Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BKMG) menyampaikan lahan di Desa Cipendawa Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tidak layak untuk dibangun hunian tetap bagi korban terdampak gempa bumi. Ada berbagai aspek yang menjadi dasar pertimbangan ketidaklayakan lokasi berdasarkan hasil kajian teknis.
Koordinator Bidang Earthquake Early Warning System BMKG, Sigit Pramono, menjelaskan beberapa aspek yang mendasari tidak direkomendasikannya lahan di Desa Cipendawa di antaranya tingkat kemiringan lahan sehingga berpotensi longsor. Termasuk kontur tanah di lokasi yang dikategorikan lunak serta hasil kajian Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terdapat potensi erupsi.
"Untuk yang Cipendawa, kesimpulan kami tidak layak karena ada beberapa aspek yang tidak mendukung," kata Sigit saat konferensi pers di Pendopo Bupati Cianjur, Kamis (8/12) malam.
Seperti diketahui, Pemkab Cianjur menyiapkan tiga titik calon lahan relokasi bagi korban terdampak gempa. Lokasinya berada di Desa Sirnagalih seluas 2,5 hektare, di Desa/Kecamatan Mande seluas 4 hektare dan di Desa Cipendawa Kecamatan Pacet seluas 10 hektare.
Baca juga: Pengungsi Gempa Cianjur Tagih Janji Bantuan Pemerintah
BMKG bersama Kementerian PUPR serta tim teknis lainnya melakukan survei serta mengkaji cepat ketiga titik calon lahan relokasi. Sigit menuturkan kecuali yang di Desa Cipendawa, dua titik lahan relokasi yakni di Desa Sirnagalih dan Desa Mande dinyatakan layak dijadikan permukiman.
"Sedangkan yang di Mande cukup layak," ujarnya.
Sementara di Desa Sirnagalih saat ini tengah dilakukan percepatan pembangunan hunian tetap rumah tahan gempa berkonsep rumah instan sederhana sehat (Risha). Di lahan seluas 2,5 hektare itu kapasitasnya sebanyak 200 unit bangunan rumah.
Sigit menjelaskan dari berbagai aspek hasil kajian, lahan relokasi di Desa Sirnagalih dinilai layak. Seperti aspek getaran yang dikorelasikan dengan jenis tanah.
"Hasil (kajian) kami di Sirnagalih itu menunjukkan bahwa latar belakang tanahnya itu relatif cukup keras. Semakin keras, maka semakin aman. Jadi, untuk merespons getaran juga bisa mereduksi," terangnya.
Tim survei, sebut Sigit, menyimulasi ulang getaran gempa untuk melihat sejauh mana kekuatan bangunan rumah tahan gempa. Sigit mengartikan rumah tahan gempa itu sebagai bangunan yang bisa menyelamatkan jiwa.
"Bangunan boleh retak, tapi tak sampai mengancam jiwa manusia. Jadi, hitungan konsep bangunan itu sendiri yang dibangun oleh Kementerian PUPR dan BNPB, itu sudah memperhitungkan gaya gempa yang sampai di wilayah itu. Desain itu sudah bisa untuk mengatasi besaranya level getaran pada saat disimulasikan kondisi terburuknya," pungkasnya. (OL-5)
Warga yang direlokasi berasal 2.209 keluarga. Mereka akan menempati lahan seluas 130 hektare.
Hutan dengan kerapatan kayu di atas 70 persen hanya tersisa sekitar 10 ribu hektare. Sementara yang berkepadatan 40–70 persen hanya 8 ribu hektare.
GUBERNUR DKI Jakarta, Pramono Anung, meninjau langsung lokasi pengungsian korban kebakaran di Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Pemprov DKI mengkaji relokasi sementara
Endress+Hauser, perusahaan instrumentasi pengukuran, layanan, serta rekayasa proses industri, merelokasi kantor cabang Medan ke lokasi yang lebih strategis.
Pembangunan rumah relokasi warga Rempang menghadapi hambatan serius akibat keterlambatan pembayaran upah dan kelangkaan bahan bangunan.
Bupati Sukabumi, Asep Japar, mengaku pemerintah daerah segera menyiapkan lahan relokasi bagi warga terdampak bencana.
Untuk kota-kota besar di Indonesia, akan mengalami potensi berawan, berawan tebal, cerah berawan, hujan ringan, hujan sedang, hingga hujan disertai petir
BMKG kini menempatkan diri sebagai lembaga strategis berbasis sains dan teknologi yang menjadi salah satu ujung tombak pembangunan dan kebijakan nasional.
Warga DKI Jakarta hari ini, Kamis 14 Agustus 2025, bisa menyiapkan agenda luar ruang tanpa khawatir hujan.
Berdasarkan BMKG, gempa bumi tektonik magnitudo 4.7 terjadi Rabu (13/8) sekitar pukul 08.32 WIB terletak di koordinat 7.66 LS dan 107.15 BT.
BMKG melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) tahap ketiga di Provinsi Riau untuk upaya preventif memperpanjang masa tanggap darurat karhutla
Untuk kota-kota besar di Indonesia, akan mengalami potensi berawan, berawan tebal, cerah berawan, hujan ringan, hujan sedang, hingga hujan disertai petir.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved