Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
HINGGA memasuki bulan ke-14, belum ada tanda-tanda perang Israel melawan poros-poros perlawanan akan segera berakhir. Sebagai presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump memang sempat menekan para pihak di Timur Tengah untuk segera mengakhiri perang yang ada (khususnya antara Israel dan Hamas) sebelum pelantikan presiden AS pada 20 Januari 2025. Perundingan sempat berjalan intensif, bahkan mencatat perkembangan-perkembangan positif. Namun, dalam perkembangan terbaru, perundingan kembali berhenti dengan klaim yang bertentangan antara pihak Israel dan pihak Hamas.
Di lapangan, korban jiwa akibat perang yang berkobar di Gaza sejak 7 Oktober 2023 terus bertambah hingga mencapai lebih dari 45 ribu orang. Jumlah itu akan semakin bertambah banyak bila ditambah dengan korban-korban yang berjatuhan di front lain seperti di Libanon (Israel melawan Hizbullah), Suriah, Yaman, hingga Iran.
Sebagaimana dimaklumi, dunia terbelalak ketika Hamas secara mengejutkan berhasil menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas yang diberi nama Badai Al-Aqsa menimbulkan korban jiwa sekitar 1.200 orang dan sekitar 250 orang menjadi sandera.
Karena tak mau dipermalukan terlalu lama, Israel langsung melakukan serangan balasan dengan cara menyerang Gaza secara membabi buta. Tak ada tempat aman di Gaza. Hampir semua titik di Gaza tak luput dari serangan Israel yang tak jarang menggunakan senjata-senjata berat. Tempat ibadah, pengungsian, lembaga pendidikan, bahkan rumah sakit yang harus dihormati dalam peperangan tak luput dari serangan Israel yang membabi buta.
Israel acap berdalih; warga sipil yang menjadi korban sengaja digunakan Hamas sebagai perisai. Pun demikian tempat-tempat terlindung yang sejatinya tidak boleh menjadi target serangan, seperti tempat ibadah, lembaga pendidikan, dan rumah sakit. Padahal, pimpinan Hamas seperti Yahya Sinwar sekalipun tidak meninggal dalam keadaan bersembunyi di tempat-tempat mulia seperti tempat ibadah, tempat pengungsian, dan yang lainnya. Sinwar justru meninggal dalam keadaan bertarung dengan tentara Israel di salah satu bangunan yang telah hancur lebur akibat serangan udara Israel.
Setelah melihat kebrutalan yang dilakukan Israel, tak mengherankan masyarakat dunia menuntut adanya penyelidikan yang independen di Gaza, khususnya terkait dengan Israel melakukan genosida atau kejahatan perang lainnya.
Desakan adanya penyelidikan itu bahkan disuarakan Paus Fransiskus sebagai tokoh tertinggi Katolik di dunia (17/11). Bahkan, ICC sebagai mahkamah kriminal internasional telah mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Netanyahu sebagai perdana menteri Israel dan Yoav Gallant sebagai mantan menteri pertahanan Israel (20/11).
Badai Al-Aqsa menyebar ke jalur-jalur poros perlawanan. Bahkan penyebaran Badai Al-Aqsa telah terjadi sejak 8 Oktober 2023, sehari setelah Badai Al-Aqsa dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023. Disebut demikian, karena per 8 Oktober 2023, Hizbullah yang selama ini dikenal sebagai macan perlawanan Timur Tengah telah melibatkan diri dalam perang melawan Israel dengan logika dukungan (al-isnad) atau solidaritas terhadap perjuangan Hamas di Gaza. Sejak 8 Oktober 2023 lalu, aksi balas-membalas serangan acap terjadi antara Hizbullah dan Israel.
Perang Hizbullah-Israel kali ini bisa dikatakan mengalami 'final dini', mengingat Israel dengan begitu mudah berhasil menarget dan membunuh tokoh-tokoh Hizbullah. Mulai komandan senior seperti Fuad Shukr (1/8) hingga Hassan Nasrallah yang bahkan dibunuh di Markaz Hizbullah (27/11). Bahkan tokoh-tokoh lain yang sempat digadang-gadang akan menjadi pengganti Nasrallah sebagai pimpinan Hizbullah (seperti Hashem Safieddine) sudah bisa dibunuh sebelum yang bersangkutan menempati posisinya secara resmi.
Dalam hemat penulis, kondisi Hizbullah yang mengalami final dini tidak terlepas dari keberhasilan Israel menguasai sistem informasi milisi tersebut hingga Israel dengan mudah mendapatkan info-info akurat terkait dengan tokoh penting Hizbullah dan kelompok perlawanan secara umum. Hizbullah tak ubahnya pegangan tombak bagi kelompok perlawanan. Tanpa disadari, sejauh ini mata-mata Israel berhasil menyusup dan menggerogoti dari dalam 'pegangan tombak' perlawanan itu. Akibatnya tombak perlawanan secara umum tidak bisa berfungsi sebagaimana diharapkan.
'Manuver menyamping' yang dilakukan Israel dengan turut serta (baik langsung atau tidak) dalam operasi penggulingan Bashar al-Assad di Suriah menambah pukulan telak bagi kelompok perlawanan. Dengan runtuhnya Al-Assad, kelompok perlawanan kehilangan jalur logistik atau bahan ekosistem perlawanan.
Hal yang harus diperhatikan ke depan, krisis Suriah yang masih menjadi tanda tanya bagi para pihak terkait dengan pemerintahan Ahmad Syara’ sebagai pemimpin Hay’at Tahrir Syam (HTS) berpotensi menimbulkan tiga krisis lebih lanjutan. Krisis pertama ialah melebarnya api konflik ke wilayah Turki, khususnya dengan keberadaan kelompok oposisi dari kalangan Kurdi yang dalam beberapa hari terakhir kerap terlibat konflik terbuka dengan kelompok oposisi Suriah yang didukung Turki.
Krisis kedua ialah bila HTS yang sampai sekarang masih dimasukkan kelompok teroris global berhasil menjalankan pemerintahan (apa pun bentuknya), hal itu berpotensi menimbulkan angin segar bagi kelompok teroris lain, paling tidak menjadi angin segar bagi kelompok Islam politik di Timur Tengah yang acap dijadikan musuh oleh banyak rezim di Timur tengah. Persis di sinilah kemungkinan munculnya krisis ketiga, yaitu munculnya Arab Spring jilid II sebagai gerakan rakyat yang menuntut pemberlakuan demokrasi di dunia Arab. Sejauh ini, potensi krisis ketiga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan dua krisis pertama dan kedua yang pada tahap tertentu sudah mulai terjadi.
Bila hal di atas benar-benar terjadi, krisis yang berawal dari Badai Al-Aqsa kini telah melebar dan menjelma sebagai Badai Timur Tengah. Tahun 2023 dan 2024 telah menjadi saksi bagaimana ganasnya Badai Al-Aqsa yang amat mungkin akan berhenti dengan berakhirnya perang Israel-Hizbullah dan Israel-Hamas.
Namun, Badai Timur Tengah amat mungkin masih akan terus bergulir pada 2025 mendatang; dimulai dari pembangunan Suriah pasca-Al-Assad yang sepertinya tidak akan berjalan dengan mudah, krisis Turki dengan kelompok Kurdi, hingga kemungkinan bergairahnya kembali gerakan Islam politik di dunia Arab dan Timur Tengah secara umum.
SEIRING dengan berbagai kekhawatiran soal keberlanjutan gencatan senjata di Gaza, Indonesia disebut-sebut dalam berbagai rencana masa depan kawasan tersebut.
DALAM pidato pelantikannya sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat (AS) pada 20 Januari, Donald Trump menyatakan ingin menjadi ‘peacemaker’.
BILA kita mendengar berita dan melihat tayangan di TV hingga saat ini, gambaran penyelesaian masalah Palestina belum juga didapat, bahkan membuat kesal karena permainan cilukba dari Tel Aviv
SETELAH negosiasi tak langsung selama berbulan-bulan, dimediasi Qatar, Mesir, dan AS di Doha, gencatan senjata Israel dan Hamas dicapai.
DALAM Pemilu AS yang dramatis, Donald Trump keluar sebagai pemenang. Reaksi dunia beragam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved