Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Desa Wisata Malangga Didorong Untuk Go Digital

M Taufan SP Bustan
09/10/2022 20:14
Desa Wisata Malangga Didorong Untuk Go Digital
Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Vinsensius Jemadu (dua kanan).(DOK Kemenparekraf)

DESA Malangga, Tolitoli, Sulawesi Tengah, masuk 50 desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Desa wisata itu pun dirangsang go digital.  

Desa Wisata Malangga saat ini telah melalui uji standar untuk tujuh kategori yakni daya tarik pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya), suvenir (kuliner, fesyen, dan kriya), homestay, toilet umum, digital dan kreatif, cleanliness, health, safety, serta environment sustainability (CHSE), dan kelembagaan desa.  

"Desa Malangga nantinya akan mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari BCA melalui program Mitra Bakti BCA," kata Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Vinsensius Jemadu saat berkunjung ke Desa Malangga mewakili Menteri Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno, Minggu (9/10).

Vinsensius menjelaskan, persoalan yang kerap ditemui pelaku ekonomi kreatif adalah akses pemasaran,promosi, permodalan dan juga akses bahan baku. "Karena itu kita akan manfaatkan semua media yang kita miliki untuk membantu pariwisata yang ada di Tolitoli," ungkapnya.

Tidak hanya itu, Vinsensius memastikan, Kemenparekraf akan membantu masalah packaging yang sering menjadi kelemahan produk ekonomi kreatif rumahan, yang banyak ditemukan di Tolitoli. "Di Kemenparekraf ada satu bidang yang mempunyai program bedah desain. Mereka akan terjun ke daerah yang memiliki produk e craft luar biasa tapi kemasan masih minim, kita akan buat lebih kekinian," tegasnya.  

Untuk promosi, lanjut Vinsensius, Kemenparekraf akan berupaya mempromosikan produk ekonomi kreatif Desa Malanga secara on boarding, e-commerce dan melalui platform online.  "Ini salah satu langkah pemerintah untuk mendorong Desa Wisata Malangga go digital," ujarnya.  

Bicara potensi wisata, Desa Malangga memiliki keunikan pada atap rumah mereka yang dikenal dengan istilah rumah "Langko". Masyarakat lokal membuat atap rumah mereka dapat dibuka dan ditutup untuk menjemur hasil bumi seperti cengkeh agar langsung mendapat paparan sinar matahari.  

Selain itu, masyarakatnya juga terkenal akan produk gula merah yang masih mereka proses secara tradisional. Upacara adat panen dan tradisi sumpit masih terlaksana setiap tahun. Bahkan, keindahan alam di desa itu juga menjadi hal menarik untuk wisatawan datang berkunjung ke Desa Malangga.  

"Dan terdapat jalur sungai di tengah desa sering menjadi tempat wisata permandian serta tidak jauh dari pusat desa terdapat air terjun Malane," papar Vinsensius.  

Desa Malangga juga memiliki kekayaan seni dan budaya, seperti Tarian Moduai yang merupakan tari untu menyambut tamu yang berkunjung ke Tolitoli.  Konon, pada zaman kerajaan di Tolitoli, tarian ini sering digunakanuntuk menyambut para tamu-tamu kerajaan yang berkunjung ke Tolitoli  

Kemudian, tambah Vinsesius di desa tersebut juga ada Maragai yang merupakan tarian etnis masyarakat etnis Tolitoli yang pada masa itu dilaksanakan untuk menyambut para raja dan tamu kerajaan. "Gerakan dasar pada tarian tersebut adalah gerakan silat, sehingga yang melakukan tarian ini laki-laki," pungkasnya. (OL-15)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik