Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SEBAGAI negara yang terdiri dari berbagai suku, Indonesia dikenal memiliki beragam budaya lokal. Sayangnya, seiring perkembangan, banyak budaya dan tradisi lokal yang mulai terlupakan. Berangkat dari situ Laskar Indonesia Pusaka bersama Swargaloka dan OhmmYogya siap kembali menggelar Festival Bedhayan III di Ohmmstay Bendan Tirtomartani Sleman, pada pada 13-4 Mei nanti.
"Salah satu perbedaan festival Bedhayan sebelumnya dengan sekarang, kalau dua festival sebelumnya dilangsungkan di Gedung Kesenian Jakarta, Festival kali ini digelar di Yogyakarta," kata Ketua Pelaksana Festival Bedhayan, Shari Semesta di Auditorium Jaya Suprana School of Performing Arts, Jumat (5/5).
Baca juga: Ramaikan Sail Teluk Cenderawasih 2023, Festival Budaya Biak ...
Sari yang didampingi Ketua Dewan Penasehat Festival Bedhayan Dewi Sulastri, dan anggota panitia lain yakni Lila Noviastantri, Ria Wulandari, Rury Avianti, Liana Reiterer menjelaskan latar belakang diselenggarakan ini. Menurut dia, seni tradisional Indonesia begitu kaya dan beragam. Keberadaannya bisa menghilang bila tak dilestarikan oleh generasi muda.
"Karenanya tujuan dilaksanakan Festival Bedhayan adalah untuk makin menggelorakan semangat cinta budaya Indonesia, khususnya melestarikan budaya keraton."
Penyelenggaraan Festival Bedhayan diharapkan bisa memopulerkan tari Bedhaya secara lebih luas kepada wisatawan dan warga. Selama ini wisatawan yang datang di kawasan wisata hanya berjalan-jalan. ”Sembari berjalan-jalan dan berbelanja, masyarakat umum, termasuk pelancong, bisa menikmati suguhan pentas tari Bedhaya,” ujar Shari.
Tari Bedhaya adalah tarian klasik Jawa yang dikembangkan di kalangan istana atau keraton pewaris takhta Mataram. Adapun tari Bedhayan adalah pengembangan, kreasi baru dari tari Bedhaya, di mana inovasi atau kreasi baru yang diterapkan bisa dalam gerakan atau iringan gamelan.
Dalam dua kali festival sebelumnya, Festival Bedhayan digelar dengan melibatkan sepuluh kelompok tari yang menari dalam satu hari. Hal itu disebut membuat penonton lelah.
Mengacu pada kondisi tersebut, maka konsep penyelenggaraan Festival Bedhayan III kali ini diubah. Pada pertunjukan tari yang digelar pada 14 Mei 2023, 12 kelompok tari akan bergantian menampilkan pentas tari dalam tiga sesi. Tiap sesi akan ditampilkan empat pentas dari empat kelompok berbeda.
Mayoritas tari yang ditampilkan, menurut Shari, adalah tari Bedhayan dengan variasi tari yang berbeda-beda. ”Banyak kelompok menampilkan dengan variasi yang beragam, di mana sebagian tarian ada yang ditampilkan dengan semua penari laki-laki, ada yang semua penarinya perempuan. Variasi, inovasi baru juga dilakukan pada gerakan hingga musik gamelan.”
Sehari sebelumnya, Festival Bedhayan III menggelar acara workshop, bedah tari Bedhaya, yang wajib diikuti oleh 12 kelompok tari penampil. Acara ini sekaligus dilakukan sebagai persiapan agar para penari bisa menari dengan lebih baik ketika menampilkan setiap gerakan, sesuai dengan makna yang diterangkan dalam workshop.
Dalam festival itu juga digelar bazar UMKM dengan melibatkan sepuluh pelaku usaha. Keberadaan bazar ditujukan agar suasana festival lebih cair dan meriah.
Dewi Sulastri, penasihat Festival Bedhayan III, mengatakan, tari Bedhaya adalah tarian keraton. Beberapa jenis tarian Bedhaya tertentu harus tampil sesuai pakem dan tidak boleh ditampilkan di luar istana. Namun, di luar jenis tarian tersebut, ada tarian Bedhaya yang juga tetap bisa disentuh dengan balutan inovasi dan kreativitas baru.
”Ada kelompok yang bahkan menampilkan tari Bedhaya dengan kombinasi iringan musik gamelan Bali,” ujarnya. Oleh karena itu, dia pun berharap agar festival kali ini bisa benar-benar memberi pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat tentang tari Bedhaya. (RO/A-1)
Program pelatihan dari International Center for Land Policy Studies and Training (ICLPST) bukan sekadar pendidikan kebijakan pertanahan dan pajak, melainkan perjalanan lintas budaya.
Era Soekamto mengatakan akan terus melestarikan dan mempromosikan batik melalui karya-karya rancangannya sebagai seorang desainer serta menghadirkan platform Nusantara Wisdom.
DESAINER dan pelestari warisan budaya Indonesia, Era Soekamto telah menerima penghargaan dari UNESCO atas komitmennya yang berkelanjutan dalam melestarikan budaya
Penguatan identitas sebagai sebuah bangsa juga mampu menumbuhkan kohesi sosial yang bisa menjadi pendorong untuk mengakselerasi proses pembangunan.
ADA hal yang menarik dalam penyelenggaraan Indonesia Fashion Week 2025. Desainer fesyen, Eni Joe, menjadikan ajang tersebut sebagai ruang edukasi budaya.
Lebih dari sekadar pertunjukan mode, TGC dikenal sebagai acara hiburan terbesar yang memadukan fesyen, musik, budaya pop, dan selebritis dari berbagai bidang dalam satu panggung yang sama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved