Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KASUS pergerakan tanah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, semakin meluas. Daerah terluas kedua se-Jawa-Bali ini seolah-olah dikepung bencana pergerakan tanah.
Terakhir, kasus pergerakan tanah di wilayah ini merusak 9 rumah warga rusak di Desa Cibaregbeg, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Sebanyak lima rumah warga rusak berat sedangkan 4 rumah lainnya mulai terancam pergeseran tanah. Salah satunya rumah milik Sofiah, bagian dapur miliknya nyaris ambruk karena dinding tembok yang sudah terbelah dan kini terancam roboh.
Aparat Desa Cibaregbeg, Syaifullah kepada Metro TV mengatakan, hujan deras yang melanda wilayah Kecamatan Sagaranten menjadi faktor penyebab terjadinya retakan tanah.
"Penyebab pergerakan karena hujan turun cukup lama dari pagi hingga malam hari," ungkapnya pada Rabu, (18/11)
Kondisi terakhir hasil pemantauan ke lokasi kejadian, warga yang terdampak sudah meninggalkan rumah karena khawatir rumah mereka tiba-tiba roboh akibat pergerakan tanah yang terus melebar dengan panjang 10 hingga 20 meter. Namun ada juga yang memberanikan diri kembali kerumah.
"Sebagian warga sudah mengungsi karena takut ada hujan susulan, sebagian lagi ada yang kembali kerumahnya,' kata Syaifullah.
Baca juga: Wali Kota Palangka Raya: Banjir Disebabkan Kiriman dari Hulu Sungai Kahayan
Menurut Sayifullah, pihaknya masih menunggu hasil kajian BMKG untuk mengetahui penyebab dan tingkat kerawanan pergerakan tanah di lokasi tersebut.
Saat ini pemerintah setempat sudah mendirikan posko siaga bencana menyusul terjadinya beberapa bencana alam selama beberapa waktu ke belakang di Kecamatan Sagaranten.
Selain pergerakan tanah di beberapa titik juga terdapat longsoran yang menutupi akses jalan menuju ke perkampungan sehingga warga dihimbau untuk tetap waspada.
Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, mencatat 47 Kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, saat ini rawan terhadap bencana alam, baik longsor, banjir, pergerakan tanah dan angin puting beliung. (MGN/A-2)
Pipanisasi merupakan langkah tepat memperkuat pondasi sektor pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim.
Bekerja sama dengan Dompet Dhuafa, masyarakat di wilayah itu diberikan sumbangan perahu berikut alat keselamatannya.
Ayep Zaki menegaskan peningkatan PAD bertujuan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
PWI tak hanya sekadar organisasi profesi wartawan yang tugasnya hanya menjalankan kejurnalistikan.
Masyarakat Kota Sukabumi kini mendapatkan akses lebih mudah terhadap sembako berkualitas dengan harga yang wajar.
Penghargaan dari Bupati Sukabumi ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas upaya BWA bersama ratusan NGO dan relawan yang terlibat dalam aksi penanganan tanggap darurat bencana.
INTENSITAS hujan tinggi menyebabkan pergerakan tanah yang melanda di Kampung Gunung Gagak, Desa Sukawangi, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, meluas.
Tanah bergerak di Purwakarta itu mengarah ke utara, sementara posisi jalan tol berada di arah sebaliknya.
Kepala PVMBG Priatin Hadi Wijaya mengatakan, dalam empat hari terakhir, area terdampak meluas hampir lima kali lipat, dari semula 2 hektare menjadi sekitar 10 hektare
Pergerakan tanah sudah makin meluas dan membuat kerusakan rumah bertambah. Tercatat ada 110 Kepala Keluarga (KK) atau 279 jiwa terdampak.
Selain puluhan rumah terdampak, pergerakan tanah ini juga merusak fasilitas umum, seperti masjid dan bahkan jalan akses kampung terputus.
Berdasarkan catatan sementara, sekitar 50 kepala keluarga atau lebih dari 150 jiwa terdampak langsung oleh bencana ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved