Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Dua SD Penyintas Bencana 2021 di Lembata Jadi Tim Siaga Bencana

Alexander P Taum
16/6/2025 20:17
Dua SD Penyintas Bencana 2021 di Lembata Jadi Tim Siaga Bencana
Koordinator Program LSM Barakat, Marselina Serly Maran.(MI/Alexander P Taum)

UPAYA sistematis untuk menjadikan sekolah sebagai lingkungan yang aman, tangguh, dan mampu merespons risiko bencana, termasuk yang dipicu oleh perubahan iklim, terus digalakan oleh LSM Barakat Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Melalui pendekatan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) berbasis komunitas yang diusung melalui program DREAMS II (Disaster Resilience through Education, Adaptation, and Mitigation Strategies), LSM Barakat berhasil membentuk dua sekolah dasar di lokasi relokasi Tana Merah, Ile Ape, yakni SDI Hamahena dan SDI Tokojaeng sebagai Sekolah Siaga Bencana. Kedua sekolah ini sebelumnya porak-poranda akibat dihantam Badai Seroja pada 2021 silam.

Keberhasilan menjadikan kedua SD tersebut sebagai tim siaga bencana melalui pembuatan denah risiko bencana, mengantongi SK Tim Siaga Bencana (TSB), miliki SOP gempa bumi, dan rencana aksi.

Koordinator Program LSM Barakat, Marselina Serly Maran, kepada Media Indonesia, Senin (16/6) menjelaskan, selama dua hari, pihaknya menggelar lokakarya tentang SPAB untuk guru/pendidik di sekolah target yakni SDI Hamahena dan SDI Tokojaeng.

Lokakarya yang melibatkan BBPBD, para guru dan siswa di dua sekolah itu dilaksanakan Jumat (13/6) hingga Sabtu (14/6).

Serly menjelaskan, pihak LSM Barakat bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Lembata membekali para guru dan pegawai  dengan pengetahuan dan keterampilan praktis, antara lain: mengenali potensi risiko bencana di lingkungan sekolah dan sekitarnya dan menyusun rencana kesiapsiagaan bencana berbasis sekolah yang partisipatif. Selain itu, pihaknya mendorong integrasikan isu-isu perubahan iklim ke dalam proses pembelajaran secara kontekstual dan relevan dengan kondisi lokal.

"Melalui kegiatan ini, guru, tenaga pendidik dan pegawai didorong untuk menjadi agen perubahan yang aktif dalam membangun budaya sadar bencana dan memperkuat peran sekolah sebagai ruang aman bagi peserta didik. Sekolah tidak hanya menjadi tempat berlindung secara fisik, tetapi juga menjadi pusat pendidikan yang adaptif dan proaktif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan risiko bencana. Secara keseluruhan, lokakarya SPAB ini merupakan langkah nyata dalam mendorong terbentuknya satuan pendidikan yang tangguh, sekaligus menjadi bagian dari strategi membangun ketahanan masyarakat desa secara berkelanjutan," pungkas Serly. (PT/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya