Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
JUMLAH warga miskin di Jawa Tengah masih tinggi, yakni 439 warga yang tergolong miskin ekstrem, 166.346 warga sangat miskin dan 3.570.433 warga miskin, dibutuhkan penanganan cepat untuk pengentasan kemiskinan tersebut.
Pemantauan Media Indonesia, Jumat (17/1), masalah kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah bagi Jawa Tengah yang hingga kini belum terselesaikan, masih ada jutaan warga tergolong miskin karena pendapatan rendah hingga terpaksa mengalami kekurangan untuk kebutuhan hidup dan menempati rumah tidak layak huni karena menganggur.
Kondisi ini menuntut intervensi pemerintah untuk bergerak cepat mengatasi masalah kemiskinan, karena berdasarkan catatan Dinas Sosial Jawa Tengah angka kemiskinan masih cukup tinggi yakni 439 warga yang tergolong miskin ekstrem, 166.346 warga sangat miskin dan 3.570.433 warga miskin.
"Sehari pendapatan kurang Rp50.000-Rp65.000 untuk memenuhi kebutuhan 3 jiwa yakni saya, istri dan satu anak, kami harus kerja keras," ujar Suparmin, 45, buruh kuli angkut di Pasar Johar Semarang.
Hal serupa juga diungkapkan Suradi, 50, buruh tani di Kabupaten Demak, sehingga untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan dua anaknya yang masih sekolah terpaksa menambah penghasilan dengan bekerja serabutan ke Kota Semarang di sela-sela waktu mengharap sawah orang lain dengan upah 75.000 per hari. "Kalau lagi musim tanam masih ada kerjaan mencangkul setiap hari, tetapi saat kemarau menganggur," imbuhnya.
Kepala Dinas Sosial Jawa Tengah Imam Maskur membenarkan kondisi kemiskinan masih cukup tinggi di Provinsi Jawa Tengah, bahkan masih ratusan ribu warga tergolong sangat miskin dan miskin ekstrem sehingga perlu penanganan cepat terutama di sejumlah daerah seperti Wonogiri, Kudus, Kota Tegal dan Surakarta serta daerah lainnya hampir merata.
"Di Jawa Tengah berdasarkan catatan kami per Januari ini masih ada 3,7 juta warga miskin terbagi dalam tiga kategori yakni miskin ekstrem (prioritas 1), sangat miskin (prioritas 2) dan Miskin (prioritas 3)," kata Imam Maskur.
Warga miskin di Jawa Tengah menurut Data Terpadu (DT), menurut Imam Maskur, yang didapatkan secara rinci by name dan by address mencapai 3.737.218, sedangkan angka kemiskinan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) ialah hasil survei data makro, meskipun angka kemiskinan dari keduanya tidak jauh berbeda yakni kemiskinan di Jawa Tengah masih cukup tinggi.
Secara rinci perhitungan warga tergolong dalam kategori miskin, ungkap Iman Maskur, terutama masalah kemampuan dalam memehuni kebutuhan dasar mulai dari rumah, jamban hingga pendidikan, seperti satu keluarga yang per orangnya pendapatannya kurang dari 2 dollar, sedangkan satu keluarga ada tiga orang, pendapatannya tidak sampai Rp100.000.
Dalam upaya pengentasan kemiskinan itu, demikian Imam Maskur, Dinas Sosial Jawa Tengah melakukan berbagai upaya salah satunya pemberdayaan dengan pelatihan keterampilan kepada anggota keluarga usia produktif yang belum bekerja, sehingga diharapkan dapat terserap dalam dunia kerja hingga mampu meningkat pendapatan hingga memenuhi kebutuhan hidup.
Sementara itu Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah Endang Tri Wahyuningsih mengungkapkan jumlah penduduk miskin Jawa Tengah hingga September 2024 mengalami penurunan 307,9 ribu orang dibanding periode enam bulan sebelumnya. "Jumlah penduduk miskin per September 2024 mencapai 3,4 juta orang, turun dibanding Maret 2024 yang mencapai 3,7 juta orang," ujarnya.
Menurut Endang Tri Wahyuningsih sumbangan pengeluaran rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2024 menjadi salah satu faktor yang memengaruhi penurunan kemiskinan, juga penurunan kemiskinan dipengaruhi oleh tingkat inflasi September 2024 sebesar 1,57%, lebih rendah dibanding Maret 2024 yang mencapai 3,5%. (S-1)
Pemerintah diminta menggunakan standar World Bank untuk lower middle income country untuk poverty rate sebesar US$3,65 per hari atau Rp61 ribu per hari untuk mengategorikan garis kemiskinan.
Sosiolog Nia Elvina kejadian seperti ini adalah alarm yang menandakan perlunya perhatian serius pemerintah terhadap kondisi masyarakat.
Mensos Saifullah Yusuf mengatakan pemerintah menargetkan penurunan kemiskinan dan kemiskinan ekstrem dalam 2-5 tahun ke depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved