Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
JURU Bicara TKN Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin, Arya Sinulingga, mengatakan pihaknya berharap peristiwa kontroversial seperti pembakaran bendera Tauhid tidak terulang lagi.
"Jangan sampai terulang lagi hal-hal kontroversial semacam ini," kata Arya kepada wartawan, Rabu (24/10).
Namun, untuk menyikapi persoalan tersebut, TKN menyerahkan semua pada kepolisian. Institusi penegak hukum, tentu akan melihatnya secara proporsional.
Termasuk juga dalam menduduki perkara ini, apakah bendera Tauhid ini identik dengan lambang HTI atau tidak. Jadi, biarkan kepolisian yang menanganinya.
"Kita serahkan semuanya kepada aparat kepolisian yang menangani permasalahan ini," sambungnya.
Baca juga: TKN Jokowi-Ma'ruf Amin: Sikap PKS Bukti Prabowo Tidak Laku 'Dijual'
Harapannya, masyarakat jangan mudah terpancing dan dapat menahan diri. Dengan begitu, kebersamaan dan kekeluargaan sebagai satu bangsa tak terganggu.
Dengan bersikap secara dewasa, persoalan semacam ini tentu bisa selesai secara baik-baik. Sekaligus menjadi pembelajaran untuk ke depannya.
Sementara itu, Ketua Lakpesdam PBNU Rumadi Ahmad menilai anggota Banser memang agak ceroboh, tidak menghitung risiko yang akan muncul atas sikapnya.
"Tapi jangan terlarut dengan provokasi dan narasi Banser membakar kalimah tauhid. Bendera HTI dan kalimat tauhid itu dua hal yang berbeda," ujar dia.
Menurutnya, memang sulit membedakan kedua hal itu. Serta, membutuhkan kecerdasan, bukan sekedar emosi saja. Maka itu, jangan sampai ini malah diprovokasi.
"Jangan-jangan HTI memang memancing Banser untuk marah," ungkap Rumadi.
Sebab, ia mempertanyakan mengapa dalam peringatan Hari Santri malah ada bendera HTI berkibar. Kata dia, itu menjadi satu persoalan sendiri yang harus dicermati.
"Dan benar Banser marah, bendera HTI dibakar. Sebenarnya memang gak perlu dibakar sih. Cukup dilipat saja. Tapi ya sudah terlanjur," sambungnya.
Menurut dia, bisa jadi ini adalah skenario HTI sendiri. Seperti membuat jebakan, khususnya ke pihak Banser. Supaya muncul rasa simpatik pada ormas tersebut.
Permintaan maaf pihak Banser pun tidak akan menjadi jalan keluar atas persoalan tersebut. Isu ini akan terus digoreng, bahkan Banser disebut menistakan agama.
"Lalu, Banser harus dibubarkan. Pelakunya harus dibawa ke penjara. Nanti akan terus dikatakan, Banser penista Islam dan sebagainya," tambah Rumadi.
Ujung-ujungnya pasti akan ditarik pada persoalan Pilpres. Di mana muncul persepsi supaya publik tidak memilih calon yang didukung penista agama.
"Jadi, HTI sekarang di atas angin. Mereka akan mengelola emosi dan akan terus menggerakkan emosi massa, karena sudah ada yang terbakar," ujar dia. (RO/OL-2)
BADAN Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat (BBHAR) DPC PDI Perjuangan Jakarta Pusat melaporkan aksi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang membakar bendera PDIP
Pelaku berinisial RA, 21, di Desa Pante Gajah, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, Selasa (23/8).
"Tentunya kami akan menyelesaikan kasus seperti ini, karena ini menyangkut yuridiksi daripada Malaysia."
Beredar di media sosial seorang pria yang membakar bendera merah putih. Pelaku yang mengenakan kaos itu sambil merokok membakar bendera tersebut.
Kepolisian berjanji akan melakukan penyelidikan dan penyidikan secara profesional berdasarkan keterangan saksi, pelapor, serta barang bukti untuk mengetahui tindak pidana di dalamnya.
Basarah mengatakan langkah hukum itu merespons berbagai aksi kekerasan dan fitnah yang dilakukan oknum yang telah mencederai semangat demokrasi Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved