Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kenduri Bubur Beras Sambut Panen Raya di Aceh

Amriddun Abdullah Reubee
29/8/2024 09:33
Kenduri Bubur Beras Sambut Panen Raya di Aceh
Petani sedang beratvitas persiapan kenduri bubur beras dan doa bersama menjelang panen raya di Desa Pante Lhok Kaju, Kecamatan Indrajaya, Kabupaten Pidie, Aceh, Rabu (28/8/2024).(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

KENDURI bubur beras (Ie Bu Breueh) kembali dihadirkan para petani di Desa Pante Lhok Kaju, Kecamatan Indrajaya, Kabupaten Pidie, Aceh jelang panen raya.

Tradisi dan kearifan lokal bernuansa religi itu digelar di pinggiran hamparan sawah nan luas pada Rabu (28/8) pagi. Satu persatu kaum ibu di Gampong (Desa) Pante Lhok Kaju, hadir ke lokasi pinggiran sawah persis di sebuah kebun rindang belakang rumah Juarni bin Ismail, 65. 

Para perempuan yang hadir itu ada yang menyumbang gula pasir, beras, kelapa santan, buah nangka matang, biji sagu mutiara, ketela, jagung muda dan kacang hijau. Ada juga yang membawa kuali, piring, sendok, kayu bakar dan perlengkapan dapur lainnya. 

Baca juga : Menyikapi El Nino, Petani Padi di Aceh Beralih ke Ubi Rambat

"Ini bukan sumbangan wajib, tapi untuk kebersamaan. Paling diharapkan kehadirannya untuk kesuksesan memasak bubur hingga menyiapkan hidangan untuk kenduri makan bersama" tutur Aminah, seorang perempuan yang ikut menyukseskan tradisi kenduri bubur beras itu. 

Warga desa secara sukarela menyumbang bahan dan makanan untuk acara kenduri. Mereka juga merupakan para petani garapan dan pemilik sawah di satu hamparan lokasi setempat. Para kaum hawa berbagai usia itu, berkerja sama memasak bubur khas kenduri tolak bala jelang panen raya itu. 

Semuanya berharap akan mendapat rezeki melimpah yaitu hasil panen padi lebih banyak walau di tengah fenomena El Nino. Apalagi, sekitar 200 meter arah timur lokasi kenduri kearifan lokal itu, ada sebuah Masjid Jamik Baitul Ma'kwa yang belum sempurna pembangunannya. 

Baca juga : Bulog Sigli Mulai Tampung Gabah Petani Aceh Besar dan Pidie

"Insya Allah panen padi bisa melimpah, sumbangan untuk masjid juga akan lebih banyak. Pembangunan pun cepat rampung," tutur Juwarni yang juga panitia pembangunan Masjid Jamik Baitul Ma'kwa. 

Sekitar tiga jam proses memasak bubur beras hingga menyiapkan berbagai keperluan pun usai dilaksanakan. Beberapa lembar tikar pun digelar di bawah pepohonan nan rindang kebun itu. 

Juwarni bin Ismail mendatangi setiap rumah warga guna mengajak atau mengundang kaum lelelaki serta tokoh masyarakat Desa Pante Lhok Kaju. Tidak ketinggalan mengundang Teungku (ustadz) untuk memimpin samadiah, tahlil dan doa bersama. 

Baca juga : Dampak El Nino, Usai Panen Semangka Petani Aceh Beralih Menanam Melon

Melalui doa bersama dan berkat kenduri bubur beras itu mereka berharap, lahan sawah seluas mata memandang di lokasi setempat bisa menghasilkan produksi panen padi melimpah. Meskipun dalam perjalan pertumbuhan tananaman lama terkendala krisis sumber air dan didera banyak hama penyakit. 

Setelah kelompok jemaah lelaki itu berzikir serta ditutup dengan doa dan diakhiri makan bubur beras bersama. Lalu mereka pun bubar menuju masjid seiring suara azan zhuhur berkumandang. 

Para tamu laki-laki yang hadir dan kaum perempuan semua mendapat alakadar bubur untuk dibawa pulang ke keluarga dan anak-anak mereka di rumah. 

Baca juga : Harga Gabah Anjlok, Petani Aceh Resah

"Setelah berdoa bersama, ada juga yang melanjutkan di sudut petak sawah untuk bermunajat kepada Allah agar mendapat kberkahan dan memperoleh zuru'k (gabah padi) melimpah" kata Murni, petani lainnya. 

Kepala  Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pidie, Abdullah AR, kepada Media Indonesia mengatakan, kenduri dan doa bersama menjelang panen padi itu merupakan tradisi dan kearifan lokal bernuansa syiar Islam. Itu sudah berlangsung zaman Kesultanan Aceh. 

Dikatakannya, kenduri itu suatu kekompakan dan perekat rasa persaudaraan antar sesama. Mengapa menyuguhkan bubur beras, itu bervariasi untuk menyesuaikan kemampuan yang ada. Apalagi itu baru menjelang panen yang kemampuan mereka masih sangat terbatas. Lalu berdoa bersama merupakan mohon sesuatu mengharap limpahan rahmad Allah sesuai ikhtiar kaum petani. 

"Disitu terjalin silaturrahmi dan menjadi media bermusyawarah serta tempat menyampaikan informasi penting untuk membidani ide-ide cemerlang demi kemaslahatan ummat" tutur lelaki yang akrab di panggil Abi Abdullah itu. (MR/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya