Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Jokowi Menjawab Fitnah

Insi Nantika Jelita
07/2/2019 09:00
Jokowi Menjawab Fitnah
(ANTARA/WAHYU PUTRO A)

JOKO Widodo punya alasan mendasar menunjukkan sikap menyerang. Gerah lantaran selalu diserang fitnah menjadi salah satu sebab pasangan Kiai Ma’ruf Amin itu sengaja tampil ofensif.

Menurut Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir sejumlah pernyataan Jokowi beberapa waktu terakhir merupakan penyampaian isi hati. Selama ini banyak pihak doyan memutarbalikkan isu.

“Ketika sebagai petahana Jokowi dituduh melakukan kriminalisasi, yang terjadi sebenarnya ialah Jokowi dizalimi,” kata Erick.

“Jadi kalau sekarang beliau menjawab, itu lumrah. Sebab, kalau tak menjawab, nanti fitnah itu dianggap benar.’’
Anehnya, kata Erick, Jokowi justru dianggap panik ketika mulai menjawab seluruh tu-dingan. Padahal, Jokowi sedang menyampaikan data dan fakta.

“Contoh saja, soal konsultan asing. Di media sosial sudah ada buktinya keberadaan orang asing di belakang BPN (Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi),” beber dia.

Erick juga menjelaskan istilah propaganda Rusia merupakan model kampanye oleh konsultan asing yang digunakan BPN Prabowo-Sandi. Menurut Erick, kabar oposisi menggunakan konsultan asing bukan sekadar isapan jempol. “Dan kita tahu, beliau (Jokowi) lebih tahu,” ucap dia.

Erick mengatakan tim pemenangan juga sudah diinstruksikan mulai ofensif. Khususnya tim advokasi. Petahana sering dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tanpa data akurat dari kubu lawan.

“Jadi saya katakan sudah selayaknya tim hukum kita ofensif melaporkan dengan fakta dan data,” tegas dia.
Namun, kata Erick, sikap ofensif dalam soal advokasi juga masih bisa menjadi celah serangan lawan. Misalnya, ketika tim hukum Jokowi-Amin membuat laporan berdasarkan data dan fakta yang ditindaklanjuti secara serius aparat, malah diisukan kriminalisasi.

“Mereka tak bisa membedakan kriminalisasi dengan penegakan atas fakta hukum. Ini perlu saya tegaskan supaya fair dulu ya,” ujar dia.

Erick lalu membuka salah satu hasil survei di pascadebat pertama lalu. Hasilnya, debat tak memengaruhi pemilih militan yang sudah ada. Data pemilih Jokowi dari 4 bulan lalu hingga usai debat pertama berada di angka 54%. Begitupun pemilih Prabowo-Sandi di angka 31%. Sebanyak 82% pemilih menyatakan tidak akan mengubah lagi pilihannya.

Hal wajar
Langkah Joko Widodo yang kerap menyindir lawannya, Prabowo Subianto, hal wajar. Namun, Jokowi dinilai tak pernah menyerang lawan politiknya.

“Menyindir itu saling balas- membalas. Kalau kita lihat secara baik, tidak pernah Pak Jokowi menyerang langsung,” kata Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Jusuf Kalla.

Menurut dia, Jokowi hanya menjawab pernyataan pesimisme dari kubu Prabowo. Misalnya, soal Indonesia akan punah bila tak ada pergantian kepemimpinan. “Lihat saja semuanya, jadi tidak pernah Jokowi yang mulai,” kata Kalla.

Dia mengakui Jokowi ­menyindir Prabowo sebagai langkah untuk menaikkan elektabilitas. Namun, Kalla menilai wajar bila dalam masa kampanye semua calon berupaya menaikkan tingkat keterpilihannya. “Apa pun tindakan, mau ke mana, mau ngomong, mau tidak ngomong, itu menaikkan (elektabilitas),” ujar Kalla. (P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya