Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PETANI di Kabupaten Sukoharjo mengeluhkan aktivitas penutupan pintu air dam, yang membuat mereka kesulitan melakukan pengolahan lahan sawah dan persemaian bibit padi untuk musim tanam (MT) 1 Oktober 2024 - Februari 2025. Jika dibiarkan, dikhawatirkan hasil pertanian tidak akan maksimal.
"Dengan adanya penutupan pintu dam Colo mulai 16 Oktober jelas akan menyulitkan petani untuk mengolah sawah. Padahal ramalan BMKG terkait musim penghujan belum sepenuhnya terjadi. Hal ini membuat pengolahan dan persemaian bibit padi menjadi sulit bagi petani," kata mantan koordinator Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Colo Timur Sarjanto Jigong kepada Media Indonesia, Rabu (16/10).
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo Bagas Windaryatno pun meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo menunda penutupan pintu dam di tengah musim hujan yang belum sepenuhnya merata di bumi Sukoharjo.
"Penutupan pintu dam Colo pasti berdampak kepada petani. Sebab pertanian butuh air, sementara musim penghujan tidak sesuai dengan apa yang diramalkan BMKG pada Dasarian II ini," ungkap Bagas.
Menurut dia, dalam situasi alam yang belum mendukung untuk pengelolaan pertanian pangan beras ini, sebaiknya BBWS Bengawan Solo bersama Perum Jasa Tirta bisa membantu petani yang sedang mengolah lahan untuk persemaian dengan menunda penutupan pintu dam untuk dalih perawatan fisik dam dari sedimen atau pendangkalan.
"Karena kalau tidak salah dalam kesepakatan antara petani dengan BBWS Bengawan Solo, penutupan pintu dam dilakukan ketika musim hujan sudah terjadi dan merata," imbuh Bagas.
Karena itu harapan petani, BBWS Bengawan Solo bisa memberikan kebijakan yang memudahkan terkait air dam Colo, yang bersumber dari Waduk Gajah Mungkur yang menjadi hulu untuk puluhan ribu hektare pertanian Sukoharjo.
"Ya mudah-mudahan ada kebijakan BBWS Bengawan Solo bisa memenuhi irigasi ribuan hektare pertanian Colo Timur san Barat, sampai terjadinya hujan yang merata di wilayah atas maupun Sukoharjo. Jika tidak, dipastikan petani akan mengalami kesulitan," ungkap Bagas.
Pada bagian lain, Sarjanto Jigong menganggap penutupan pintu air dam Colo itu hanya alasan klasik pihak BBWS Bengawan Solo. Sebab saat sekarang air WGM masih mencukupi untuk irigasi guna mengolah sawah di Kabupaten Sukoharjo.
"Tetapi BBWS Bengawan Solo lebih memilih menyimpan di waduk ketimbang membantu petani. Alasan klasik pemeliharaan saluran. Padahal nggak ada pemeliharaan," pungkas Sarjanto.
Sehari sebelum munculnya keluhan petani Sukoharjo, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti merilis produksi beras nasional tahun 2024 yang berpotensi turun lebih dalam dibandingkan tahun 2023. Dalam rilis disebutkan, produksi beras tahun ini berpotensi turun hingga sekitar 760.000 ton atau sekitar 2,43% dibandingkan tahun 2023. Fenomena El Nino berkepanjangan tahun 2023 disebut jadi pemicu penurunan produksi beras nasional.
Permasalahan produksi beras itu, bisa jadi akan berlanjut, jika mengacu pada keluhan petani Sukoharjo, terkait persoalan aliran irigasi yang terhambat, dan juga kelancaran pupuk subsidi.
"Ya semoga saja pada era Pemerintahan Prabowo Subianto pertanian bisa ditata kelola secara baik ketimbangan rezim yang akan berakhir ini. Pertanian Sragen menjadi bagian dari irigasi Dam Colo Timur," ujar Ketua KTNA Sragen, Suratno.(M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved