Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
GAGASAN tentang konvensi Partai NasDem, pertama kali mencuat dalam Kongres Kedua di tahun 2019. Kemudian, pada hari jadi ke 89 Partai NasDem, 11 November 2020, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengulangi lagi keinginan partainya untuk melakukan proses konvensi pada tahun 2022 nanti, untuk dan dalam rangka menjaring fi gur dan calon pemimpin bangsa ke depan yang memiliki kapasitas, namun berada di luar partai.
Penegasan Surya Paloh, bahkan lebih spesifik lagi, ketika memerincikualifikasi konvensi yang bisa dikatakan sebagai tujuan konvensi, yaitu, mengedepankan prinsip transparansi dan bottom up. Apa arti kedua prinsip ini bagi Partai NasDem?
MI/Seno
Ilustrasi MI
Double-loop approach
Dalam tradisi politik di Indonesia, konvensi memang bukan barang baru. Golkar dan Partai Demokrat pernah melakukannya. Golkar membuat konvensi dalam rangka mencari calon Presiden dan calon ketua umum yang, pada waktu itu, sangat berlebih sumber daya.
Adapun, Demokrat melakukan konvensi dengan tujuan mencari calon presiden, namun dengan proses yang sedikit tertutup. Karena itu, wajar proses konvensi di Demokrat dilakukan tidak lebih dari sekadar menaikkan citra partai, namun urung mengumumkan kandidat mana yang dipilih dari proses konvensi tersebut.
Bagi NasDem, timing dalam menentukan proses konvensi, diletakkan dari pembacaan situasi kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Krisis kebangsaan dan krisis nasionalisme yang dirasakan berlakangan ini, tak dapat dilepaskan dari perubahan historis yang terjadi pada 1998. Demokratisasi dan desentralisasi menghadirkan realitas baru yang menuntut perumusan ulang kebangsaan Indonesia.
Nyatanya, krisis kebangsaan terus bergerak sejalan dengan makin terbukanya ruang-ruang berpendapat, yang semakin bersifat kelompok dan individual. Indonesia ada, tetapi identitasnya diperebutkan oleh kelompok-kelompok berbeda, yang mengklaim sebagai yang paling benar “menjadi Indonesia”. Indonesia kemudian, menjadi Indonesia yang parsial, Indonesia yang terfragmentasi, karena siapa orang Indonesia hanyalah menjadi bagian dari klaim-klaim kelompokkelompok yang berbeda, tanpa melihatnya sebagai sebuah entitas seperti yang dulu diperjuangkan.
Transformasi dan rekonfigurasi hubungan negara dan masyarakat membuat negara bukan lagi satusatunya agen strategis yang harus diperkuat (Jaffrey 2015; Panggabean et al 2014; Sassen 1996); Ada tuntutan untuk mencari jalan tengah antara dua kutub. Yaitu, antara kelompok yang berpikir pentingnya pendekatan hak/kekuatan, dan pendekatan kepentingan, peningkatan kapasitas negara, dan peningkatan kapasitas masyarakat, peningkatan kapasitas untuk menuntut hak, atau kapasitas untuk bekerjasama, dan lain sebagainya.
Dari konteks ini, NasDem melihat perlunya proses konvensi yang terbuka dan diterima oleh semua lapisan masyarakat, untuk menguji pertentangan dua kutub kelompok masyarakat di atas. Dengan menggunakan analisis dan pendekatan pembelajaran dua putaran (doubleloop learning), konvensi versi NasDem harus dilakukan dalam rangka mendorong kedua kutub kelompok masyarakat, untuk saling bisa memberikan argumentasi yang elegan, dan, bisa diterima secara luas oleh semua kelompok. Pendek kata, konvensi yang akan diselenggarakan NasDem, harus mendorong perubahan dalam tata nilai yang ada, di tengah masyarakat, dengan mencoba memperbaiki asumsi, dan strategi yang ada di benak kedua kutub.
Artinya, transformasi dan rekonfigurasi hubungan negara dan masyarakat, akan, dijembatani oleh proses konvensi yang terbuka. Terutama, untuk melihat asumsi, dan strategi yang berubah secara bersamaan, dengan, atau sebagai suatu konsekuensi perubahan di dalam nilai-nilai yang dianut.
Pendekatan double-loop learning, memiliki aspek destruktif yang selalu mempertanyakan norma- norma, nilai-nilai dan asumsi-asumsi yang berlaku. Konvensi sebagai sebuah tool secara bersamaan, juga dapat menggali dan mempertanyakan kinerja Partai NasDem, yang akan berusaha menguji, dan mengoreksi asumsiasumsi dasar, yang menyokong visi-misi dan kebijakan Partai saat ini, dan ke depan.
Konvensi dengan pendekatan double-loop learning, juga, sesungguhnya menyiratkan suatu keinginan untuk menengok kembali misi, sasaran, dan strategi Partai secara reguler. Sebagaimana Plato, dan Aristoteles yang selalu saling menggugat kebenaran ilmiah, berdasarkan aspek akademis dan persepsi yang berlaku secara natural. Pemahaman Plato selalu bersifat matematis. Sedangkan, pengertian Aristoteles bersifat ilmiah, didasarkan pada persepsi, observasi, dan penyelidikan. Meski demikian, kedua pemikir penting ini, mengajarkan bagaimana mengetahui dunia yang saat ini masih penting untuk kita telaah bersama.
Lima aspek
Konvensi menjadi penting bagi organisasi partai politik pembelajar seperti NasDem. Karena, NasDem merasakan bahwa perubahan konteks sosial politik selalu memunculkan kembali pertanyaan tentang keindonesiaan.
Belakangan ini, bersamaan dengan meningkatnya tekanan dan persaingan sosial-politik, seperti yang muncul dalam pengalaman pertama Indonesia melaksanakan pilkada langsung (2015, 2017), dan masih lebarnya jurang antara kelompok-kelompok sosial ekonomi, ancaman bagi integrasi sosial terasa makin kuat, dan, kembali pertanyaan, tentang bagaimana Indonesia, sebagai sebuah bangsa dapat bertahan menjadi urgen kembali.
Untuk itu, diperlukan beberapa kualifikasi yang harus disiapkan NasDem dalam menyelenggarakan hajat besar konvensi. Pertama, dari segi komposisi kepesertaan yang akan mengikuti konvensi, harus dipastikan bahwa NasDem memiliki cara untuk mengukur calon peserta dalam format keragaman secara kreatif (creative heterogenity). Prinsip pertama harus bisa mencerminkan pandangan non-diskriminatif NasDem, dalam balutan tatacara dan prosedur pendaftaran calon peserta.
Kedua, NasDem harus bisa membuktikan, bahwa, setiap calon peserta bisa diuji kapasitas leadership-nya sedari awal. Indikator leadership yang bisa diuji secara permanen, adalah, aspek loyalitas, militansi dan penguasaan diri (personal mastery), baik tertulis maupun melalui proses FGD yang terukur. Proses ini, harus dirumuskan melalui serangkaian uji coba instrumen yang melibatkan banyak keahlian.
Aspek ketiga, yang tak kalah pentingnya, adalah, bagaimana menelusuri rekam jejak calon peserta dalam konteks jejaring sosial yang dimilikinya. Memiliki jejaring ke masyarakat sipil, secara reguler dapat ditelusuri melalui rekam jejak digital calon peserta. Selain itu, potret concerns calon peserta juga bisa diklasififikasi berdasar minat, dan keberbakatan calon peserta secara sosial, tradisi dan budaya.
Keempat, penting juga NasDem untuk mengukur aspek kepribadian calon secara klinis, dengan menggunakan psikoanalisis yang teruji, dan bisa dipertanggungjawabkan. Pendekatan psikologis dan medis diperlukan sejak awal, agar prinsipprinsip lainnya bisa diuji.
Aspek kelima yang tak kalah pentingnya adalah, prinsip transparansi yang diucapkan dengan kuat oleh Surya Paloh. Prinsip transparansi bukan hanya berlaku bagi calon peserta yang tidak memiliki jiwa koruptif. Tetapi, bagi Partai NasDem, proses transparansi juga dimaksudkan untuk menguji tingkat keterbukaan informasi proses konvensi kepada publik. Dengan menggunakan skema terbuka dan tertutup, seluruh rangkaian dan proses konvensi harus diketahui secara publik.
Terbayang oleh publik, calon peserta konvensi bisa diperoleh secara internal dan eksternal. Secara internal, bisa jadi tradisi yang dilakukan oleh Partai Republik dan Demokrat di Amerika bisa dijadikan acuan. Dimana, masing-masing pengurus DPW provinsi dapat melakukan proses konvensi awal, untuk menjaring calon yang sesuai dengan kriteria. Sedangkan, secara eksternal, para calon dari kalangan profesional, akademisi, dan tokoh masyarakat, bisa mendaftarkan diri secara langsung, melalui mekanisme yang akan ditentukan oleh Panitia Konvensi.
Terakhir, penting bagi NasDem, untuk menyusun criteria of success proses konvensi, dengan penandatanganan pakta integritas calon peserta konvensi, terkait rencana pembangunan Indonesia semesta. Seluruh proses ini, baik secara tertutup maupun terbuka, harus dikemas dalam sebuah tujuan yang diterakan oleh Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, yaitu transparan dan bottom up.
Wallahu a’lam bi al-sawab.
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi
KETUA Umum Partai NasDem Surya Paloh merayakan hari ulang tahunnya ke-74 di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Rabu (23/7).
SEJUMLAH partai politik menyatakan penolakannya terhadap Putusan MK Nomor 135/PUU-XXII/2024 soal pemisahan pemilihan umum (pemilu) nasional dan daerah atau lokal.
KETUA Umum Partai NasDem, Surya Paloh, menerima para pencipta lagu mars dan himne NasDem di NasDem Tower, Rabu (2/7/2025).
DEWAN Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Nursiah Daud Paloh (NDP) menjamin hewan kurban, sapi maupun kambing dipotong sesuai dengan syariat Islam.
Penyerahan sapi kurban secara simbolis dilakukan di Sekolah Sukma Bangsa Sigi, Jumat (6/6).
Surya Paloh menyerahkan sapi kurban di Masjid Nursiah Daud Paloh. Hewan itu diterima oleh Ketua DKM Masjid Endra.
Indonesia telah memiliki pemimpin nasional dari berbagai latar belakang, mulai dari militer (TNI) hingga sipil, tetapi belum ada yang berasal dari korps kepolisian.
Pria yang akrab disapa Romy tersebut mengatakan bahwa PPP masih menunggu hasil muktamar partai yang rencananya digelar pada September mendatang.
Wakil Ketua Partai NasDem, Saan Mustopa mengatakan pihaknya tidak akan terburu-buru dalam mendeklariskan pencalonan Prabowo sebagai capres di pemilu selanjutnya.
Ray Rangkuti menilai keputusan Partai Gerindra dalam mengusung kembali Prabowo Subianto untuk menjadi calon presiden 2029 terlalu cepat.
Indonesia yang memiliki keragaman etnis dan budaya, rentan terhadap perpecahan jika tidak dikelola dengan baik.
Cak Imin enggan menanggapi lebih jauh ihwal kemungkinan memajukan dirinya. Ia menilai pesta demokrasi 2029 masih lama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved