Melambat, Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi NTT Sebesar 3,59 Persen

Palce Amalo
01/2/2025 16:18
Melambat, Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi NTT Sebesar 3,59 Persen
Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT, Agus Sistyo Widjajati(MI/Palce Amalo)

BANK Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat rata-rata pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut sebesar 3,59% (yoy) selama 2022-2024 atau masa pemulihan ekonomi pascacovid-19. Pertumbuhan ekonomi sebesar itu terbilang melambat jika dibandingkan rata-rata pemulihan ekonomi nasional pada periode yang sama sebesar 5,15% (yoy). Pada masa pra-covid atau 2015-2019, rata-rata pertumbuhan ekonomi NTT sebesar 5,10% (yoy) dan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,03% (yoy).

"Artinya pertumbuhan ekonomi NTT itu sudah tumbuh, tetapi belum tumbuh seperti kondisi pra-covid, ini yang harus kita dorong di tahun 2025," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT Agus Sistyo Widjajati di Kupang, Sabtu (1/2).

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi NTT, tidak hanya upaya dari pemerintah tetapi juga peran seluruh masyarakat dengan memanfaatkan potensi daerah yang ada. "Maka itu diperlukan sinergi dan kolaborasi seluruh mitra utama Bank Indonesia dalam program-program mendorong perekonomian NTT lebih tinggi," ujarnya.

Menurut Agus, salah satu langkah yang dilakukan ialah optimalisasi sektor pertanian yang dapat menjadi langkah awal dalam loncatan perekonomian NTT. Sebagai sektor utama yang memberikan sumbangan ekonomi dan serapan tenaga kerja terbesar, produktivitas sektor pertanian di NTT masih belum optimal dan rentan terhadap risiko iklim. 

Sesuai data yang ada, jumlah luasan sawah dengan irigasi saat ini baru sebanyak 55% dari total lahan sawah di NTT, sehingga indeks pertanaman di Provinsi NTT masih belum optimal dan masih dapat ditngkatkan. Karena itu, lanjut Agus, Bank Indonesia secara proaktif mendukung penguatan sektor pertanian NTT dengan bantuan sarana prasarana pertanian, penerapan Good Agricultural Practices (GAP), dan digitalisasi pertanian. Penguatan lebih lanjut pada sektor pertanian dapat ditempuh melalui upaya hilirisasi komoditas pertanian.

Upaya ini tentunya memerlukan peran seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan ketertarikan investor di NTT, penguatan iklim investasi dapat didukung dengan promosi proyek-proyek serta pemberian insentif untuk penanaman modal di daerah. 

Dorongan dari Pariwisata

Selain dari sisi produksi, Agus menyebut pertumbuhan ekonomi juga memerlukan dorongan dari sisi jasa seperti sektor pariwisata. Penetapan Labuan Bajo sebagai Daerah Pariwisata Super Prioritas (DPSP) membuka pintu dalam pengembangan Sektor Pariwisata di NTT, tetapi potensi kekayaan alam dan budaya di seluruh wilayah NTT masih dapat dikembangkan untuk mendukung perekonomian di daerah. 

“Jika setiap kabupaten atau kota dapat mengembangkan satu destinasi wisata unggulan, maka NTT akan memiliki 22 destinasi unggulan yang dapat dikunjungi oleh turis dan berbagai daerah dan negara tanpa merasa bosan,” tutur Agus.

Destinasi unggulan ini akan menjadi sumber pendapatan di daerah sehingga dapat memberikan dampak secara langsung kepada masyarakat. Arah sinergi ini juga akan diiringi dengan perluasan akseptansi sistem pembayaran digital sepert ORIS. Bank Indonesia akan menginsiasi beberapa event edukasi kekinian mengenai digitalisasi, harapannya dapat mempromosikan pariwisata.  

Dia menambahkan, Bank indonesia berkomitmen akan terus memperkuat sinergi dan inovasi dalam pengembangan ekonomi dan pengendakan inflasi di NTT. Peningkatan perekonomian pada sisi supply dan demand diharapkan dapat menjaga ketersediaan pasokan komoditas, stabilitas harga, serta memperkuat nilai tambah ekspor.

"Ekonomi yang lebih kuat, inklusif, dan tumbuh berkelanjutan juga akan menopang sisi permintan dalam perekonomian di NTT. Segala upaya ini sejalan dengan misi Asta Cita pemerintah dalam mencapai kemandirian bangsa melalui swasembada pangan," tukas Agus.(M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya