Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Penyebaran HIV/AIDS di Kota Bandung Didominasi Kasus Heteroseksual

Naviandri
25/8/2022 20:12
Penyebaran HIV/AIDS di Kota Bandung Didominasi Kasus Heteroseksual
Ilustrasi(DOK MI)

KASUS HIV/AID di Kota Bandung, Jawa Barat tahun ini mencapai 300-400 kasus. Pengidap terbanyak berasal dari kelompok pegawai swasta dan penyebaran terbanyak dari kasus heteroseksual.

Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bandung,  Sisn Silvia Dewi, Kamis (25/8) menjelaskan layanan kesehatan di Bandung berjalan dengan baik sehingga puskesmas atau rumah sakit bisa tes HIV. Saat ini di Bandung terdapat sekitar 82 fasilitas kesehatan yang bisa melakukan tes HIV.

"Sampai Desember 2021 datanya ada sebanyak 5.843 orang yang terkena HIV di Bandung. Usianya yang paling banyak itu 20-29 tahun sebanyak 44,84 persen atau 45 persen dan masuk dalam usia produktif. Lalu, kedua usia 30-39 ada di angka 34 persen," jelasnya.

Pengidap HIV/AIDS tak terlihat gejalanya sehingga banyak orang yang terkena dan bisa menularkan karena tak sadar. Kemudian, dia menyebut bila tertular ke ibu rumah tangga dan ibu rumah tangga itu hamil dan lahirnya pun anak yang positif HIV.

"Angkanya di Bandung itu 2,7 persen usia 0-14 tahun. Sekarang harus dicegah jangan sampai ada anak-anak yang terkena HIV lagi. Penyebab HIV/AIDS ini berdasar faktor risiko terbanyak ialah karena heteroseksual sebesar 39,52 persen," ucapnya.

Ketika ditanyakan terkait penyebab penyebaran jarum suntik, dia mengaku dahulu menjadi primadona sampir 40 persen tapi sekarang menurun menjadi 30,89 persen.

"Dari 1990 secara akumulatif penyebaran HIV melalui jarum suntik menurun, tetapi dari hetreroseksualnya terus meningkat. Kami katakan seks berisiko dan ada dari kalangan mahasiswa. Data di Bandung estimasi Kemenkes 10.800 orang berdomisili di Bandung dan yang sudah terdeteksi ada 5.800 orang, sedangkan mahasiswa hanya 6,97 persen. Paling tinggi pegawai swasta 31,01 persen," ujarnya.

"Kami harus ajak SKPD lain untuk terlibat, semisal Disnaker agar ada program penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. Kami juga akan masuk ke tempat kerja untuk sosialisasi. Sosialisasi itu penting, tapi kami ingin orang yang beresiko mengerti akan bahaya tertular HIV/AIDS dan lakukan pemeriksaan untuk hindari penularan sekaligus miliki kesadaran," ujarnya seraya menyebut 4000an pengidap HIV masih dicari.

Ketika disinggung upaya agar kasus HIV/AIDS tak terus meningkat dari heteroseksual, dia mengatakan pihaknya membuat program pencegahan, semisal program hebat di SMP kelas 2, lalu ke setiap calon pengantin wajib ikuti tes pemeriksaan kesehatan, termasuk di dalamnya pemeriksaan HIV.

"Jadi, tes kesehatan itu menjadi wajib bagi yang mau menikah, tes HIV, Sifilis, Hepatitis, Gula, golongan darah, dan lainnya semua diperiksa untuk pencegahan dan yang mau melahirkan pun kami cegah jangan sampai menular ke ibunya," bebernya.(OL-15)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik