Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Meski Tingkat Fatalitas Lebih Rendah Omikron Tetap Harus Diwaspadai

Siti Nadia Tarmizi Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes
15/2/2022 05:00
Meski Tingkat Fatalitas Lebih Rendah Omikron Tetap Harus Diwaspadai
Ilustrasi MI(MI/Seno)

TELAH hampir 14 hari terakhir kita melihat adanya peningkatan kasus konfirmasi positif covid-19 dengan jumlah yang cukup besar mendekati saat kasus delta yang pernah kita alami sebelumnya. Peningkatan kasus yang terjadi secara eksponensial merupakan ciri pola dari varian baru omikron. Kita ketahui doubling time kasus varian omikron 2-3 hari jauh berbeda dengan varian delta yang 11-14 hari.

Situasi yang pernah kita alami pada September-Desember 2021 yang mana kasus konfirmasi pada angka yang sangat rendah sehingga berbagai aktivitas masyarakat sudah mulai berjalan kembali merupakan keinginan semua pihak. Dunia mengenal virus covid-19 varian omikron memiliki karakteristik tingkat penularan yang sangat cepat jika dibandingkan dengan varian sebelumnya. Namun, keparahan pasien varian omikron jauh lebih ringan ketimbang varian sebelumnyaa disertai dengan tingkat kesembuhan yang juga sangat tinggi. Data yang ada menunjukkan jumlah pasien positif covid-19 dengan varian omikron yang dirawat di rumah sakit sebagian besar atau 85% sembuh dan hanya 8% yang mengalami kasus berat serta membutuhkan bantuan oksigen.

 

 

Tidak perlu khawatir

Tingkat fatalitas yang lebih rendah ini membuat optimisme bahwa varian omikron walau cepat menular, tidak menyebabkan keparahan. Bagi kalangan lanjut usia (lansia), anak-anak, serta orang dengan komorbid, termasuk mereka yang belum divaksinasi, virus omikron tetap berpotensi mengakibatkan kematian. Sementara itu, pasien positif tanpa gejala atau gejala ringan ditambah dengan kondisi saturasi oksigen di atas 95% tidak perlu merasa khawatir. Cukup dengan menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah atau isolasi terpusat (isoter) yang disediakan pemerintah. Jika terdapat gejala, seperti batuk, flu, dan demam, pasien positif bisa berkonsultasi melalui telemedisin atau puskesmas setempat. Kendati tingkat fatalitas yang diakibatkan relatif lebih rendah, pemerintah tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada.

Kita juga mendengar berbagai prediksi, baik yang dilakukan berbagai insitusi peneliti maupun para ahli nasional dan global, salah satunya IHME yang memprediksi di Februari ini akan ada kasus harian lebih dari 185 ribu di Indonesia. Bila melihat kondisi di negara lain, seperti Amerika Serikat, angka kasus tertinggi saat delta merupakan 165 ribu, sementara saat berhadapan dengan omicron, jumlah kasus mencapai 800 ribu. Begitu juga di Prancis dari kasus puncak delta 24 ribu menjadi 366 ribu.

Hal tersebut menunjukkan varian omikron menyebabkan peningkatan kasus mencapai 3-6 kali jika dibandingkan dengan varian delta. Melihat bermacam prediksi serta kondisi yang terjadi di berbagai negara, ada tiga hal yang menjadi perhatian kita. Pertama, potensi lonjakan yang harus kita kendalikan sehingga tidak terjadi jumlah kasus yang akhirnya menjadi beban fasilitas layanan Kesehatan.

Kedua, kita harus waspada karena walau ringan, tetap akan ada kelompok yang akan membutuhkan perawatan di rumah sakit karena kondisi parah bahkan berisiko kematian. Hal itu juga terlihat dari adanya peningkatan rawat inap sebanyak 1,8-3,5 kali di negara yang telah mengalami varian omikron ini. Ketiga, kita harus ingat mutasi/varian baru muncul pada kondisi yang mana banyak masyarakat yang terinfeksi/menjadi sakit. Keadaan ini akan memicu dan memunculkan kemungkinan varian baru. Oleh karena itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk kembali menekan laju penularan sehingga kasus bisa ditekan pada jumlah yang serendah mungkin.

 

 

Keterlibatan aktif

Upaya yang dilakukan pemerintah, baik dalam rangka memberikan perlindungan pada masing-masing individu maupun perlindungan masyarakat, dilakukan secara menyeluruh. Mulai kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang terus dilakukan setiap minggunya sampai mereaktivasi kembali berbagai tool yang kita miliki saat menghadapi delta.

Kita juga mengaktifkan satuan tugas protokol kesehatan (prokes) di berbagai tingkatan, memastikan isolasi terpusat milik masyarakat disiapkan, keterlibatan aktif tokoh masyarakat/tokoh agama, sampai peranan bintara pembina desa (Bhabinsa)/Bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Bhabinkamtibmas) untuk mendukung masyarakat melakukan isoman serta berbagai dukungan yang dilandasi semangat gotong royong dari masyarakat.

Selain itu, upaya menekan laju penularan di hulu ini dengan memastikan penggunaan aplikasi Pedulilindungi di berbagai tempat publik serta kepatuhan dari pengelola pusat perbelanjaan, restoran, pusat pariwisata, hotel, dan lainnya. Hal tersebut untuk memastikan tidak ada pasien positif/orang tanpa gejala (OTG) atau kontak erat yang beraktivitas dan membahayakan masyarakat lainnya.

 

 

Menjaga diri

Melaksanakan prokes, seperti memakai masker dengan benar, merupakan kunci utama perlindungan diri kita. Kita tahu penularan covid-19, termasuk omikron, ialah melalui hidung, mulut, dan saluran napas. Memberikan proteksi terhadap pintu masuk virus merupakan upaya yang sangat penting. Memakai masker dengan benar dan tidak menyepelekan penggunaan masker merupakan bagian terpenting untuk menjaga diri kita dan orang terdekat.

Dengan tidak memberikan perlindungan pada pintu masuk, virus covid-19 akan dengan seenaknya masuk dan menyerang berbagai organ saluran napas. Menggunakan masker dua lapis sangat dianjurkan saat ini, terutama penggunaan masker kain yang harus ditambah dengan masker medis.

Upaya menurunkan laju penularan sehingga prediksi peningkatan yang bisa mencapai 3-6 kali tidak terjadi juga dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menilai sendiri kebutuhan melakukan mobilitas. Kelelahan sebagai akibat situasi pandemi yang berkepanjangan juga dapat membuat masyarakat menjadi semakin tidak patuh dan abai prokes. Oleh karena itu, edukasi terus-menerus agar masyarakat lebih paham dan berperan aktif menjadi kunci keberhasilan menekan prediksi lonjakan kasus.

Upaya pemutusan rantai penularan dilakukan dengan memperluas testing dan tracing dengan kondisi kasus covid-19 varian omikron yang tidak bergejala atau dengan gejala ringan, seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan badan terasa pegal hampir sering digambarkan seperti kondisi 'flu biasa'. Itu sebabnya testing dan tracing yang cepat merupakan salah satu cara memutuskan penularan pada tingkat individu dan masyarakat sehingga klaster bisa dicegah. Pemberlakuan microlockdown pada tingkat RT/desa/kelurahan bahkan pada sebuah gedung/perkantoran dapat menjadi salah satu cara memutuskan rantai penularan secara cepat.

Selanjutnya, di hilir tentunya upaya penanganan bagi yang sudah positif terus dilakukan. Dengan jumlah kasus aktif yang terus bertambah, pada 13 Februari 2022 mencapai angka 353 ribu yang mana di awal Januari 2022 pada angka 4.000. Karena itu, untuk kasus yang OTG dan ringan dapat melakukan isolasi mandiri, baik dengan dukungan layanan telemedisin maupun pengawasan secara langsung dari puskesmas setempat. Bagi masyarakat yang tidak memiliki fasilitas untuk isolasi mandiri ataupun mereka yang kelompok rentan, pemerintah pusat dan daerah menyediakan isolasi terpusat yang sebelumnya digunakan menghadapi lonjakan kasus varian delta 2021.

 

 

Obat gratis

Dukungan kepada masyarakat yang melakukan isolasi mandiri dilakukan melalui pemberian obat secara gratis melalui layanan yang ada di puskesmas/RS serta layanan telemedisin. Pemberian vitamin bagi OTG dan penambahan obat antivirus (Fapiviravir) pada kasus dengan gejala ringan. Bahkan, penyiapan obat baru, seperti Molnupiravir dan Paxlovid juga sudah disiapkan, terutama untuk mencegah kasus ringan/sedang jatuh pada kondisi yang parah. Pemantauan selama menjalankan isolasi mandiri dilakukan melalui layanan telemedisin dan puskesmas.

Kementerian Kesehatan terus berupaya merealisasikan pengantaran obat layanan telemedisin Kemenkes H+0 (same day) dan paling lambat H+1. Pada minggu pertama Februari 2022, layanan telemedisin telah dilaksanakan di kota-kota metropolitan Jawa-Bali, seperti Jabodetabek, Bandung Raya, Surabaya Raya, Malang Raya, hingga Denpasar Raya. Sementara itu, bagi kota nonmetropolitan, peran puskesmas dan RS lokal dinilai lebih efektif dan efisien.

Banyak RS yang juga memiliki layanan telemedisin tentunya dapat dimanfaatkan masyarakat tanpa harus di rawat di RS tersebut. Pasien akan tetap dapat berkonsultasi dengan dokter dan mendapatkan perawatan di RS pilihannya. Tentunya dengan mekanisme ini, RS disiapkan untuk menghadapi peningkatan jumlah kasus yang betul-betul membutuhkan perawatan dengan kriteria sedang/berat/kritis serta membutuhkan perawatan ICU. Melakukan isolasi mandiri juga akan membantu para tenaga kesehatan kita untuk tidak mendapatkan beban yang lebih berat di masa peningkatan kasus ini.

 

 

Perlunya vaksinasi 

Terakhir, tentunya upaya yang dilakukan ialah percepatan vaksinasi, baik vaksinasi primer (dosis satu dan dosis kedua) maupun vaksinasi booster. Banyak negara yang cakupan vaksinasinya sudah tinggi ternyata kasus omikronnya juga tinggi. Salah satu penyebabnya ialah karena menurunnya proteksi vaksin yang terjadi setelah enam bulan vaksinasi. Oleh karena itu, pemerintah mengambil keputusan untuk melakukan percepatan vaksinasi booster.

Varian omikron sebenarnya merupakan varian yang lebih fatal dari varian sebelumnya karena mutasi yang terjadi mencapai 45-50 mutasi, menggabungkan mutasi yang terjadi pada varian delta, alfa, dan varian lainnya serta kemampuan mengelabui sistim kekebalan kita. Karena itu, dengan profil seperti itu, varian omikron lebih fatal dari varian sebelumnya, tetapi hal ini tidak terlihat kenyataan di lapangan.

Proteksi vaksinasi di dalam diri kita, kendati penyebaran varian omikron cenderung menyebar cepat, tidak membuat kondisi parah. Hanya, perlu dipahami walau sudah divaksin, kita masih dapat tertular. Namun, kalau kita sakit, akan mendapatkan proteksi dari sakit parah dan kematian sebesar 90%-95% sebagai hasil dari vaksinasi.

Pentingnya vaksinasi untuk mencegah tingkat kematian bisa dilihat dari data Kemenkes periode 21 Januari hingga 8 Februari 2022. Pada periode tersebut, tercatat sebanyak 487 pasien covid-19 meninggal dan didapati fakta bahwa 66% di antaranya belum divaksinasi lengkap. Sejauh ini, jumlah pasien covid-19 yang dirawat di rumah sakit masih terkendali. Pada Minggu (13/2), tingkat keterisian pasien yang dirawat di RS secara nasional 31%.

Kendati demikian, kita harus mengantisipasi jumlah absolut yang membutuhkan perawatan dapat menjadi 1,5 kali jika dibandingkan dengan delta karena kasus positif yang meningkat 3-6 kali lipat. Untuk itu, perlu memutuskan penularan di hulu agar kasus baru dapat ditekan serendah mungkin. Berdasarkan catatan dari Kementerian Kesehatan per Minggu (13/2), angka kematian mencapai 111 jiwa per hari jika dibandingkan dengan tingkat kematian per hari tahun lalu yang mencapai 2.069 jiwa.

Meskipun jumlah kematian lebih rendah daripada delta, pemerintah tetap menerapkan langkah-langkah persiapan menghadapi lonjakan kasus di masa mendatang. Selain itu, masyarakat sebaiknya tetap waspada menghadapi potensi kenaikan kasus omikron dalam 2-3 pekan ke depan. Mari kita bersama melalui ujian babak berikutnya menghadapi pandemi dan kembali memenangi pertempuran ini.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik