Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pelajaran MBS Membangun Newcastle

Suryopratomo Pemerhati Sepak bola
08/7/2023 05:15
Pelajaran MBS Membangun Newcastle
Suryopratomo Pemerhati Sepak bola(MI/Ebet)

KLUB manakah yang loncatan prestasinya paling tinggi di Liga Primer? Jawabannya bukanlah Manchester City yang menjadi klub kedua Inggris yang mampu mencetak treble, melainkan Newcastle United.

Musim 2021/2022, The Magpies sempat membuat para pecintanya frustrasi. Bukan hanya kekalahan demi kekalahan harus diterima, melainkan juga karena Newcastle nyaris terkena degradasi. Sebuah aib yang belum pernah mereka alami sejak berdiri 1892.

Masuknya Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Muhammad bin Salman, untuk mengambil alih salah satu klub legendaris Inggris itu mengubah perjalanan The Magpies. Ditunjuknya pelatih Eddie Howe menggantikan Steve Bruce menghindarkan Newcastle dari jurang degradasi.

Tidak hanya itu, satu musim kemudian, The Magpies muncul sebagai sebuah kekuatan baru. Mereka tidak hanya mampu membuat klub-klub kewalahan, tetapi untuk pertama kali setelah 20 tahun, Newcastle bisa kembali lagi menembus Liga Champions.

Newcastle bukan lagi klub yang mudah lagi dikalahkan, melainkan sebaliknya mampu membuat kejutan. Bahkan pelatih Josep Guardiola sempat kaget dengan perubahan The Magpies saat ditahan imbang 3-3 di pertandingan pertama musim lalu.

 

Konsep jelas

Sejak MBS pertama kali masuk, konsep yang ia tetapkan jelas. Ia ingin mengembalikan kebesaran The Magpies yang ia ambil alih dengan biaya 300 juta pound sterling. Pemimpin de facto Arab Saudi itu menyiapkan dana sampai 200 juta pound sterling untuk membeli pemain yang dibutuhkan.

Dengan modal itu Howe bergerak cepat untuk membangun tim. Ia tarik Kieran Trippier dari Atletico Madrid. Ia datangkan Allan Saint Maximin dari Nice. Yang paling banyak membawa perubahan bagi Newcastle ketika ia bawa playmaker Bruno Guimaraes dari Lyon.

Gelandang asal Brasil itu menjadi jantung kekuatan The Magpies. Visi permainan yang luas serta kepemimpinan yang kuat di lapangan membuat para pemain Newcastle menjadi satu kesatuan yang sulit untuk dipatahkan.

Keberhasilan mereka untuk menembus empat besar merupakan buah dari reformasi yang Newcastle lakukan. The Magpies kembali masuk ke jajaran elite sepak bola Inggris dan juga Eropa melewati Liverpool dan Chelsea yang gagal menembus Liga Champions.

Mantan bintang sepak bola Inggris Alan Shearer merupakan orang yang paling puas dengan kebangkitan kembali the Magpies. Salah satu pemain Inggris paling produktif itu dibesarkan di St James Park dan terpukul ketika klub kebanggaannya hanya menjadi klub papan bawah.

“Terakhir saya merasakan suasana seperti ini pada 2002/2003 saat saya masih bermain di bawah pelatih Sir Bobby Robson. Seluruh kota berpesta, bukan hanya di klub. Ke mana kita pergi, dengan siapa kita berbicara, semua hanya membicarakan kehebatan tim seperti di zaman Kevin Keegan atau Sir Bobby dulu. Semua bangga pada penampilan klub, sesuatu yang sudah lama sekali tidak pernah lagi bisa dirasakan,” ujar Shearer yang sejak awal mendukung MBS untuk mengambil alih the Magpies.

MBS pun tidak mau kalah dari 'saudara-saudaranya' asal Qatar yang sudah lebih dulu malang melintang di klub sepak bola Eropa. Ia pun meminta agar Howe bisa membawa Newcastle berkibar di kompetisi yang lebih tinggi.

Salah satu yang dilakukan Howe ialah menarik bintang muda asal Italia, Sandro Tonali, dari AC Milan. Newcastle tidak tanggung-tanggung berani merogoh kocek 52 juta pound sterling untuk mendapatkan gelandang muda berusia 23 tahun itu.

Tonali dinilai akan memperkuat lapangan tengah the Magpies dan menjadi pendamping yang cocok bagi Guimaraes. Sebagai seorang gelandang bertahan, Tonali akan memudahkan kapten kesebelasan Newcastle untuk fokus mendukung ujung tombak Alexander Isak ataupun Callum Wilson menjebol gawang lawan.

Tonali sendiri disebut-sebut sebagai Andrea Pirlo baru. Gaya bermainnya yang elegan membuat enak untuk ditonton. Ia memiliki pergerakan yang bagus, teknik sepak bola yang tinggi, serta kuat, cepat, kreatif, dan mampu cepat membaca permainan.

Bukan mustahil kalau Newcastle akan bisa membuat kejutan kembali di Liga Champions musim mendatang. Dengan hanya kebobolan 33 gol di musim lalu, the Magpies sama solidnya dalam bertahan dengan sang juara Manchester City.

 

Peta jalan

Melihat prestasi luar biasa yang digoreskan Newcastle, kita bisa belajar betapa pentingnya memiliki peta jalan. Dengan arah yang jelas dan komitmen yang penuh dari semua pihak, prestasi sepak bola bisa ditingkatkan.

Satu lagi yang tidak kalah penting diperhatikan ialah bahasa yang dipergunakan harus sepenuhnya bahasa sepak bola. Tidak bisa sepak bola dijadikan alat kepentingan. Kalau tujuannya bukan peningkatan prestasi sepak bola, arahnya akan menjadi melenceng.

Untuk itu, semua harus bekerja berdasarkan tugas pokok dan fungsinya. Seorang pemilik klub atau ketua asosiasi tugasnya menetapkan arah dan peta jalan yang akan dituju. Penanganan teknik sepak bola harus sepenuhnya diberikan kepada orang yang dipercaya menjadi pelatih.

MBS tidak perlu turun ikut cawe-cawe bagaimana Howe membenahi tim. Kalaupun mau menyapa pemain sekadar untuk memberi semangat. Namun, urusan teknis sepak bola kalaupun mau dibicarakan diserahkan kepada direktur teknik atau direktur olahraga.

Pembagian tugas menjadi sangat penting karena sepak bola organisasi yang besar. Tidak mungkin semua ditangani hanya oleh satu orang. Klub atau negara yang sukses ialah mereka yang mampu membangun superteam bukan superman.

Apalagi ketika harus menjadi tuan rumah berskala internasional. Panitia penyelenggara harus dipimpin sosok yang kuat. Ia harus diberikan kewenangan penuh untuk membuat organisasi, membangun sistem, menyusun strategi, dan melakukan eksekusi. Tujuan utamanya bukan siapa yang menjadi bintang, melainkan penyelenggaraan kejuaraan berjalan dengan rapi, lancar, dan aman.

Indonesia empat bulan lagi akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17. Dalam waktu yang begitu pendek, panitia penyelenggara belum dibentuk. Para pemain nasional yang akan tampil membela Merah Putih baru diseleksi.

Padahal, dibutuhkan transportasi dan akomodasi yang baik untuk 24 negara yang akan berkompetisi. Butuh panitia penyelenggara lokal. Belum lagi petugas lapangan serta petugas pendamping bagi 24 negara peserta. Urusan penjualan tiket dan keaslian tiket yang harus terjaga demi kepentingan keamanan.

Semua ini membutuhkan kerja yang luar biasa. Sekarang yang lebih diperlukan ialah kerja yang tertib, bukan hanya saling bicara. Tidak bisa lagi cara pendekatan Bandung Bondowoso diterapkan. Moto-GP Mandalika seharusnya memberi pembelajaran untuk tidak bekerja terburu-buru, apalagi tanpa rencana kerja yang jelas.

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya