Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SENIN (8/5) lalu, suasana pagi di Banda Aceh, berjalan normal. Warga mulai beraktivitas dengan kesibukan masing-masing. Suasananya masih nyaman dan damai.
Namun, menjelang siang, prahara datang. Warga terperangah karena tidak bisa bertransaksi lewat perbankan. Gara-garanya, sistem teknologi informasi Bank Syariah Indonesia (BSI) lumpuh.
Dampaknya sangat besar. Pasalnya BSI merupakan satu dari dua bank yang memiliki nasabah terbesar di seluruh Aceh. Satu bank lainnya ialah Bank Aceh Syariah.
Tidak berfungsinya jaringan teknologi informasi BSI membuat
Semua aktivitas pelayanan teller, sistem administrasi online dan transaksi melalui anjungan tunai mandiri (ATM) milik perbankan syariah pelat merah itu mendadak terhenti, eror. Antrean nasabah di depan teller setiap kantor BSI dan teras ATM harus balik kanan atau bubar dengan wajah berkerut.
"Suasana menyiksa itu ternyata terus berlanjut esok hari Selasa (9/5).
Karena uang jajan sudah habis, hari itu akupun harus mendatangi ATM dekat Jembatan Pango Raya, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh. Itu adalah ATM paling dekat dari tempat tinggalku, sekitar 200 meter sebelah utara atau persis di sebuah rumah toko pinggiran Jalan Pango-Simpang BPKP. Ternyata di layar monitor ATM keluar tulisan bahwa ATM itu sedang tidak berfungsi," tutur Muhammad Haiqal, mahasiswi
smester VI Teknik Sipil Universitas Syi'ah Kuala (USK) Banda Aceh.
Awalnya Haiqal menganggap ini hal biasa di dunia siber. Walaupun sesuai
dengan kemampuannya di bidang informasi teknologi, saat itu sudah mendunga bahwa kerusakan itu ada serangan siber oleh peretas nakal yang tidak bertanggung jawab.
Hari tanpa nasi
Kelelahan Haiqal mulai muncul setelah berulang kali pulang-pergi ke ATM
ternyata masih belum aktif. Ditambah lagi rasa kecewa dengan kebohongan
pihak BSI mengeluarkan pernyataan bahwa non aktif itu karena sedang
pemeliharaan jaringan.
Selasa siang itu matahari terus naik hingga tepat di atas kepala. Perut
Haiqal mulai keroncongan karena sejak pagi belum sarapan akibat kehabisan uang belanja harian.
"Jangankan ikan untuk bahan lauk makan nasi, sebutir telor pun atau satu bungkus mi instan saja tidak ada lagi. Ada niat menghubungi teman-teman untuk minta bantu, itupun gagal karena kehabisan paket pulsa telpon. Sementara sepeda motornya Honda Beat keluaran 2012 yang saya miliki lagi mogok, jadi harus bagaimana" kisah alumni SMA Sukma Bangsa Pidie ini.
Mahasiswa asal Sigli, Kabupaten Pidie itu, mengaku tetap tegar menghadapi kondisi sulit itu. Dia berpikir keteguhan seorang remaja yang sedang berjuang untuk masa depannya jangan mudah tergoyahkan oleh rintangan seperti tidak bisa akses menarik uang di ATM.
Dalam hatinya berujar sistem sebuah perbankan boleh terganggu, tapi cita-cita masa depan tidak sampai surut.
Matahari terus menuju ufuk barat terbenam di bibir Samudera Hindia ujung barat Pulau Sumatra itu. Sekedar mengganjal perut hari Selasa hingga malam itu Haiqal harus menghilangkan lapar dengan sisa beberapa keping kue kering yang kebetulan baru sekitar tiga hari dibawa dari kampung waktu balik libur Lebaran.
Itu pun kue titipan ibu untuk adiknya yang kuliah smester IV di Kedokteran USK. Lalu untuk kebutuhan air minum Muhammad Haiqal terpaksa minum air keran sumur bor dari mesin pompa elektronik yang ada di rumah toko tempat tinggalnya.
"Karena sepeda motor ku rusak, tentu kue kering itu tidak bisa ku antar ke tempat tinggal adik di asrama Putri komplek Kampus USK. Itulah untuk sekedar mengganjal perut dan minum air keran tidak dimasak. Walupun airnya terasa payau dan berbau tidak sedap, apa boleh buat," tuturnya.
Belum aktif juga
Keesokan harinya, Rabu (10/5), dari pagi Haiqal kembali mengincar
mesin-mesin ATM yang tersedia di sekitar tempat indekosnya di Jalan Prof A Hasyimi Pango Raya. Ternyata lagi-lagi di hari itu sang mahasiswa teknik sipil tersebut harus gigit jari.
Karena sering mondar-mandir jalan kaki, tubuh Haiqal terasa lunglai. Sisa kue yang kemarin dan air putih dari keran rumah toko tempat tinggalnya milik teman sang ayah itulah sebagai penopang hidup.
Setelah dua hari menahan lapar menanti harapan tidak pasti aktifnya ATM
BSI, tubuh Haiqal semakin capek hingga keluar keringat dingin.
"Kue kering pun sudah habis dan tidak tahu lagi harus bagaimana kalau terus begini. Saya lapar sekali hingga keluar keringat dingin. Kalau terus begini tidak benar juga," ketusnya.
Sekitar pukul 21.00 Wib, Rabu malal, Haiqal kembali menyisir beberapa ATM yang ada di jalan Prof A Majid Ibrahim di kawasan Pango-Lamteh hingga Jalan Teuku Iskandar dari Simpang BPKP hingga Pasar Ulee Kareng.
Setelah sekitar 5 km jalan kali, namun belum satupun ATM BSI yang aktif. Akhirnya Haiqal pun terpikirkan untuk pergi ke rumah kawannya bernama Ikhwan yang berjualan bahan pokok, warung kopi dan paket pulsa. Niat hati hendak makan nasi di tempat teman dekatnya itu.
Sayang, setelah satu jam jalan kaki menuju tempat sang teman, ternyata
tidak ada lagi nasi di rumah itu karena sudah larut malam. Untuk melupakan perasaan lapar Haiqal pun duduk ngobrol dengan Ikhwan teman se angkatannya di organisasi PII (Pelajar Islam Indonesia) Wilayah Aceh.
Berutang
Dengan menyambung saluran wifi di warung Ikwan, Haiqal pun baru bisa
menghubungi ayahnya dengan Watsapp, bawa saya belum makan dari kemarin dan uang sudah habis ATM tidak aktif.
Malam semakin larut, jarum jam menunjukkan sekitar pukul 23.00 Wib. Ikhwan pun hendak menutup kedai sembakonya. Dengan menahan berbagai perasaan hati, Haiqal pun berutang beberapa bungkus mi instan dan dua butir telor.
"Dia menawarkan lebih dari itu, tapi saya menolak jangan terlalu banyak
nanti tidak sanggup membayarnya" kata Haiqal.
Malam itu juga Haiqal diantar dengan sepeda motor temannya itu ke tempat tinggal di Jalan Prof A Majid Ibrahim kawasan Pango. Lalu
ditawarkan lagi pinjaman uang Rp10.000 untuk persiapan Kamis pagi,
jangan-jangan ATM belum aktif juga. Sekitar pukul 24.00 Wib Haiqal baru
memasak nasi dengan lauk mi instan dan telor ayam.
"Baru merasa lega dan hilang gementar tubuhku setelah makan nasi malam itu," jelasnya.
Kamis (11/5) pagi pagi menjelang siang, ATM BSI aktif kembali. Haiqal pun menarik seluruh uang kiriman ayahnya sebesar Rp150.00o.
"Apa yang saya rasakan itu pengalaman paling berharga. Harapannya BSI lebih waspada terhadap serangan siber. Semoga ke depan lebih banyak lagi bank syariah di Aceh. Tidak cukup hanya dua saja seperti BSI dan Bank Aceh Syariah. Jangan sampai ada kesan monopoli perbankan. Manajemen sistem syariah di Aceh harus terus diperbaiki," tandasnya. (N-2)
Dari jumlah jemaah asal Aceh kali ini (tahun 2025), 4.378 orang, sebanyak 12 di antaranya telah wafat di Arab Saudi.
Muslim, penjaga rumah Cut Meutia, mengaku telah berulang kali melaporkan kondisi kerusakan parah pada beberapa bagian bangunan Rumah Cut Meutia.
HARGA cabai merah di kawasan Provinsi Aceh, sejak sepekan terakhir turun.
Turunnya harga tersebut dapat memengaruhi semangat petani dan pekerja. Apalagi hal itu bisa berdampak beruk roda berekonomian warga sekitar.
Sekjen DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Muhammad Kholid memuji langkah Presiden Prabowo Subianto yang memutuskan empat pulau milik Aceh.
DEMAM batu akik seolah menjadi epidemi yang melanda masyarakat Indonesia saat ini
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved