Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
UNTUK meningkatkan perekonomian pascapandemi covid-19, nelayan pesisir Mirring, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, membudidayakan kepiting bakau di habitat aslinya. Usaha ini pun semakin berkembang dan mampu menopang ekonomi nelayan yang sempat ambruk karena pandemi.
Lokasi budidaya kepiting bakau berada di hutan mangrove yang merupakan habitat asli hewan tersebut.
Luas lahan yang dijadikan lokasi budidaya sekitar 500 meter persegi dan yang dibentuk sedemikan rupa mirip seperti keramba ikan. Jumlah populasi kepiting bakau mencapai ratusan ekor dengan ukuran yang berbeda-beda.
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, bibit kepiting sengaja didatangkan dari luar daerah, yakni Siwa, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Bibit kepiting lalu dipelihara dan dibudidayakan selama beberapa bulan hingga siap panen.
Untuk memasarkan hasilnya, kepiting masih dipasarkan secara lokal. Namun, sudah ada permintaan dari luar daerah. Hanya saja nelayan belum mampu memenuhi permintaan dalam jumlah yang banyak.
Baca juga:
> KKP Lepas Ekspor 5 Ton Kepiting Bakau ke Tiongkok
> Perdana, Koperasi di Ternate Ekspor Kepiting Bakau ke Singapura
Budidaya kepiting bakau dengan sistem seperti itu merupakan yang pertama kalinya di Polewali Mandar dan bahkan di Sulawesi Barat. Selain mendapatkan keuntungan ekonomi, nelayan juga sekaligus menjaga mangrove agar habitat laut tetap terjaga.
Kepala Dusun Tappina, Hamza, mengatakan awalnya usaha budidaya kepiting bakau dimulai oleh nelayan pada 2022. Usaha mereka semakin berkembang dan mampu menopang ekonomi nelayan.
"Kendala yang dihadapi adalah sulitnya mendapatkan pakan siap saji dalam bentuk kemasan. Untuk memenuhi kebutuhan pakan, nelayan memberikan ikan yang dibeli dari nelayan sekitar atau pun mereka mencari sendiri dengan cara dijaring di pinggir laut," jelas Hamza, Minggu (5/11).
Selain soal pakan, lanjut Hamza, hal yang menjadi kendala lainnya adalah faktor alam seperti cuaca buruk dan gelombang pasang yang pernah merusak lokasi penangkaran pada awal Januari lalu.
"Kedepaannya, budidaya kepiting bakau ini akan terus dikembangkan dan menambah jumlah bibitnya sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak pula," tutup dia. (Z-6)
Kerja sama ini merupakan komitmen JNE untuk terus bermanfaat bagi masyarakat luas
Kecelakaan laut yang terjadi di Pantai Batu Hiu itu menimpa tiga nelayan. Satu nelayan bisa diselamatkan,
Upacara adat itu merupakan bentuk rasa syukur para nelayan di Desa Ciwaru atas hasil tangkapan ikan. Acaranya rutin digelar setiap tahun.
Terjebaknya ke 75 nelayan itu akibat terjangan gelombang tinggi yang memutus jembatan terbuat dari bambu, pada Rabu (16/10)
Kegiatan mencari ikan dilaut tetap dilakukan meski kondisi cuaca saat ini sangat tidak bersahabat dan mengancam jiwa.
Di tengah laut cuaca bisa cepat berubah atau yang awalnya cerah tiba-tiba turun hujan deras disertai angin kencang dan petir, sehingga membahayakan keselamatan nelayan.
Saat ini tersangka telah dititipkan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Mamuju Provinsi Sulawesi Barat untuk dilakukan pemeriksaan dan pengembangan oleh Penyidik Balai Gakkum KLHK
Saat ini, sudah ada tiga alat berat yang dikerahkan, untuk melakukan pembersihan dua titik longsor untuk membuka akses di tiga desa tersebut dan bantuan sementara terus dikerahkan.
Gempa sebelumnya terjadi pada Kamis (14/1) yang juga dirasakan kuat di beberapa kabupaten.
Kebutuhan mendesak saat ini berupa sembako, selimut dan tikar, tenda keluarga, pelayanan medis dan terpal.
Gempa Majene yang merusak dan gempa pemicu tsunami destruktif tahun 1969 sama sama dibangkitkan oleh sesar naik mamuju.
Mensos Tri Rismaharini juga telah memerintahkan jajarannya untuk secepatnya mengirimkan personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) dari wilayah sekitarnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved