Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
L’histoire se repete. Setelah sukses memenangi Piala Dunia untuk keempat kalinya, Jerman datang ke Piala Dunia 2018 dengan kepercayaan diri yang tinggi untuk mempertahankan gelar. Para pemain muda mulai tampil untuk mendampingi pemain senior, seperti Manuel Neuer, Mesut Oziel, Thomas Mueller, dan Toni Kroos.
Namun, kenyataan tidak seindah skenario di atas kertas. Di pertandingan pertama, Die Mannschaft harus menelan pil pahit, kalah 0-1 dari Meksiko. Pertandingan kedua melawan Swedia berjalan menegangkan. Jerman tidak boleh kalah apabila ingin bertahan di Rusia.
Gol penentuan Kroos di detik-detik terakhir menyelamatkan Jerman. Pelatih Joachim Loew bisa bernapas lega. Bayang-bayang untuk bisa bertahan di ajang Piala Dunia 2018 kembali menguat. Apalagi di pertandingan terakhir tinggal menghadapi Korea Selatan yang sudah pasti tersingkir.
Sepak bola Asia memang jauh tertinggal dari Eropa. Kalaupun Korea Selatan pernah menembus semifinal Piala Dunia 2002 dengan menyingkirkan Portugal, Polandia, Italia, dan Spanyol, itu karena faktor tuan rumah.
Di semifinal, Jerman ketika itu menundukkan Korea Selatan 1-0. Perjalanan tim tuan rumah pun terhenti di empat besar dan setelah itu Korea Selatan tidak pernah lolos lagi dari 16 Besar.
Namun, bukan bangsa Korea apabila mudah untuk menyerah. Walaupun tidak ada peluang lolos dari penyisihan grup, Taegeuk Warriors tidak mau pulang dengan tangan hampa. Mereka ingin membalas kekalahan di semifinal Piala Dunia 2002.
Di tangan pelatih Shin Tae-yong yang sekarang menangani tim nasional Indonesia, Korea membuat sejarah besar. Melalui kaki Son Heung-min, Korea Selatan bukan hanya bisa mengalahkan juara dunia empat kali Jerman 2-0, melainkan juga membuat Die Mannschaft untuk pertama kalinya gagal lolos dari putaran pertama Piala Dunia.
Tim putri
Sejarah pahit sepak bola Jerman terulang di ajang Piala Dunia Putri 2023 di Australia dan Selandia Baru. Datang sebagai tim favorit, kesebelasan Jerman harus angkat koper lebih awal.
Lagi-lagi juara dunia dua kali itu disingkirkan oleh kesebelasan Korea Selatan. Kali ini Jerman memang tidak sampai menelan pil pahit dibekuk Korea Selatan. Namun, hasil imbang 1-1 di pertandingan penyisihan terakhir Kamis malam membuat mereka gagal lolos ke perdelapan final.
Seperti yang dialami Die Mannschaft di ajang Piala Dunia 2018, Jerman tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Kegagalan itu murni karena kesalahan mereka sendiri.
Kemenangan 6-0 pada pertandingan pertama melawan Maroko membuat tim putri Jerman merasa sudah akan menjadi juara dunia. Mereka memang tampil luar biasa mendominasi permainan sehingga pers pun langsung mengangkat mereka sebagai calon juara dunia.
Sikap jemawa justru menjadi awal kegagalan kesebelasan putri Jerman. Menghadapi debutan Kolombia, mereka terlalu menganggap enteng. Di luar dugaan, Kolombia menaklukkan Jerman 1-0.
Pertandingan ketiga Kamis malam membawa malapetaka. Kolombia yang sudah mengantongi dua kemenangan, di luar dugaan dikalahkan Maroko 0-1. Maroko pun mengantungi enam poin karena sebelumnya berhasil mengalahkan Korea Selatan.
Jerman tidak punya pilihan kecuali menang atas Korea Selatan sehingga bisa unggul head to head atas Maroko untuk mendampingi Kolombia ke-16 besar. Namun, baru enam menit pertandingan berjalan, Korea mampu mencuri gol melalui Cho So-hyun.
Alexandra Popp dan kawan-kawan baru tersadar berada dalam bahaya dan segera mulai bangkit menyerang. Mereka menguasai 65% permainan setelah itu dan menggempur habis gawang Korea. Tiga menit menjelang jeda, kesebelasan putri Jerman mampu menyamakan kedudukan 1-1 melalui gol yang dicetak Popp.
Di babak kedua, Jerman kembali membombardir gawang Korea Selatan guna mencari satu gol kemenangan, tetapi pertahanan grendel Korea tidak mampu ditembus dan hingga peluit panjang Jerman gagal menambah gol sehingga tersingkirlah sang favorit dari ajang kejuaraan dunia. “Ini merupakan momen paling menyedihkan dalam hidup saya,” ujar gelandang Jerman, Lena Oberdorf lirih.
Kebangkitan Asia
Jerman bukan satu-satunya tim favorit yang terjengkang di putaran pertama. Tim ‘Samba’ Brasil juga gagal untuk bisa lolos 16 besar. Demikian pula negara sepak bola besar, seperti Argentina dan Italia.
Kejuaraan Dunia Putri 2023 mengukuhkan kebangkitan sepak bola Asia. Setidaknya dua negara, Korea Selatan dan Jepang, mampu menyejajarkan diri dengan sepak bola dunia baik untuk kelompok putra maupun putri.
Pada Kejuaraan Dunia Putri sekarang ini, Jepang mengukuhkan diri sebagai juara grup. Mereka menjadi satu-satunya tim putri Asia yang bisa menembus 16 besar. Bukan mustahil perjalanan mereka akan terus melaju melihat kualitas permainan yang mereka miliki.
Semua itu tidak didapat dengan jalan pintas dan instan. Perjalanan mereka menembus sepak bola dunia sangat panjang dan melalui perjuangan yang sangat berat.
Para pemain Korea dan Jepang harus meninggalkan tanah air mereka demi meningkatkan kualitas permainan. Mereka harus menempa diri dengan berlatih jauh lebih keras daripada para pemain Eropa agar mampu menyejajarkan diri.
Jika Jepang memiliki Kazuyoshi Miura yang memulai karier dengan bermain di klub Genoa, Italia, Korea Selatan harus berterima kasih kepada Park Ji-sung dan Lee Young-pyo yang mampu menembus Liga Primer. Park menjadi pemain Asia pertama yang mampu bermain di Manchester United, sedangkan Lee berhasil menggunakan kostum Tottenham Hotspur.
Sukses Park di Manchester United seakan menjadi keran pembuka bagi para pemain Korea untuk bisa berlaga di Liga Eropa. Daya tahan fisik Park yang luar biasa membuat ia menjadi andalan pelatih Sir Alex Ferguson apabila hendak mematikan pergerakan pemain lawan.
Pada pertandingan 16 besar Liga Champions 2010, 'Setan Merah' harus bertemu AC Milan. Ketika itu playmaker AC Milan yang paling ditakuti ialah Andrea Pirlo. “Tugas kamu hari ini bukan merebut bola, bukan memberikan passing. Tugas kamu ialah Pirlo. Hanya menjaga Pirlo,” kenang Alex Ferguson yang bangga karena Pirlo tidak berdaya dikawal Park dan Manchester United menang agregat 7-2.
Namun, Park tidak hanya kuat dalam bertahan. Ia pun punya insting yang kuat untuk melihat peluang baik buat dirinya atau rekan lainnya. Cristiano Ronaldo ataupun Wayne Rooney tidak pernah akan bisa melupakan jasa Park untuk menjadikan mereka sebagai pemain bintang.
Setelah Korea Selatan dan Jepang, negara Asia mana lagi yang akan menembus sepak bola Eropa dan dunia? Kunci terletak pada sejauh mana asosiasi sepak bola Asia lainnya mampu menyiapkan peta jalan pembinaan yang benar dan penuh komitmen serta konsisten dalam menjalankan rencana besarnya. Yang jelas, tidak pernah ada cara instan untuk membangun sepak bola.
HIDUP memang ibarat roda pedati. Kadang dia ada di atas. Tetapi, karena berputar, kemudian suatu saat dia akan berada di bawah. Seperti itu jugalah dengan sepak bola.
KALAU saja tidak ada aksi Ricky Kambuaya untuk berani menembus kotak penalti Tiongkok, tidak pernah akan ada penalti yang didapatkan Indonesia.
SEPULUH tahun kebersamaan dengan Manchester City merupakan perjalanan panjang bagi Kevin de Bruyne.
Tantangan terberat yang harus dihadapi PSG ialah memenangi pertarungan di lapangan tengah.
BAGI Manchester United dan Tottenham Hotspur, final Liga Europa 2025 ibarat fatamorgana.
KESEBELASAN yang paling ditakuti dalam sepak bola ialah tim yang mampu menerapkan kolektivisme.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved