Kesiapan Infrastruktur, Etalase bagi Presidensi G-20

PUNCAK perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 segera berlangsung di Bali, 15-16 November 2022. Indonesia sebagai tuan rumah siap menyambut Presidensi G-20 yang merupakan pertama kalinya bagi negeri ini, setelah diserahterimakan dari Italia, 30-31 Oktober 2021.

Indonesia tercatat sebagai tuan rumah KTT G-20 yang kelima di Asia setelah Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, dan Arab Saudi. Hal ini tidak terlepas dari peringkat 10 Indonesia dalam daftar paritas daya beli (purchasing power parity) di antara anggota G20, dan diakui sebagai kekuatan pasar baru (new established emerging market) dengan produk domestik bruto (PDB) di atas US$1 triliun. Sebagai salah satu representasi negara berkembang, posisi Indonesia menjadi strategis untuk menyuarakan kepentingan negara berkembang dan tertinggal dalam forum G-20.

KTT G-20 2022 mengusung tema Recover together, recover stronger. Sebuah tema yang menggambarkan kondisi global sebagai dampak pandemi covid-19. Dengan begitu membutuhkan upaya global dan inklusif untuk pulih bersama dan tumbuh lebih kuat. KTT G-20 ini diselenggarakan secara langsung dan menjadi semacam transisi yang mana dua tahun sebelumnya diselenggarakan virtual baik di Arab Saudi maupun Italia. Dengan momentum ini, manfaat Presidensi G-20 bagi Indonesia setidaknya bisa dilihat dari berbagai dimensi baik politik global, ekonomi maupun sektor pariwisata.

Dilihat dari dimensi politik global, Indonesia sebagai Presidensi G-20 adalah sebuah keniscayaan untuk membuktikan level leadership Indonesia dengan memberikan hospitality dan perlakuan setara di antara anggota. Pariwisata dapat menjadi big opportunity jika dimanfaatkan secara optimal selama agenda berlangsung. 

Agenda dan pertemuan dihadiri delegasi berbagai negara G-20 seperti pada working groups meetings yang membahas isu prioritas sektor, deputies and sherpa meetings yang menjadi bagian finance track dan sherpa track, dan ministerial meetings sesuai sektor pembahasan serta KTT/Leaders’ Summit sebagai puncak pertemuan.
 
Belum lagi side event G-20 yang digelar di berbagai kota dapat menjadi ajang untuk mempromosikan budaya, investasi, dan pariwisata. Setidaknya terdapat 121 side events di 20 kota termasuk lima destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) yaitu Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang-Minahasa untuk mengoptimalkan kunjungan wisata.

Infrastruktur

Kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah untuk menyambut puncak acara KTT G-20 disampaikan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) usai meninjau rehabilitasi dan konservasi hutan mangrove tahura Ngurah Rai, di Denpasar, Bali, Selasa (8/11). Penataan mangrove tahura telah selesai 100% dan siap menjadi venue showcase konservasi mangrove untuk tamu-tamu negara KTT G-20.

Presiden mengatakan secara keseluruhan persiapan infrastruktur pendukung di Bali sudah siap. Khusus kawasan konservasi mangrove tahura juga sudah tertata dengan baik, sebagai komitmen Indonesia dalam menangani dampak perubahan iklim. "Saya sudah cek dari pagi sampai titik-titik yang paling kecil. Saya ingin mengatakan kita sudah siap menerima tamu-tamu G-20," kata Presiden.

Selain kawasan konservasi mangrove tahura, Presiden juga telah memerintahkan Kementerian PUPR untuk membenahi sejumlah infrastruktur di Bali. Kesiapan infrastruktur sebagai etalase Indonesia dimulai dengan pembenahan terminal VVIP Bandara I Gusti Ngurah Rai yang mempermudah akses tamu KTT G-20. Pembangunan terminal VVIP tersebut dilakukan di atas lahan PT Angkasa Pura I seluas 5.670 meter persegi.

Pembangunan dilakukan dengan konsep desain yang memadukan arsitektur kolonial dan ornamen kearifan lokal Bali. Konsep ini dipadukan dengan kerajinan khas Bali yang menghiasi bagian interior bangunan, seperti lukisan kamasan dan ukiran astalla padma bhuana pada bagian plafond utama, ukiran Bali utara dan Singa Ambara Raja pada pintu masuk utara (Gumendung).

Selain ruang pertemuan yang berkapasitas sekitar 40 orang, terminal VVIP Bandara I Gusti Ngurah Rai juga dilengkapi dengan president suite, ruang rapat terbatas, dan ruang press conference bagi para kepala negara yang akan menyampaian informasi kepada publik.

Pekerjaan lain yang juga telah selesai adalah rehabilitasi waduk muara (estuary dam) dengan luas sekitar 35 hektare. Selanjutnya di bidang sumber daya air Kementerian PUPR juga melakukan pembangunan embung Sanur dengan kapasitas tampung sebesar 34.500 meter kubik. Fungsi utamanya adalah sebagai daerah konservasi air dan pengendali banjir.

Untuk meningkatkan konektivitas di Bali sebagai tuan rumah KTT G-20, pekerjaan peningkatan dan pembangunan jalan baru juga dilakukan. Dukungan infrastruktur jalan dan jembatan di Bali meliputi preservasi ruas simpang pesanggaran hingga Nusa Dua. Kemudian preservasi Jalan Jimbaran–Uluwatu, dan penataan lansekap bundaran, pedestrian, dan median jalan mulai dari ruas Jalan Bandara Ngurah Rai hingga ke venue pelaksanaan G20. Termasuk penataan akses jalan dan kawasan parkir Garuda Wisnu Kencana (GWK) serta peningkatan kualitas jalan akses Tampak Siring. Dukungan infrastruktur konektivitas lainnya adalah peningkatan jalan Sp Siligita–Kempinski dan showcase mangrove sepanjang 6,5 km.

Selain untuk mempermudah aksesibilitas pengunjung dan tamu Presidensi G-20, penataan kawasan GWK juga akan mendukung pengembangan destinasi pariwisata yang berstandar internasional dan berwawasan budaya di Bali. Selain di Bali, penyiapan infrastruktur juga dilakukan di Jakarta yakni di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Terlebih sejak 1975 TMII belum pernah dilakukan renovasi. Penataan tersebut mengadopsi konsep destinasi wisata rakyat yang mengedepankan suasana lebih alami dan hijau.

Beragam penataan wilayah dan juga infrastruktur ini tentulah akan menjadi wajah Indonesia di mata internasional. Sudah selayaknya sebagai tuan rumah, kita wajib memperhatikan kenyamanan dan keamanan para tamu mancanegara tersebut. Kesuksesan Presidensi G-20 berarti kesuksesan kita semua.