PEMERINTAH Provinsi Bali melalui BKKBN-nya meminta agar Pemkab Buleleng bersama seluruh stakeholder terkait, fokus pada program penanganan stunting. Sebab prevalensi stunting di Kabupaten Buleleng pada tahun 2022 menyentuh pada angka 11%. Ini menjadi evaluasi bersama seluruh lintas sektor terkait untuk segera melakukan identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan ini.
"Konvergensi percepatan penurunan stunting harus lebih ditingkatkan oleh seluruh lintas sektor dan mitra kerja terkait," ujar Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali Ni Luh Gede Sukardiasih kepada mediaindonesia.com, Jumat (3/3/2023).
Sukardiasih meminta agar Forum Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Buleleng bersama Satgas Stunting Provinsi dan Kabupaten Buleleng bekerja lebih keras dan fokus agar tahun 2023, angka prevalensi stunting di Buleleng terus menurun.
Sukardiasih menegaskan, percepatan penurunan stunting memerlukan intervensi yang konvergen, meliputi intervensi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung.
Dijelaskan, penurunan stunting menitik beratkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan, khususnya akses terhadap pangan bergizi, lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak, akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan, serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi.
Pihaknya berkomitmen tidak akan pernah surut untuk mengajak partisipasi masyarakat untuk senantiasa bekerja keras dan tuntas dalam mengawal percepatan penurunan stunting. "Langkah-langkah percepatan penurunan stunting harus dilakukan dengan cara yang lebih extraordinary dengan sinergitas, integrasi dan akselerasi serta komitmen pemangku kebijakan dan mitra kerja dalam penanganannya," sambungnya.
Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBP3A) Kabupaten Buleleng Nyoman Suyasa menambahkan, pravelensi stunting di Buleleng masih menjadi masalah terutama pada disparitas di tingkat desa, sehingga penanganannya lebih fokus melalui pendekatan keluarga dengan menyasar remaja, calon pengantin, ibu hamil dan menyusui termasuk balita.
Percepatan penurunan stunting memerlukan intervensi yang konvergen meliputi intervensi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung. Pengalaman global menunjukkan bahwa penyelenggaraan intervensi yang konvergensi yaitu terintegrasi, terkoordinir dan bersama-sama untuk menyasar kelompok prioritas yang merupakan kunci keberhasilan percepatan penurunan stunting.
"Seluruh pemangku kepentingan dapat memberikan komitmennya dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Buleleng, melalui optimalisasi mobilisasi sumber daya," pintanya. (OL-13)
Baca Juga: Tahun Ini 11 Desa di Buleleng Gelar Pilkades Serentak