Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PENCEMARAN Sungai Bengawan Solo akibat limbah ciu, kembali mengancam pasokan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Pasalnya air baku untuk penyedia air bersih tersebut berasal dari sungai itu.
Pemantauan Media Indonesia, Sabtu (17/6), air yang mengalir di Sungai Bengawan Solo memasuki musim kemarau menyusut. Tidak hanya itu aliran sungai yang mengalir menjadi pembatas daerah Blora-Bojonegoro terlihat mengalami perubahan warna hitam keruh dan beraroma tidak sedap, bahkan di beberapa titik terdapat tumpukan sampah.
PDAM Cepu kembali ketar-ketir terkait menurunnya kualitas air di Sungai Bengawan Solo tersebut, karena sebagai penyedia air baku turunnya kualitas dan kuantitas air menjadi masalah perusahaan plat merah itu.
Baca juga: Sungai Tercemar, Puan Soroti Ketersediaan Air Bersih Bagi Masyarakat Ibu Kota
"Saat air Sungai Bengawan Solo surut, air menjadi hitam kemerahan, bahkan warga di sekitar sungai resah karena di daerah Hulu sudah tercemar limbah ciu," kata Prayitno, warga di Cepu, Kabupaten Blora.
Tidak saja mengakibatkan pasokan air PDAM terhenti, ungkap Sarwan,40, warga lainnya, tetapi bagi warga yang menggantungkan hudup dari sungai Bengawan Solo sebagai nelayan juga terganggu karena sungai tercemar dan tidak dapat mencari ikan.
Baca juga: Polres Jepara Amankan Dua Tersangka TPPO
Kepala Cabang PDAM Cepu Subiyanto mengatakan perubahan warna air sungai diduga karena limbah dan kembali terjadi pencemaran. Dikhawatirkan akan mengganggu produksi air bersih, apalagi PDAM Surakarta dikabarkan juga telah menghentikan produksinya.
"Kalau tidak segera diatasi dapat mengganggu produksi air bersih seperti tahun lalu, karena sungai Bengawan Solo menjadi penyedia air baku bagi PDAM," ujar Subiyanto.
Sementara itu Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati DLH Blora Gartini mengatakan hingga kini kualitas air Bengawan Solo yang mulai menyusut dan berubah warna, belum dapat diketahui secara pasti.
Bencana longsor yang terjadi sebulan lalu, demikian Gartini, mengakibatkan alat pengukur kualitas air tertimbun, sehingga alat deteksi tersebut masih belum dapat dipergunakan. "Kita sudah pesan alat baru untuk mengganti alat ukur yang tertimbun longsor tidak jauh dari pipa penyedot PDAM itu," imbuhnya.
Ia mengungkapkan alat pengukur kualitas air tersebut baru terpasang tahun ini bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) Rp1,2 miliar, sehingga masih pada tahap pemeliharaan penyedia jasa, sehingga masih menjadi tanggung jawab perusahaan tersebut untuk mengganti atau memperbaiki.
"Alat yang sama juga dipasang di Kradenan, Blora terapi juga mengalami gangguan server dan masih diperbaiki," tuturnya. (Z-3)
GENANGAN banjir luapan sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, Jatim mengalami peningkatan di kawasan hilir.
SEORANG kakek pencari kayu warga Desa Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tenggelam terseret arus dari luapan sungai Bengawan Solo.
Peningkatan debit air Bengawan Solo hingga satutus siaga banjir ini dipicu akibat derasnya kiriman air dari kawsan hulu dalam beberapa hari terakhir.
Pengaktifan Posko bencana itu dilakukan menyusul kenaikan signifikan permukaan Sungai Bengawan Solo dalam beberapa hari terakhir hingga pada status siaga banjir.
Proyek jembatan senilai Rp14,9 di Kabupaten Sragen melengkung dan nyaris runtuh setelah diterjang luapan air Sungai Bengawan Solo, pada Senin malam (11/11).
"Dengan adanya penutupan pintu dam Colo mulai 16 Oktober jelas akan menyulitkan petani untuk mengolah sawah."
Siti mengatakan, pencemaran sungai yang airnya dimanfaatkan untuk sumber kebutuhan masyarakat dan listrik itu salah satunya berasal dari limbah kotoran hewan.
Hasil tangkapan nelayan di Danau Maninjau, Agam, Sumatera Barat berkurang semenjak Desember 2022. Penurunan itu terjadi lantaran adanya pencemaran yang terjadi di danau vulkanik tersebut.
Bendungan karet Sungai Jajar mengalami kerusakan, yang berakibat PDAM dan irigasi tercemar air laut.
Jumlah keluarga korban Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) yang mengajukan class action terus bertambah.
Hingga kini, belum ada keputusan santunan dan skema bantuan perawatan medis kepada anak yang menjadi korban obat sirop tercemar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved