik. Padahal, Jokowi-Amin didukung begitu banyak kiai, santri, pondok pesantren, dan umat Islam.

"Kalau ada yang menganggap Neno terlalu fanatik agama, itu keliru. Orang yang fanatik agama berarti ia mengerti betul tentang nilai esensial yang diajarkan agama, seperti menghargai, menghormati, dan menjaga perasaan sesama manusia. Bukan mengklaim seolah kelompoknya yang paling benar dan yang lain salah. Bagi saya, Neno sedang terjerat dalam fanatisme politik," ujar Karding. (Pro/Gol/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya