Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Jalani Liburan dan Staycation yang Aman

Shafira Ninditya, dokter, mahasiswa pascasarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
16/11/2021 13:00
 Jalani Liburan dan Staycation yang Aman
Shafira Ninditya,(Dok pribadi)

SAAT ini kasus covid-19 di Indonesia mulai terkendali, namun saat ini tren kasus di dunia tengah mengalami lonjakan ketiga. Di Indonesia bisa saja hal ini justru terjadi cenderung lebih lambat. Sebab peran dominan dalam terjadinya lonjakan kasus berasal dari faktor internal; meningkatnya mobilitas dalam negeri, turunnya harga PCR yang merupakan syarat beberapa perjalanan, dan aktivitas sosial masyarakat yang terjadi bersamaan dengan periode libur hari besar, dan kurangnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan.

Indonesia perlu tetap perlu waspada mengingat dalam satu bulan ke depan akan memasuki periode libur Natal dan tahun baru. Belajar dari kasus serupa sebelumnya, Indonesia telah mencapai puncak first wave Pada 20 Januari 2021 yang bertepatan dengan libur Natal dan tahun baru dengan jumlah kasus 89.902. Pencapaiannya dicapai hampir empat kali lipat kasus dalam 13 minggu. Sedangkan fase second wave di Indonesia dengan puncak kasus tertinggi dicapai pada 21 Juni 2021, dengan peningkatan hampir 5 kali lipat kasus dalam 6 minggu.

Meningkatnya kasus gelombang kedua dipicu saat libur Idul Fitri. Pemicunya karena warga banyak yang memilih mudik meskipun ada larangan bepergian. Selain itu, perkembangan second wave ini juga disumbang oleh munculnya varian baru covid-19 yang masuk ke Tanah Air dan diperparah dengan mobilitas yang tinggi.

Memang saat ini beban pandemi sudah lebih ringan dan terkendali, khususnya di Jakarta dan sekitarnya. Hal ini tecermin dalam jumlah kasus harian yang terkonfirmasi positif dari puncak kasus tertinggi dengan jumlah 56.757 kasus, melandai menjadi 339 kasus per 4 November lalu. Di samping itu, menurut data Kemenkes RI, angka BOR (bed occupancy rate) nasional juga telah menurun menjadi 3,02%. Cakupan vaksinasi di Jakarta telah hampir menyentuh angka 100%, dengan rincian cakupan dosis pertama per 6 November 2021 telah menyentuh 122,5% target sasaran vaksinasi, dan dosis kedua telah mencapai 95,5%.

Pemerintah setempat juga telah mulai mengambil langkah untuk melonggarkan restriksi pembatasan. Tren staycation semakin meningkat, pusat perbelanjaan di Jakarta pun sudah menerapkan jam operasional dan kapasitas pengunjung normal. Restoran pun sudah mulai menerapkan dine-in dengan kapasitas pengunjung mendekati normal. Sekolah juga mulai diberlakukan pembelajaran tatap muka terbatas, work from office mulai diterapkan kembali, dan mobilitas masyarakat pun semakin tinggi dengan aturan perjalanan domestik yang lebih mudah dipenuhi.

Hal-hal tersebut dapat menjadi titik lemah bagi kita jika lengah akan protokol kesehatan. Benar bahwa angka kasus positif Indonesia sudah baik, namun tingkat penularan di Indonesia bisa masih dalam tingkat yang mengkhawatirkan, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan kasus terkonfirmasi positif per hari dari 1-4 November 2021 berturut-turut tercatat sebanyak 403, 612, 801, dan 628 kasus baru.

Meski capaian vaksinasi penduduk DKI Jakarta hampir mendekati 100%, hal ini bukan berarti otomatis telah tercapai herd immunity. Sebelum membahas lebih jauh, kita perlu memahami definisi dari herd immunity terlebih dahulu. Menurut WHO herd immunity atau kekebalan kawanan, juga dikenal sebagai kekebalan populasi, adalah perlindungan tidak langsung dari penyakit menular yang terjadi ketika suatu populasi kebal, baik melalui vaksinasi atau kekebalan yang dikembangkan melalui infeksi sebelumnya.

Perlu diingat bahwa penyebaran virus dapat terus terjadi, beserta mutasinya yang selalu berkembang. Di samping itu mobilitas penduduk antarkota, antarpulau, maupun antarnegara yang tinggi juga memungkinkan untuk terjadinya penularan virus dari wilayah lain. Sementara ini vaksin yang beredar belum mampu untuk membuat seseorang kebal sepenuhnya dan mencegah penyebaran covid-19. Meski kondisi pandemi saat ini perlahan membaik, fasilitas kesehatan tetap perlu senantiasa waspada jika terjadi peningkatan kasus secara tidak terduga.

Berkaca pada negara-negara lain dengan tingkat vaksinasi yang tinggi mendahului Indonesia, tetap dapat mengalami lonjakan kasus yang signifikan dikarenakan adanya varian baru. Cakupan vaksinasi di Indonesia saat ini menurut data dari Kemenkes, per 15 November 2021, total yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama yaitu 130.616.514 orang (62,71%), dosis kedua yaitu 84.552.446 orang (40,59%). Angka ini masih jauh dari target vaksinasi untuk mencapai herd immunity dengan sasaran 208 juta orang. Namun beberapa hari yang lalu datang kabar baik dari BPOM, yang telah menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin Sinovac bagi anak usia 6 sampai 11 tahun.

Menurut keterangan dari juru bicara Satgas pada 2 November 2021, nantinya target vaksinasi anak yaitu sebanyak 26,4 juta orang, dan akan mulai diberikan setelah cakupan vaksinasi dosis pertama secara nasional melampaui 70%, dan setelah 60% populasi lansia sudah mendapatkan vaksin. Selain itu kabar baik lainnya, per 15 November 2021 sudah dilakukan vaksinasi ketiga (booster) kepada 1.191.298 orang (5,72%).

Di sisi lain, covid-19 membuat masyarakat lebih mengutamakan fakor kesehatan dibandingkan sebelumnya. Adanya pandemi membuat publik sadar akan pentingnya sektor kesehatan, dan mendorong sektor ini untuk berkembang dengan pesat. Namun seiring kondisi pandemi yang membaik, dikhawatirkan posisi skala prioritas kesehatan ikut menurun. Sebagai masyarakat yang dapat kita lakukan adalah tidak boleh lengah. Penting bagi kita untuk tetap selalu patuh terhadap protokol kesehatan 6M di mana pun berada. Hal itu perlu dilakukan agar lonjakan kasus yang diprediksi akan terjadi bertepatan dengan libur Natal dan tahun baru dapat diminimalisir atau bahkan mungkin dapat dihindari, sampai kita dapat mencapai herd-immunity yang sesungguhnya dan dapat beraktivitas normal kembali seperti sediakala.

Untuk mengantisipasi lonjakan angka kasus terkonfirmasi positif, Kementrian Kesehatan berusaha mencapai target vaksinasi 70% hingga akhir tahun, dan mempercepat vaksinasi terutama pada kelompok usia rentan yaitu lansia. Di samping itu juga diperlukan kerja sama kita sebagai masyarakat untuk patuh terhadap protokol kesehatan, agar kita tetap dapat menikmati liburan aman tanpa ancaman penularan virus korona, yaitu dengan cara; menjaga protokol kesehatan 6M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, menjaga pola makan dan istirahat yang cukup, serta menjauhi kerumunan).

Kemudian, pilih lokasi liburan yang tidak ramai untuk menghindari potensi penyebaran virus. Perhatikan status zonasi lokasi wilayah yang akan dituju. Berdasarkan peta zona risiko pada laman covid19.co.id menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia sudah berstatus risiko rendah.

Pastikan lokasinya di tempat terbuka, dan hindari ruangan tertutup dengan ventilasi cahaya maupun udara yang buruk. Pastikan juga kondisi tubuh fit sebelum berangkat untuk berlibur. Lebih baik menunda liburan daripada terjadi hal yang tidak diinginkan. Yang terpenting, pastikan sudah mendapatkan vaksin.

Vaksin covid-19 bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap virus ini. Sehingga jika suatu saat terpapar oleh virus tersebut kita dapat meminimalisir efek dari penyakit yang dapat ditimbulkan. Di samping itu, vaksinasi adalah syarat penting untuk menjalani proses transisi pandemi menjadi endemi yang relatif dapat lebih terkendali. Jadi, jangan lupa bagi yang belum vaksin, yuk segera vaksin.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik