Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
NICK Bollettieri, pelatih tenis yang melahirkan sejumlah petenis papan atas dunia seperti Andre Agassi dan Monica Seles meninggal dunia pada Senin (5/12) di usia 91 tahun.
Meski metodenya terkadang kontroversial, akademinya di Florida sukses memproduksi sejumlah nama besar seperti Agassi, Seles, Maria Sharapova, Jim Courier, Anna Kournikova, dan Mary Pierce.
Bollettieri juga pernah menjadi penasehat untuk Venus dan Serena Williams serta Boris Becker.
Baca juga: Serena Williams Mengaku Kesepian Akut Selama jadi Atlet
Rutinitas berat yang hraus dijalani anak-anak dan remaja yang berlatih di akademinya terbukti membuahkan hasil namun juga kritik. Hubungan Bollettieri dengan sejumlah anak asuhnya yang sukses, termasuk Agassi dan Seles, akhirnya memburuk.
"Saya benci berlatih di akademi Bollettieri," ungkap Agassi.
"Satu-satunya cara untuk keluar dari sana adalah meraih sukses," lanjutnya.
Namun, Bollettieri menegaskan apa yang dilakukannya berhasil.
"Saya hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Tenis bukanlah olahraga untuk anak lemah," klaim Bollettieri.
Bollettieri lahir di Pelham, New York pada 31 Juli 1931. Dia mempelajari filsafat di sebuah universitas Katolik di Alabama, tempat dia mengaku akhirnya bermain tenis secara rutin.
Setelah bertugas bersama Angkatan Darat (AD) Amerika Serikat (AS) di Korea, Bollettieri kuliah hukum di Miami namun drop out untuk menjadi pelatih tenis profesional.
Di Wisconsin, dia menukangi Brian Gottfried, yang sukses menjadi petenis peringkat tiga dunia pada 1977. Nama Bollettieri pun mulai dikenal.
Pada 1978, dia mendirikan akandemi tenis di Florida dengan Carling Bassett, yang berulang tahun ke-11 pada tahun ini menjadi murid pertamanya.
Bollettieri melatih murid-muridnya dengan keras.
Pada 1980, Sports Illustrated menulis artikel mengenai Bollettieri dengan mengatakan, "Dia akan membuat anak Anda menjadi juara namun mereka pasti tidak akan menyukainya."
Bollettieri juga menegaskan metode kepelatihannya membangun karakter.
"Saya palung bangga karena anak-anak asuhan saya sukses menjadi orang dewasa. Mereka bukan hanya petenis hebat namun juga pribadi yang hebat. Anda bisa melihat dari segala yang mereka lakukan," tegasnya kepada tennis.com. (AFP/OL-1)
PRESIDEN Prabowo Subianto menyatakan Indonesia kehilangan sosok ekonom senior dan tokoh nasional Kwik Kian Gie. Gagasan dan jasa yang diberikan oleh Kwik disebut cukup berarti bagi Indonesia.
Pak Kwik di atas segalanya adalah pendidik. Maka beruntunglah kita karena tiga tahun lalu sekitar 870 tulisannya berhasil dihimpun ke dalam trilogi Kwik Kian Gie: Bunga Rampai Pemikiran.
Malcolm-Jamal Warner menciptakan banyak momen TV yang terukir dalam ingatan anak-anak Generasi X dan orangtua mereka lewat perannya sebagai Theo Huxtable di serial The Cosby Show.
DIOGO Jota dikenal sebagai penyerang sayap yang memiliki kecepatan bergerak dengan bola.
USTAZ Yahya Waloni meninggal dunia. Saat mengetahui kabar duka itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menyatakan berduka dan benar-benar terkejut
Darius Sinathrya meminta dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dan hal yang kurang berkenan dari almarhum ayahnya tersebut semasa ia hidup.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved