Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Cabai Merah Rawit di Solo Semakin Pedas Jelang Nataru

Widjajadi
24/12/2024 10:39
Cabai Merah Rawit di Solo Semakin Pedas Jelang Nataru
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan inspeksi di Pasar Gede, Solo.(MI/Widjajadi)

CABAI rawit di Kota Solo menjadi komoditas bahan pokok paling tinggi kenaikannya pada dua hari menjelang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Harga bumbu pedas itu tembus Rp56.000 per kg atau naik 100% dari sebelumnya yang dipatok Rp28.000 per kg.

Meski begitu Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang memergoki kenaikan dua kali lipat di Pasar Gede Solo, Senin (23/12) menganggap kenaikan itu masih wajar, karena banyak faktor yang melatarbelakangi, seperti curah hujan tinggi dan momen hari besar.

"Kenaikan harga komoditas pangan kami anggap masih wajar, karena faktor cuaca basah berpengaruh besar, dan situasinya bersamaan dengan momen hari besar dan akhir tahun," ungkap Wali Kota Solo, Teguh Prakosa.

Pejabat TPID Solo yang juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat juga mengingatkan, agar masyarakat tidak panik yang memicu aksi borong. "Pasokan kita lihat masih mencukupi. Asal tidak panik dan memunculkan aksi borong, maka harga harga kebutuhan masih bisa dikendalikan. Ya sabar karena bersamaan cuaca ekstrem," imbuh dia.

Salah seorang pedagang sayuran di Pasar Gede, Lestari mengatakan harga cabai rawit mulai naik sejak tiga hari yang lalu. Kenaikan bertahap sampai puncaknya sekarang tembus Rp56.000/kg.

"Sebelumnya cabai rawit masih Rp28.000. Cabai merah Rp20 ribu/kg melonjak Rp40 ribu. Cabai hijau dari Rp15 ribu menjadi Rp20 ribu. Sementara daging ayam broiler yang tadinya Rp28.000 menjadi Rp37.000 per kilotram," kata dia.

Kalangan pedagang sayur mendapatkan informasi, kenaikan harga aneka cabai dipicu curah hujan tinggi yang berakibat gagal panen, sehingga hasil produksi susut banyak.

“Curah hujan tinggi di lereng Merapi yang merupakan penghasil cabai, membuat banyak gagal panen. Ini yang memicu kelompok cabai tinggi menjelang perayaan Nataru," tutur Sukiman, pemasok lombok dari Cepogo.

"Yang luar biasa adalah cabai. Cabai rawit itu 100% (naiknya)," lanjut dia.

Pemkot Solo bersama TPID akan berkoordinasi dengan pemasok dan wilayah produsen sayuran, sebagai penyikapan, agar harga harga masih bisa dikendalikan. "Apakah perlu operasi pasar untuk terutama cabai. Karena kalau beras masih aman, ini akan kita kaji secepat," lugas Walikota Teguh.

Pemkot Solo, lanjut dia, akan terus mengupayakan, agar ketersediaan komoditas pangan di Solo mampu mencukupi kebutuhan warga. Harga kebutuhan pokok akan dikendalikan semaksimal mungkin dengan berbagai cara.

Pada bagian lain Kepala Badan Pusat Statistik Kota Solo  Ratna Setyowati mengatakan data terkini tentang inflasi terus dicermati, seiring fluktuasi harga komoditas pangan jelang akhir tahun ini.

Asisten Bidang Ekonomi Setda Kota Solo, Gatot Sutanto perlj menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memastikan ketersediaan pangan.

"Saat ini, keamanan pangan cukup terjaga dengan ketersediaan stok beras yang mencukupi hingga empat bulan ke depan. Terlebih adanya peningkatan kebutuhan BBM serta pengaturan lalu lintas yang sudah disiapkan baik menjelang Natal dan Tahun Baru," pungkas Gatot. (N-2).



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya