Headline

Pemerintah tidak cabut IUP PT Gag Nikel.

Fokus

Pemanfaatan digitalisasi dilakukan untuk mempromosikan destinasi wisata dan meningkatkan pengalaman wisatawan.

Usai Raih ADWI 2024, Desa Les Diproyeksikan Tembus UNWTO di 2025

Arnoldus Dhae
18/11/2024 22:57
Usai Raih ADWI 2024, Desa Les Diproyeksikan Tembus UNWTO di 2025
Penghargaan desa wisata terbaik ADWI 2024(MI/Arnoldus Dhae)

KEPALA Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng Bali Gede Dody Sukma Oktiva Askara mengatakan pariwisata di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng meraih penghargaan desa wisata terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2024. Ia pun optimistis jika Desa Les bisa masuk sebagai desa wisata terbaik dunia dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO).

"Ini peluang dan kesempatan yang baik untuk masuk di UNWTO," kata Dody Sukma.

Untuk diketahui, ADWI 2024 diikuti oleh 6.016 desa wisata dari seluruh Indonesia. Penilaian dalam ajang tersebut meliputi berbagai indikator, mulai dari destinasi, digitalisasi, amenitas, resiliensi, dan kelembagaan. Dody menyampaikan alasan pihaknya yakin mampu menembus UNWTO lantaran di semua indikator penilaian ADWI, Desa Les menjadi yang terbaik. Pasca-meraih penghargaan ADWI, Desa Les akan menyiapkan berbagai kebutuhan untuk berproses sebagai desa wisata tingkat dunia ke UNWTO.

Ia menjabarkan, di Bali beberapa desa sudah mendapatkan predikat desa wisata terbaik dunia dari PBB, seperti Desa Jatiluwih di Tabanan dan Desa Penglipuran di Bangli. "Kami berharap di tahun depan (masuk). kami dampingi terus Desa Les untuk bisa meraih penghargaan di tingkat dunia," imbuhnya. 

Dengan mendapatkan pengakuan dunia, maka bisa meningkatkan branding Desa Les secara internasional. Sebab Desa Les memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan desa-desa lainnya yakni topografinya nyegara gunung. Potensinya meliputi air terjun, hutan desa, hingga terumbu karang. Lalu ada atraksi wisata dapur Bali Mula berbasis budaya culinary yang dinilai sangat autentik. Serta ada pembuatan garam piramid yang sudah ekspor hingga luar negeri.

"Ini sangat luar biasa. Dalam prinsip pariwista hijau dan berkelas dunia, pengelolaan yang berbasis masyarakat seperti di Desa Les inilah yang menjadi role model. Masyarakat punya akomodasi penginapan untuk dijadikan homestay, ibu-ibunya pun membuat beragam aktivitas mulai dari pengolahan sampah untuk dijadikan kompos sebagai wisata edukasi, hingga mengolah makanan tradisional," ungkapnya.

Kunjungan wisatawan ke Desa Les rata-rata 150 orang pada low season. Sedangkan pada high season mencapai 600 hingga 700 orang. "Konsep pariwisata ke Desa Les ini merupakan wisata minat khusus. Artinya wisatawan yang berkunjung memang bertujuan mencari ketenangan. Sehingga banyak hotel di sekitar yang tidak menyediakan wifi dan televisi," tuturnya.

Sejak dilaksanakan pada 2021, Desa Les memang rutin mengikuti ADWI. Namun pada tahun 2021, Desa Les hanya masuk pada 1.000 besar. Sedangkan pada 2022, masuk di 300 besar dan tahun 2023, hanya sampai di 500 besar. Perjalanan Desa Les untuk menang pun bukan perkara mudah. Sebab di tahun 2024, Desa Les harus bersaing dengan 6.016 desa wisata dari seluruh Indonesia. Hingga di tahap 50 besar, Desa Les menjadi satu-satunya perwakilan Bali.(M-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya