Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Bergeraklah Untuk Kejayaan Pertanian Indonesia

Ardiansyah, Sub Kelompok Komunikasi dan Pemberitaan Media Elektronik (Pranata Humas Muda Kementerian Pertanian)
06/9/2022 18:09
Bergeraklah Untuk Kejayaan Pertanian Indonesia
Ardiansyah, Sub Kelompok Komunikasi dan Pemberitaan Media Elektronik (Pranata Humas Muda Kementerian Pertanian)(Dok. Kementan)

USAHA tak akan membohongi hasil. Begitulah Kira-kira kata yang pas bagi tumbuh kembangnya sektor pertanian saat ini. Perlahan tapi pasti, semangat pemerintah dalam menggelorakan pentingnya pangan bagi kehidupan manusia tidaklah Sia-sia. Indonesia terbukti mampu mewujudkan swasembada.

Tiga tahun sudah pemerintah tidak mengimpor beras. Tiga tahun Indonesia mampu bertahan dari berbagai gejolak ekonomi dunia. Termasuk turbulensi wabah Covid 19. Padahal, Indonesia sebelumnya impor beras mencapai 2 juta ton per tahun. Belum lagi impor kebutuhan lain seperti jagung khusus pakan. Sekarang tak ada lagi impor. Semua bisa diwujudkan melalui implementasi program yang terukur.

Sektor pertanian hadir sebagai penyelamat ekonomi. Kita ingat jutaan orang disaat kena PHK kemudian beralih berbondong-bondong Kembali ke desa. Di sana mereka bertani, berkebun dan mengolah lahan mengoptimalkan potensi ekonomi desa berbasis pertanian. Semua bergerak sehingga ekonomi tetap stabil.

Tak bisa dipungkiri, hadirnya sektor pertanian membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil mengendalikan masalah wabah korona. Ekonomi tumbuh positif di angka 5,44 persen pada kuartal kedua tahun 2022. Begitu juga dengan neraca perdagangan yang surplus selama 27 bulan berturut-turut, dan di semester satu tahun 2022 mencapai Rp364 triliun.

Di sisi lain, Inflasi juga berhasil dikendalikan hingga 4,9 persen. Angka ini jauh dibawah rata-rata inflasi ASEAN yang berada di angka 7 persen, juga jauh dibawah negara-negara maju lainya yang berada di angka 9 persen, bahkan sampai pertengahan 2022 ini APBN juga surplus Rp106 triliun.

Kita mesti ingat, ada sekitar 107 negara yang terdampak krisis. Bahkan sebagian di antaranya diperkirakan jatuh bangkrut. Ada juga 553 juta jiwa yang terancam kemiskinan ekstrem dan 345 juta jiwa terancam kekurangan pangan akut dan kelaparan. Ujian ini tidak mudah bagi dunia dan juga tidak mudah bagi Indonesia. Semua harus bersama dengan penuh kewaspadaan.

Di saat perekonomian dunia belum sepenuhnya bangkit, tiba-tiba meletus perang di Ukraina sehingga menyebabkan krisis pangan. Namun di tengah tantangan yang berat itu kita patut bersyukur karena Indonesia termasuk negara yang mampu menghadapinya dan salah satu yang turut menjalin peta damai dari pertikaian keduanya.

Alhamdulillah, Indonesia baru saja memperoleh penghargaan dari International Rice Research Institute yang disaksikan oleh FAO, karena kita dinilai mampu mencapai sistem ketahanan pangan dan swasembada beras sejak 2019.

Capaian tersebut merupakan bukti bahwa pertanian adalah masa depan kita. Kita tidak boleh abai apalagi lalai terhadap kondisi dan perkembangan pangan nasional. Semua harus diurus dan menjadi perhatian kita bersama.

Kementerian Pertanian (Kementan) dibawah komando Syahrul Yasin Limpo (SYL) telah mereformasi sektor pertanian dari hulu sampai hilir. Pertanian di bawah nahkoda SYL telah memasuki fase baru yaitu pertanian maju, mandiri dan modern.

Jika mau membacanya, ekspor pertanian tumbuh di atas 15 persen. Sedangkan impornya turun hingga 10 persen. Produktivitas tanaman pangan naik bahkan juga surplus. Nilai Tukar Petani (NTP) naik di atas 100. Berdasarkan data tersebut, nilai kesejahteraan petani juga naik tinggi.

Badan Pusat Statistik (BPS) Baru-baru ini merilis survei cadangan beras nasional (SCBN) 2022. Survei ini meliputi penghitungan ketersediaan cadangan beras di tingkat rumah tangga, penggilingan, pedagang beras, bulog, horeka, industri dan pengolahan.

Berdasakan hasil survei, stok beras nasional periode 31 Maret 2022 mencapai 9,11 juta ton beras. Kemudian pada 30 April 2022 meningkat 10,15 juta ton dan stok pada bulan Juni 2022 menjadi 9,71 juta ton. Adapun stok beras pada bulan Juni 2022 sebagian besar berada di institusi rumah tangga yang mencapai 6,6 juta ton, kemudian di pedagang 1,04 juta ton, BULOG 1,11 juta ton, penggilingan 0,69 juta ton, dan di Horeka maupun industri sebesar 0,28 juta ton.

Secara umum, rata-rata stok beras di seluruh institusi cenderung mengalami peningkatan pada periode 30 April 2022 dibandingkan periode 31 Maret 2022. Sedangkan Rata-rata stok beras di rumah tangga dan produsen mencapai kurang lebih 390-443 kilogram per rumah tangga atau lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata stok beras di rumah tangga konsumen yang hanya 9-10 kilogram per rumah tangga konsumen.

Hasil SCBN22 telah mengkorfirmasi posisi surplus beras periode 2019 smpai dengan Juni 2022 dengan menggunakan KSA BPS. Stok beras kita mencukupi dan akan terus bertambah seiring dengan adanya panen tiap bulan hingga akhir Desember 2022. Indonesia Swasembada Beras.

Perlu diketahui, produksi beras nasional pada 2019 mencapai 31,31 juta ton, meningkat di tahun 2020 menjadi 31,36 juta ton dan di tahun 2021 sebesar 31,33 juta ton. Di sisi lain, ekspor pertanian dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan yang diikuti kenaikan NTP maupun NTUP.

Belajar dari sejarah, Indonesia sejak dulu memang lumbungnya pangan dunia. Namun pengalaman itu berkelok hingga berliku. Indonesia baru bisa meluruskannya kembali setelah memberi bukti. Bukti yang ada saat ini dan juga harapan semua elemen bangsa yakni terwujudnya swasembada.

Seperti juga kata pengantar yang ditulis diawal, kita memang harus percaya bahwa usaha tak akan membohongi hasil. Karena itu bergeraklah untuk kejayaan pertanian Indonesia.

(OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya