Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Gotong-royong Turunkan Tengkes untuk Selamatkan Generasi Masa Depan

Lilik Darmawan
18/10/2023 12:05
Gotong-royong Turunkan Tengkes untuk Selamatkan Generasi Masa Depan
Penurunan angka tengkes di Jawa Tengah perlu dilakukan dari remaja. Salah satunya pencegahan pernikahan dini.(MI/Lilik)

CERITA seorang seorang ibu melahirkan di pos 3 Pondok Cemara jalur pendakian Gunung Slamet dengan ketinggian 2.510 meter di atas permukaan laut (mdpl) membuat terkejut warga khususnya Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Jawa Tengah (Jateng). Apalagi kepala desa (kades), bidan, dan tenaga pendamping (naping) sehat mandiri desa.

"Kok bisa ya saya tidak mengetahui kalau Sartini hamil?" Itu adalah pertanyaan yang muncul saat bidan desa Diana Wahyu Utami mendengar kabar tersebut. Termasuk juga dengan Elfira  seorang naping serta Kades Kutabawa Budiyono.

Beruntung kisah tersebut tidak berakhir tragis, ibu dan anaknya sehat. Meski demikian, bidan Diana menjadikan peristiwa tersebut sebagai cerita untuk para ibu di desa setempat. "Saya tidak tahu kalau ibu itu hamil karena tidak pernah memeriksakan diri. Juga tak datang ke posyandu. Dari pengalaman ini, saya bersama naping dan kader posyandu menggiatkan sosialisasi. Apalagi, kami harus bertanggung jawab untuk menurunkan stunting," jelasnya pekan lalu.

Baca juga: Komunitas Sobat Sehat Gelar Pogram Kemanusiaan Edukasi Pencegahan Stunting

Baginya, penurunan angka tengkes harus mulai dari remaja. Misalnya, remaja jangan nikah dini. Kemudian memberikan sosialisasi bagi para remaja yang akan menikah terutama bagaimana menjaga gizi. "Jika sudah hamil, maka perlu kontrol secara rutin. Supaya ibu dan bayinya sehat dan tidak mengalami stunting," ujarnya.

Elfira sebagai naping sehat mandiri Desa Kutabawa bersama kader posyandu aktif melaksanakan pemantauan ibu hamil dan balita. "Kegiatan posyandu yang digelar sebulan sekali tidak hanya memantau ibu hamil dan balita untuk ditimbang bobotnya, melainkan juga memberikan bantuan makanan tambahan (PMT). Jika ada ibu hamil yang berisiko tinggi dan harus dirujuk, maka kami siap mendampingi," ujarnya.

Baca juga: Wapres Yakin Target Penurunan Prevalensi Stunting Tercapai

Jadi, merujuk ibu hamil atau kontrol ke Puskesmas, merupakan salah satu upaya untuk menekan angka stunting. Salah satu kunci untuk menekan angka tengkes adalah menjaga kesehatan bumil. Peran Puskesmas atau RS menjadi penting guna memastikan pelayanan kesehatan bumil hingga kelahiran, supaya bayinya sehat.

"Ibu hamil di Purbalingga tidak khawatir biayanya kalau ke RS, kalau mereka sudah masuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Alhamdulillah, untuk JKN Purbalingga itu sudah universal health coverage (UHC) telah menyentuh angka 100%. Jadi, tidak ada lagi alasan  untuk takut ke RS," papar Elfira.

Transportasi

Bagaimana dengan transportasi jika ada rujukan ke RS? Kades Kutabawa Budiyono mengatakan ibu hamil, balita, dan warga di Kutabawa tak perlu khawatir jika dirujuk ke RS. Pasalnya desa memiliki mobil siaga. "Pengadaan mobil siaga ini sangat penting guna memastikan kalau ada warga yang dirujuk, misalnya ibu yang mau melahirkan sampai ke RS dalam keadaan selamat. Desa siapkan mobilnya, lalu pihak kepala dusun menanggung sopirnya. Kemudian RT yang membiayai BBM-nya. Jadinya gotong-royong," jelasnya.

Dengan gotong-royong bersama, dari jumlah penduduk 8.700 jiwa di Desa Kutabawa, beberapa tahun lalu kasus tengkes cukup tinggi yakni 200 balita. "Tetapi 2022 lalu, angka tengkes bisa turun dan tinggal menjadi 20 balita saja. Salah satunya akses kesehatan makin mudah serta adanya akses air bersih," jelasnya.

Inovasi lainnya yang dikembangkan di Kecamatan Kalimanah. Salah satunya adalah program Bersama Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Purbalingga Bagikan Telur Atasi Stunting (Sambal Terasi). Program ini untuk membantu percepatan penurunan stunting di wilayah Purbalingga pada umumnya dan khususnya Kecamatan Kalimanah. Di kecamatan setempat angka stunting berada di angka 7,6%, salah satu desanya yakni Sidakangen nol kasus.

Kasus Tengkes

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi blusukan mengampanyekan dan menurunkan kasus tengkes. Pendekatannya mulai dari remaja dan mendorong agar tidak menikah secara dini. Untuk ibu hamil, Pemkab Purbalingga meneruskan program Pemprov Jateng yakni Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Program jika dalam bahasa Indonesia berarti memantau orang hamil guna mencegah kasus kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) sekaligus mencegah stunting secara ini.

Bupati mengapresiasi sejumlah inovasi yang telah dilaksanakan di desa-desa. Contohnya, Desa Karangaren, Kecamatan Kutasari. "Desa setempat menjadi pilot project penurunan stunting. Kemudian dibentuk tim aksi cegah stunting (ACS) yang bekerja untuk menurunkan angka tengkes. Tim ACS ini bertugas mengelaborasi secara teknis, langkah yang harus dilakukan di bawah koordinasi  tim percepatan penanggulangan stunting 
(TPPS) kabupaten," ujarnya.

Bupati berpesan bagi ibu yang memiliki balita untuk diberikan ASI eksklusif selama 2 tahun. Selain itu anak juga harus rutin dibawa ke Posyandu guna memantau kesesuaian perkembangan anak, sehingga bisa deteksi dini kasus stunting.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Purbalingga Jusi Febrianto mengungkapkan di Desa Karangaren ada tiga lapisan program yang dikerjakan secara simultan. "Intervensi pertama di Posyandu. Jadi seluruh balita diberikan susu dan telur dan keluarga diberikan bibit untuk beternak lele. Kemudian yang kedua adalah intervensi di Puskesmas dengan melakukan 
deteksi dini sebelum stunting. Kalau ada stunting, diberikan PMT selama dua pekan hingga sebulan," jelasnya.

Sedangkan intervensi ketiga dilaksanakan di RS. Jika di Puskesmas belum tertangani, maka rs yang melaksanakan intervensi. "Dokter spesialis RS bakal mengawasi serta pemberian pangan olahan untuk kondisi medis khusus (PKMK), yaitu PMT khusus yang hanya bisa diberikan dari RS. Setelah membaik akan dikembalikan ke Puskesmas. Ketiga intervensi inilah mampu secara efektif menurunkan angka tengkes," ujar dia.

Konsep ini, lanjut Jusi, bakal direplikasi untuk menurunkan angka tengkes di desa-desa lainnya. Di Karangaren, kasus stunting mengalami penurunan, sehingga juga menyumbang turunnya tengkes di tingkat kabupaten.

"Kasus tengkes di Purbalingga per Oktober 2023 turun menjadi 12,3% di atas target nasional yaitu sebesar 14 persen pada tahun 2024. Di Purbalingga, pada 2017 angka stunting di Purbalingga sebesar 28,4%, 2018 menjadi 26,4%. Pada 2019, turun menjadi 17,8%, kemudian menjadi 16,93% pada 2020, lalu 15,7% pada 2021. Jadi penurunan tengkes di Purbalingga cukup signifikan berkat berbagai inovasi yang dimunculkan," jelasnya.

Tahun ini, lanjut Jusi, pemkab menyediakan alat antropometri 1.067 unit dengan tujuan semua posyandu memiliki alat timbang ukur balita yang terstandar dan terkalibrasi. Peralatan ini penting untuk memantau perkembangan masing-masing balita.

Atas prestasi penurunan stunting, Pemkab Purbalingga memperoleh penghargaan yang diserahkan oleh Wapres Ma'ruf Amin selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Nasional beberapa waktu lalu. Purbalingga dinilai sukses menurunkan angka stunting. Oleh karenanya, diganjar dengan insentif fiskal oleh pemerintah pusat sebesar Rp6,1 miliar.

Genderang penurunan angka tengkes di Purbalingga semakin kencang ditabuh. Bahkan, pemkab menargetkan angka stunting pada 2024 bisa di bawah 10%. Gotong-royong jadi kuncinya untuk bergerak bersama demi generasi emas Indonesia. (Z-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya