Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Inovasi Teknologi Berkah Di Tengah Pandemi

Hammam Riza, Tauhid Nur Azhar, Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC-19) BPPT 
19/5/2020 15:00
Inovasi Teknologi Berkah Di Tengah Pandemi
Hammam Riza, Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC-19) BPPT (dok.BPPT)

WABAH pandemi virus SarsCoV-2 atau yang lebih dikenal sebagai covid-19 masih berlangsung hampir di seluruh negara. Kurva peningkatan kasus positif belum menunjukkan tanda-tanda akan mendatar (flatten curve). 

Tercatat sudah lebih dari 12.438 orang di Indonesia terkonfirmasi positif (per 7/5), dan untuk kasus di seluruh dunia sudah mencapai lebih dari 3,82 juta orang. Tentu kondisi ini memerlukan tindakan pencegahan yang terukur dan cepat, kebijakan yang tepat, dan sinergi dalam berkolaborasi untuk #BersatuMelawanCovid-19 dengan menghasilkan terobosan solusi untuk mendeteksi dan menangani wabah virus korona ini di Indonesia. 

Menyikapi kondisi pandemi yang terjadi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Republik Indonesia (BPPT RI) yang memiliki tugas dan fungsi sebagai Penyelenggara Iptek (UU Sinas No.11/2019) melaksanakan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap) ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan inovasi. 

Tugas ini dilaksanakan melalui proses perekayasaan, alih teknologi, audit teknologi, kliring teknologi, difusi, hingga hilirisasi teknologi. BPPT berinisiatif untuk membentuk suatu gugus tugas (task force) yang dinamai Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 atau TFRIC-19. Satgas ini bertugas untuk mengakselerasi implementasi riset dan inovasi teknologi dalam penanganan covid-19, khususnya untuk melaksanakan testing, tracing dan menyediakan alat kesehatan. 

Pendekatan teknologi
Karakteristik dari pola transmisi, virulensi, dan patogenesitas covid-19 yang bersifat cepat, sangat infeksius, dan dapat memberikan dampak kesehatan serius bagi kelompok rentan berisiko tinggi, menjadikan upaya penanganan secara terpandu dan terpadu tak pelak membutuhkan pendekatan berbasis teknologi. 

Upaya pencegahan penularan membutuhkan data sebaran orang terinfeksi, hingga dapat diambil tindakan untuk melokalisasi titik penularan. Pengambilan data untuk studi epidemiologi lanjut dan kebutuhan perawatan pasien dapat terpenuhi melalui proses tes yang bersifat masif dan agresif. 

Selain itu diperlukan tes dengan durasi pemeriksaan relatif singkat sebagai indikator paparan virus di masyarakat. Oleh karenanya TFRIC-19 berfokus pada rantai pasok untuk pelaksanaan tes baik melalui pendekatan mikrobiologi maupun kecerdasan artifisial (AI). 

Sistem ini diperlengkapi dengan mBSL2 fasilitas laboratorium bergerak (mobile) yang berstandar Biosafety Level 2, sehingga dapat melaksanakan pengambilan dan pengujian sampel swab dengan RT-PCR di berbagai daerah secara kontinyu.

Target lain terkait dengan penanganan wabah covid-19 ini adalah kecepatan dan ketepatan diagnosis terkait dengan program terapi dan tindakan intervensi. Kondisi fasilitas kesehatan yang tidak merata membutuhkan terobosan inovatif agar tindakan penanganan dapat dilakukan secara efektif, dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.  

Tidak kalah penting dalam penanganan wabah adalah pemetaan jalur transmisi serta kerentanan secara spasial untuk membantu pengambilan keputusan dalam konteks kebijakan intervensi. Sejalan dengan pendekatan multi disiplin di bidang penanganan wabah, diperlukan juga upaya mengenali patogen penyebabnya. Itu sebagai dasar untuk mengembangkan berbagai bentuk terapi, dan upaya pencegahan agar tidak berulang di kemudian hari. 

Berangkat dari pemetaan masalah riil yang juga membutuhkan upaya penyelesaian konkrit dengan pendekatan sistematik dan metodologis, maka BPPT berinisiatif untuk menggandeng segenap pemangku kepentingan di bidang riset dan inovasi teknologi untuk bersama membangun sebuah platform kolaboratif, yang menjadi konstruksi dari sebuah ekosistem inovasi teknologi.


Solusi 
Konsep ekosistem amat diperlukan dalam menghadapi spektrum permasalahan yang bersifat kompleks dan multi dimensional. Untuk itu BPPT berperan sebagai tanur reaksi yang ditujukan untuk menghasilkan berbagai solusi dan inovasi, dengan memanfaatkan sumber kepakaran yang terdapat di berbagai institusi riset, baik di perguruan tinggi, industri atau perusahaan rintisan (start-up), lembaga pemerintah hingga komunitas, dan organisasi profesi. 

TFRIC-19 BPPT membentuk jalinan quadhelix dalam membangun ekosistem inovasi untuk produk alat kesehatan made in Indonesia yang diperlukan dalam penanganan covid-19. Sebuah berkah untuk bangunan Inovasi Indonesia.

Kebutuhan akan tes untuk memenuhi rasio ideal pemeriksaan penyebaran virus di masyarakat direspons oleh BPPT, dengan mengarahkan potensi periset gabungan yang terdiri dari kelompok usaha rintisan, gerakan crowd funding dan mitra BUMN untuk merancang dan memproduksi produk nasional test kit RT-PCR yang merupakan pemeriksaan standar emas untuk infeksi covid-19.

 
Kerja sama lintas perguruan tinggi yang memiliki periset berlatar belakang kedokteran dan bioteknologi, juga diarahkan untuk menghasilkan tes cepat (rapid test diagnostic berbasis antibodi dan antigen/microchip SPR), yang juga melibatkan peran swasta untuk proses hilirisasi. 

Langkah strategis dalam menangani wabah melalui percepatan deteksi dini virus, diikuti dengan upaya kongkret dalam meningkatkan kualitas diagnosa di fasilitas kesehatan melalui penerapan teknologi kecerdasan artifisial (AI). 

Rumpun teknologi kecerdasan artifisial avant garde seperti machine learning, deep learning, dan knowledge growing system digunakan secara bernas untuk menghasilkan piranti lunak pemandu diagnosis berdasar citra medis (foto X-ray dada dan citra CT-scan), serta pengembangan model kerentanan. 

Piranti lunak berbasis AI untuk pemandu diagnosis, dapat menjadi salah satu solusi pendukung dalam meningkatkan kecepatan dan ketepatan (akurasi) diagnosis pada covid-19 pada berbagai kondisi, di mana pemeriksaan RT-PCR masih belum optimal. 

Sedangkan model kerentanan dapat menjadi alat analisis penting dalam penentuan kebijakan epidemiologi, dan juga dalam hal pemetaan kebutuhan pendukung seperti penyediaan logistik terkait dampak dari wabah.

Kurva landai
Dengan menggabungkan semua kemampuan dalam melakukan test berskala besar, masif dan terstruktur (menggunakan RDT, PCR dan AI citra medis), kita akan menuju efektivitas memutus rantai penyebaran Covid-19 yang menjadi tujuan utama PSBB. Bekerja dan beribadah di rumah, social/physical distancing adalah wujud dari upaya menghindari kontak terhadap ODP, PDP dan sekaligus melakukan isolasi secara mandiri. 

Dengan testing, tracing, isolate maka badai wabah covid-19 pasti akan berlalu di Indonesia, mencapai kurva yang landai (flatten the curve) yang menjadi target dari upaya Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Tabel berikut ini menunjukkan pemanfaatan seluruh produk riset dan inovasi yang dilakukan oleh TFRIC-19 dalam 2 bulan terakhir, membawa produk dari ide penelitian dasar hingga hilirisasi industri dengan produksi massal.

Mengacu pada tabel di atas dapat terlihat irisan dari setiap inovasi yang dikembangkan oleh TFRIC-19 BPPT, di mana setiap produk memiliki fungsi saling mensubstitusi dan mengomplementasi dalam penegakan diagnosis klinis dan perancangan strategi epidemiologi. 
Kombinasi data dari hasil test RT-PCR, pemeriksaan anti bodi dari RDT, dan panduan AI pada citra medis dapat menghasilkan konfigurasi yang menggambarkan bahwa setiap data yang dihasilkan dapat saling menggantikan dan memperkuat makna dari hasil masing-masing tes. Sebagai contoh ketika ada keraguan pada hasil pemeriksaan klinis, dan data dari pemeriksaan RT-PCR belum didapatkan, maka hasil analisa AI pada citra medik dapat membantu proses konfirmasi covid-19. 

Demikian juga saat semua hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa secara klinis dan mikrobiologis keberadaan covid-19 tidak dapat dikonfirmasi, hasil RDT berupa IgG positif memberikan gambaran tentang status exposed atau pernah terpajan dan kini pasien berada dalam kondisi tidak infeksius/menular, serta memiliki potensi imunitas. Data semacam ini penting sebagai panduan penetapan strategi epidemiologi.

Sejalan dengan optimasi data dalam proses penguatan fungsi layanan fasilitas kesehatan, BPPT juga terlibat secara aktif dalam memberikan dukungan solutif berupa percepatan proses alih teknologi kesehatan. Adanya kebutuhan mendesak dari beberapa fasilitas kesehatan rujukan covid-19 terhadap alat bantu pernafasan (ventilator-resusitator), mendorong kerja cerdas para perekayasa elektro medika di lingkungan BPPT untuk merancang 3 jenis alat bantu pernafasan yang didesain sesuai kebutuhan klinis dan tervalidasi oleh institusi berwenang. Tentunya siap dihilirisasi melalui kemitraan industri. 

Demikian pula berbagai produk rekayasa bergenre teknologi tepat guna seperti piranti pencuci tangan, produk sanitasi kesehatan, dan alat pelindung diri yang tidak sekadar mereplikasi desain yang sudah tersedia, tetapi melakukan proses prokreasi yang memberikan nilai tambah pada setiap produk. 

Konsep ini terlihat jelas dalam sistem mobile laboratory berstandar Biosafety Level-2 (mBSL-2) yang terintegrasi dengan aplikasi registrasi khusus (mBSL-2 apps) dan aplikasi Pantau Covid-19 yang merupakan sistem pengumpan bagi aplikasi nasional Peduli Lindungi. Konsep laboratorium bergerak adalah jawaban dari belum meratanya distribusi fasilitas pemeriksaan standar emas covid-19, dalam hal ini uji RT-PCR. 

Selain itu mBSL-2 juga menjadi salah satu infrastruktur yang didedikasikan untuk mengoptimasi pemanfaatan hasil pengembangan unit lain di dalam ekosistem yaitu produk test kit RT-PCR. Pengintegrasian dengan sistem informasi terpadu, juga memberikan nilai tambah tentang proses pengelolaan data yang terarah. 

Konsep penanganan wabah melalui proses membangun ekosistem riset, inovasi, dan teknologi diharapkan dapat menjadi model solusi yang dapat direplikasi dan dimagnifikasi. Platform ini terbukti dapat memfasilitasi proses  kolaborasi, kooperasi, dan ko-kreasi. Juga berhasil mengakselerasi proses alih teknologi, difusi, dan mendorong hilirisasi inovasi hasil riset yang selama ini kerap berakhir hanya dalam sebentuk dokumentasi. 

Besar harapan inisiatif pembangunan ekosistem riset dan inovasi teknologi ini dapat menjadi bagian dari solusi untuk negeri. Tidak hanya di saat kondisi pandemi, tetapi juga dapat dikembangkan untuk mengantisipasi berbagai tantangan di kemudian hari. Iptek bukan hanya untuk iptek, melainkan Iptek untuk Pembangunan Nasional Indonesia. 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya