Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Tak Terserap, Koperasi dan Pengepul di Jatim Buang Susu Sejak Oktober

Bagus Suryo
10/11/2024 15:18
Tak Terserap, Koperasi dan Pengepul di Jatim Buang Susu Sejak Oktober
Peternak sapi sedang menuang susu segar(MI/Rahmatul Fajri)

KOPERASI dan pengepul susu segar di Jawa Timur kelimpungan sampai akhirnya membuang susu lantaran tidak terserap industri pengolahan susu (IPS) sejak awal Oktober 2024 sampai sekarang.

Sekitar 200 ton susu di Jatim menumpuk di koperasi dari total produksi 900 ton per hari. Jumlah susu yang tidak terserap IPS itu bisa lebih besar mengingat ada banyak pengepul yang tidak memiliki tandon berpendingin yang memadai. Akhirnya, mereka membuang susu karena sudah rusak.

"Sejak awal Oktober, kami sudah membuang susu sekitar 2-3 tangki kapasitas 17 ton per tangki," kata Sulistyanto, Ketua Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar, Pasuruan, Jatim, Minggu (10/11).

Sulistyanto yang juga aktif di Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) mengungkapkan 7.000 peternak tergabung dalam KPSP Setia Kawan Nongkojajar dan memproduksi 97 sampai 100 ton per hari. Sebelum Oktober, seluruh susu terserap habis pada sejumlah IPS atau perusahaan susu, yaitu Indolakto, Frisian Flag Indonesia, Cisarua Mountain Dairy Tbk (Cimory), dan Sarihusada Generasi Mahardhika (SGM). Setiap IPS biasanya minta dipasok 20 ton sampai 55 ton per hari.

Belakangan, sejumlah IPS menerapkan aturan pengurangan permintaan yang oleh pengelola koperasi susu dianggap sangat mendadak. IPS mengurangi permintaan susu rata-rata 2-5 ton per hari, itu pun disertai penundaan jadwal pengiriman. Alasannya, ada yang bilang perbaikan mesin pengolahan susu dan faktor daya beli masyarakat sedang menurun.

Kondisi ini membuat peternak merugi apalagi mendekati penerapan program sarapan bergizi gratis prioritas Presiden Prabowo Subianto. Hal serupa juga dirasakan peternak di Kabupaten Malang. "Menurut saya itu tidak masuk akal. Kerugian kami sudah miliaran," ucap Sulistyanto.

Padahal, susu segar bila terlambat kirim ke IPS harus tersimpan pada penampungan bersuhu mendekati nol derajat celsius paling lama 24 jam. Bila melebihi itu pasti rusak atau kualitasnya merosot. Sedangkan KPSP Setia Kawan Nongkojajar hanya punya alat pendingin kapasitas 50 ton. Di sisi lain, ada banyak pengepul susu tidak memiliki alat pendingin. Akhirnya, susu dibuang ke sungai dan sawah.

"Kami sempat membuang susu, lalu dibeli peternakan babi seharga Rp3.000 per liter," ujarnya.

Sekarang, susu peternak di KPSP setempat menumpuk sekitar 80 ton dan harus dikirim besok. Bila ada penundaan lagi pasti terbuang.

Kendati demikian, KPSP Setia Kawan Nongkojajar terus menyerap susu peternak anggota koperasi karena hal itu merupakan kewajiban. Akibat penundaan permintaan dari IPS, lanjutnya, kerugian ditanggung seluruh peternak anggota koperasi sehingga sisa hasil usaha (SHU) yang biasanya dibagikan menjelang Idul Fitri tentu bakal berkurang.(M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya