Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DALAM pengantar tulisan, Julian Hermida mengemukakan kegelisahannya terhadap pendidikan tinggi dunia sekarang ini yang tidak melahirkan belajar yang bermakna dan lestari, tetapi memproduksi belajar yang dangkal (Hermida, 2015: 2).
Belajar yang dangkal melahirkan pembelajar (mahasiswa) strategis atau dangkal, yaitu seorang yang mempelajari aturan permainan dan kegiatan akademik sekadar memenuhi kewajiban. Misalnya, ia hadir di kelas mengacungkan tangan. Kemudian, menyampaikan suatu pertanyaan dengan beberapa kata yang mencitrakan dirinya seakan seorang intelektual dan memberi jawaban tanpa melakukan pergumulan dalam proses pembentukan pengetahuan. Mahasiswa semacam itu memfokuskan diri pada perolehan nilai baik dengan usaha minimal.
Orientasi belajar mereka ialah lulus ujian dengan memperoleh nilai baik dan gelar (Hermida, 2015: 17). Padahal, fungsi pendidikan ialah menyiapkan peserta didik agar siap mengarungi dunia yang terus-menerus berubah. Untuk itu, pengajar harus menguasai konsep dan sistem konseptual baru serta tidak berkukuh dengan cara-cara lama yang kini sudah usang, menjadi inspirator dan motivator peserta didik belajar (Byrers, 2015: 139; Pushpanadham, 2020:4, 6).
Deep thinking (berpikir mendalam)
Berpikir mendalam dan belajar mendalam berinteraksi. Belajar mendalam adalah jenis belajar yang muncul dari berpikir mendalam (Byers, 2015: xii). Bahkan, berpikir mendalam tidak hanya menghasilkan sebuah peranti keras atau peranti lunak juga cara sistematis melihat dunia ini (Byers, 2015: 37). Hal itulah yang membedakan kecerdasan manusia dengan kecerdasan mesin. Manusia meskipun masih anak-anak memiliki kemampuan berpikir mendalam, sedangkan mesin, semodern apa pun teknologinya tidak dapat berpikir mendalam (Byer, 2015: vii).
Berpikir mendalam adalah jenis berpikir yang tidak linear atau kronologis. Ia merupakan sesuatu yang tidak mudah ditangkap bukan lantaran kompleksitasnya, melainkan karena ia sangat dalam/fundamental. Kata 'mendalam' dalam berpikir mendalam merujuk kepada aset dari sesuatu yang mendasar/mendalam. Berpikir mendalam merupakan cara otak berfungsi atau bekerja secara alami bukan sesuatu yang memaksa otak untuk melakukan sesuatu, juga berpikir mendalam merupakan berpikir maju (Byers, 2015: 3,29).
Berpikir mendalam adalah proses yang menjadi jantung kreativitas dan belajar. Ia disebut dengan beberapa nama, yaitu berpikir menerobos (breakthrough thinking), membingkai ulang (reframing), dan perubahan paradigma. Hasil dari berpikir mendalam adalah seseorang dapat memandang sesuatu dengan cara pandang yang secara radikal berbeda dengan cara pandang sebelumnya (Byers, 2015: vii). Oleh sebab itu, harus diakui bahwa tidak semua orang bisa dengan mudah mengaktualkan kemampuan itu.
Berpikir mendalam merupakan cara menggunakan otak yang disebut dengan kesadaran cemerlang. Ia juga mengandung dua belahan otak dan menggunakan belahan otak analitis dan berpikir sintetis (Byers, 2015: xii). Berpikir mendalam acapkali muncul lantaran sesuatu yang ambigu, tidak cocok, atau bahkan kontradiktif.
Ia merupakan intuisi dan lompatan jauh ke pandangan baru. Berpikir mendalam berbasis pada sesuatu yang tidak diketahui dan tidak pasti sehingga acapkali berpikir mendalam lepas dari sesuatu yang diketahui dan pasti (Byers, 2015: 17). Juga berpikir mendalam mengandung pembingkaian ulang (reframing), yaitu melihat sesuatu dengan cara baru secara utuh. Pembingkaian ulang acapkali mengandung pengertian bahwa sesuatu itu tidak pasti (saru)— situasi yang sama bisa dilihat dari berbagai bingkai pandang (Byers, 2015: 19).
MI/Duta
Deep learning (belajar mendalam)
Istilah belajar mendalam muncul pada 1970-an dari studi yang dilakukan di The University of Gothenburg, Swedia. Marton dan Saljo menyuruh mahasiswa mereka membaca sebuah artikel yang ditulis guru besar pendidikan tentang usul reformasi pendidikan di Swedia. Keduanya mengajukan pertanyaan semiterbuka kepada mahasiswa setelah mereka membaca artikel tersebut dan menilai pendekatan dan pemahaman mereka terhadap teks.
Selain itu, keduanya menyuruh mahasiswa melakukan kajian terhadap teks. Ketika membaca teks, menurut Marton dan Saljo (1976), kelompok mahasiswa pertama secara sederhana mengidentifikasi fakta-fakta dalam teks secara lepas satu dengan yang lain dan mereka menghafal fakta-fakta tersebut yang mereka yakini akan ditanyakan peneliti.
Mereka tidak bisa melihat hubungan antarfakta/realita tersebut. Kelompok mahasiswa kedua mencoba memahami apa yang dikatakan penulis dan menfokuskan diri pada makna esensial dari teks serta berusaha mengintegrasikan fakta-fakta yang berbeda yang tertera dalam teks. Kelompok mahasiswa pertama memfokuskan diri di tataran permukaan teks, sedangkan kelompok mahasiswa kedua menggunakan pendekatan yang lebih dalam (Hermida, 2015: 18).
Belajar mendalam merupakan proses penemuan dan pembentukan pengetahuan baru berdasarkan struktur kognitif yang telah ada yang dapat diterapkan kepada problem baru dan situasi yang berbeda. Proses ini terjadi ketika pembelajar menghadapi masalah yang menarik dan konflik yang terlahir dari interaksi sosial dengan mitra sejawat dan pembelajar merasa termotivasi untuk memecahkannya (Hermida, 2015: 19).
Untuk menemukan dan membentuk pengetahuan baru, pembelajar membuat hubungan substantif antara pengetahuan baru yang muncul dari persoalan/pertanyaan dengan struktur kognitif yang ada padanya, yang ada dalam zone of proximal development (ZPD) pembelajar. ZPD adalah distansi antara level perkembangan/capaian aktual yang dibangun pembelajar secara mandiri, dan level perkembangan/capaian potensial yang dibangun dengan bimbingan orang dewasa atau melalui kerja sama dengan mitra yang mempunyai kemampuan lebih yang selanjutnya pembelajar dapat mengembangkan dengan pemahamannya secara mandiri (Veer, 2007: 81; Hedegaard, 2003: 171).
Tatkala pembelajar membuat koneksi secara individual dan bersama mitra, pembelajar mesti memasuki ranah kognitif lebih tinggi dan metakognitif, yang melibatkan korteks integratif dari otak. Menurut konsep akomodasi Piaget, apabila pembelajar secara intrinsik telah cukup termotivasi, ia melakukan perubahan terhadap struktur kognitifnya ketika memecahkan masalah. Akomodasi adalah modifikasi plot yang terjadi karena ada ketidakseimbangan (Dorko, 2019: 36).
Dengan konsep asimilasi Piaget, pembelajar menghubungkan pengetahuan baru dalam struktur kognitifnya yang menghasilkan perubahan konsep dengan memodifikasi konsep yang ada dengan mengintegrasikan objek atau situasi yang baru ke skema sebelumnya (Piaget, 1950, 2005; Dorko, 2019:37). Selanjutnya, pembelajar dapat menerapkan pengetahauan ke situasi baru dan melihat hubungan dalam kerangka-kerja yang lebih luas. Untuk mewujudkan belajar mendalam, evaluasi mandiri terhadap proses belajar dan kesadaran akan gerak dan perubahan konsep yang dihasilkan perlu dilakukan (Hermida, 2015: 20). Wallahualam bisawab.
DUNIA berubah cepat. Yang bertahan ialah mereka yang terus belajar dan memperbarui pengetahuannya. Karena itu, kita tidak bisa hanya mengandalkan ilmu yang dipelajari pada masa lalu.
Kemajuan teknologi juga dinilai Maudy Ayunda membuat sistem pendidikan jadi lebih mudah karena dapat digelar baik di dalam maupun luar kelas dengan berbagai jenis metode pembelajaran.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menyoroti manfaat besar sekaligus tantangan yang menyertai pemanfaatan teknologi AI dalam proses belajar mengajar.
Hari belajar guru juga merupakan wujud dari konsep belajar sepanjang hayat (lifelong learning) yang tidak terbatas waktu dan usia.
Penurunan motivasi belajar siswa disebabkan perubahan pola belajar akibat paparan konten digital yang serba instan.
UPAYA mewujudkan kemudahan akses belajar bagi setiap anak bangsa harus mendapatkan dukungan semua pihak terkait demi melahirkan generasi penerus bangsa yang berdaya saing.
BEKERJA dan mendidik sebagai guru hampir selalu beriring dengan kepercayaan bahwa masa depan kehidupan berada di tangan generasi yang lebih muda; para murid dan pembelajar
Ada beberapa alasan yang mungkin menjelaskan mengapa banyak guru merasa pembelajaran mendalam sulit diterapkan.
BULAN Ramadan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum refleksi untuk meningkatkan kualitas diri.
PADA 1900, Raja Italia Vittorio Emanuele III dalam pidatonya menyoroti abad ke-20 sebagai 'abad anak'. S
Kehadirannya memicu perdebatan: apakah AI solusi bagi berbagai tantangan manusia atau justru ancaman bagi eksistensi manusia itu sendiri?
Filosofi pendidikan Indonesia, yang berakar dari ajaran Ki Hadjar Dewantara dengan semangat Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved