Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEJUMLAH tokoh dan masyarakat sepakat menyematkan gelar Bapak Bandung pada Dada Rosada. Mantan Wali Kota Bandung dua periode itu dinilai pantas menyandang gelar itu karena selama kepemimpinannya meninggalkan banyak warisan baik.
Penganugerahan itu disepakati sejumlah tokoh, sesepuh dan sekitar 500 warga yang hadir dalam saresehan yang digelar pada Kamis (9/3), di salah satu hotel di kawasan Dago. Di antara mereka ialah tokoh Sunda Popong Djunjunan, Rektor Universitas Islam Nusantara Prof Obsatar Sinaga, mantan birokrat Edi Siswadi, pemimpin forum ormas Islam, sejumlah tokoh organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
Popong yang didaulat menyampaikan uneg-unegnya terhadap pola kepemimpinan di Kota Bandung dari masa ke masa, mengakui Dada membawa angin segar di bidang sosial dan kemasyarakaan saat menjadi wali kota periode 2003-2013.
"Pemimpin itu tidak sombong, mau mendengar keluhan masyarakat alias tidak budeg. Pemimpin juga harus terbuka, transparan, dan itu saya lihat ada pada diri Dada Rosada saat memimpin Bandung," ungkap mantan anggota DPR RI lima periode itu.
Dia sepakat warga Kota Bandung membutuhkan pemimpin formal dan non formal. Dada pantas menjadi pemimpin non formal, tempat bertanya dan menampung keluhan warga.
Sementara itu, Guru Besar Universitas Padjadjaran Prof Obsatar Sinaga mengakui sang birokrat tulen itu memiliki jejak baik di dunia pendidikan. "Selama menjabat wali kota, Pak Dada memberikan banyak beasiswa untuk mahasiswa. Saya salah satunya dan banyak mahasiswa seangkatan saya yang tidak bisa melupakan Pak Dada."
Dada Rosada, lanjutnya, tidak hanya menebar kebaikan lewat beasiswa. Dia juga terbuka untuk saran dan tidak keberatan dimintai saran.
"Saat kuliah, Pak Dada berbicara pribadi dan meminta saya menekuni dunia pendidikan dan tidak melirik menjadi pegawai pemda. Insting Pak Dada ternyata benar. Kini saya bisa menjadi guru besar dan memimpin kampus besar," tandas mantan Rektor Universitas Widyatama Bandung, itu.
Pekerja keras
Pada kesempatan itu, Edi Siswadi yang pernah menjabat Sekretaris Daerah Kota Bandung mengakui kinerja Dada Rosada sulit diimbangi anak buahnya. "Bapak bekerja tanpa kenal waktu dan sepertinya tidak pernah lelah. Pernah satu kali setelah berkegiatan seharian, Pak Dada masih mengajak kami untuk rapat pada pukul 02.00 WIB, dinihari."
Selama memimpin Kota Bandung, lanjut dia, Dada Rosada tidak hanya bekerja di pagi hingga sore hari. "Pada malam hari, rumah dinasnya tidak pernah sepi. Masyarakat dengan tumpukan proposalnya terus diterima Bapak sampai larut malam."
Edi juga melihat setelah tidak menjadi pemimpin formal, pengakuan sebagai pemimpin non formal juga masih diberikan pada Dada Rosada. "Sampai saat ini, rumahnya masih tidak pernah sepi dari kunjungan warga."
Dia pun sepakat dengan penganugerahan Bapak Bandung untuk Dada Rosada. "Beliau itu pemimpin non formal untuk selamanya."
Saat memimpin Kota Bandung, Dada Rosada meninggalkan banyak jejak pembangunan. Di antaranya, dia yang memulai dan menginisiasi pembangunan Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Dada juga yang sukses menata kawasan bebas pedagang kaki lima.
Memang, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Dada juga terseret kasus suap yang melibatkan anak buahnya. Dia divonis 10 tahun penjara.
Namun, pamor bapak tiga anak itu ternyata belum pudar. Saat bebas dari tahanan, tahun lalu, Dada disambut ribuan warga, ormas dan tokoh masyarakat. Kini, pria berusia 76 tahun ini dianugerahi masyarakat sebagai Bapak Bandung. (N-2)
Sejarah mencatat Indonesia memiliki banyak tokoh yang berperan penting dalam upaya membela, mempertahankan kemerdekaan dan membangun negara.
Islam adalah agama yang memiliki sejarah panjang, penuh dengan tokoh-tokoh besar yang telah memberikan kontribusi besar dalam pembentukan ajaran
Meskipun memiliki keterbatasan, para penyandang disabilitas mampu meraih prestasi luar biasa yang patut diacungi jempol.
Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah melahirkan tokoh-tokoh besar yang membawa pengaruh luas dalam berbagai bidang.
Kongres Pemuda II tahun 1928 yang menghasilkan ikrar ‘Sumpah Pemuda’. Berikut tokoh-tokoh penting yang menginisiasi kongres itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved